Anda di halaman 1dari 137

PENGAWASAN

MUTU BBM &


PELUMAS
DISAMPAIKAN OLEH :
SANTO R.

BIODATA
Nama : Santo Ribut
Tgl Lahir: Blora, 07 April 1958
NIP : 19580407 198103 1 002
Alamat :
Kantor
: Jl. Sorogo No.1 Cepu
Phone
: (0296) 421888 ext. 1411
Rumah
: Jl. Dumai V/13 Nglajo, Cepu
Phone
: (0296)425458 /
081325703202
Email
: santor_migas@yahoo.com
Santo_ribut@pusdiklatmigas.com

Unit Kerja : Pusdiklat Migas


Pendidikan : Akamigas
Teknik Informatika
Pengalaman
: Lab Minyak Bumi,Lab Kimia,
Lab Lingkungan, Pelatihan,
Instruktur Akamigas STEM, Tim
UKL UPL, Ketua II Profesi PPC,
Ketua
II
Profesi
LPM,
Widyaiswara
2

DEFINISI DAN TUJUAN

Definisi : Pengawasan Mutu menyangkut


kesesuaian mutu produk BBM terhadap standar
yang ditetapkan oleh Ditjen Migas dan
kesesuaian kuantitas yang diserahkan kepada
konsumen sesuai ketentuan dari badan
Metrologi.

Tujuan : menjamin mutu dan jumlah Produk


BBM mulai dari Penerimaan, Penimbunan, dan
Penyaluran agar tetap baik dan memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan.
3

DERAJAT MUTU YANG DIINGINKAN PEENGGUNA

Dijamin Memenuhi Spesifikasi (Q), Spek BBM sesuai


dengan Mesin
Dijamin memenuhi Syarat Kebersihan dan Kemurnian ,
Bebas Kontaminasi dan Deteriorasi (Clean Product- Q)
Harga yang dapat diterima (tepat Harga-C)
Penyerahan pada waktu dan tempat yang tepat (D)
Teknologi Penyerahan dan Pengemasan yang Tepat (D)
Dijamin Aman Dipakai (S)
Jaminan After Sales Service Yang baik / Jaminan
hubungan yang berkesinambungan (Pelayanan -M)
Effektif dan effisien, maksud dan tujuan tercapai
Dengan biaya , waktu dan tenaga yang wajar, tidak
boros
5

PENGAWASAN (CONTROL)

PENGERTIAN

PENGAWASAN MUTU (QUALITY CONTROL)


ADALAH USAHA/KEGIATAN UNTUK
PENGAWASAN, PEMERIKSAAN, PEMANTAUAN,
Produk BBM SEHINGGA SESUAI /TEPAT,
SEMPURNA BAGI SI PEMAKAI

Q C bertujuan untuk menjamin bahwa mutu


Produk BBM yang disalurkan kepada konsumen
tetap sesuai dengan spesifikasi yang sudah
ditetapkan.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan Pengawasan


mutu adalah upaya yang dilakukan untuk
mengontrol dan mengawasi mutu Produk BBM
7
pada saat diterima, disimpan dan disalurkan.

PENTINGNYA PENGAWASAN MUTU BBM


DILAKUKAN ATAS PERTIMBANGAN

Produk BBM di dalam negeri berperan penting dalam keselamatan


dan kesehatan serta perlindungan lingkungan hidup.

Masyarakat pemakai Produk BBM perlu mendapatkan jaminan


mutu dan kelangsungan penyediaannya.

Hasil-hasil pemurnian dan pengolahan migas yang akan


dipasarkan di dalam negeri wajib memenuhi standar mutu
(spesifikasi) yang ditetapkan oleh Dirjen Migas.

Yang termasuk hasil-hasil pemurnian adalah :


Bahan Bakar Minyak adalah avgas, avtur, Premium, minyak
Tanah, Minyak solar, minyak Diesel dan minyak Bakar.
Bahan Bakar berupa Gas adalah antara lain LPG (campuran,
propana butana), bahan bakar gas (BBG), dan gas kota.
Hasil-hasil pemurnian dan pengolahan lainnya adalah antara
8
lain pelumas, aspal dan lilin

TATACARA
PENGAWASAN/MONITORING MUTU BBM
LANDASAN
PENGAWASAN/MONITORING BBM
1. Peraturan Mentamben No. 0223.K/43/M.PE/1991 tanggal 13
Pebruari 1991 tentang Pengawasan Mutu Hasil-Hasil Pemurnian
dan Pengolahan Migas di dalam negeri
2. SK Dirjen Migas No. 12.K/43/DDJM/1991 tanggal 19 Maret 1991
tentang Tatacara Pengawasan Mutu BBM di dalam negeri.

LATAR BELAKANG
PENGAWASAN/MONITORING BBM
1. Pertamina bertanggungjawab dalam menjaga mutu BBM dari
saat penerimaan sampai penyerahan kepada konsumen
2. Peningkatan kepekaan masyarakat terhadap mutu BBM
3. Persyaratan mutu yang tercantum dalam spesifikasi BBM harus
dipenuhi agar tidak merusak mesin dan lingkungan

KEGIATAN PENGAWASAN MUTU

Persiapan untuk pelaksanaan kegiatan Pengawasan


mutu, termasuk juga langkah perencanaan kegiatan
dari segi manajemen ( 5 W dan 1 H ). The 5 W's Who, What, When, Where, Why, and How

Langkah
pelaksanaan,
pengorganisasian
prosedur pengambilan contoh.

Langkah pengujian karakteristik Produk BBM dengan


menggunakan prosedur standar. Pengujian ini biasa
dilaksanakan di lapangan/lokasi atau dilakukan di
laboratorium sesuai dengan pengujian
yang
dilakukan pada Produk BBM dimaksud.

dan

10

Pelaksanaan administrasi / rekaman hasil uji meliputi


langkah-langkah berikut :
Pencatatan hasil uji karakteristik Produk BBM dalam
formulir yang tersedia.
Melakukan evaluasi, interpretasi dan kesimpulan hasil uji.

Tindak lanjut hasil uji :

Bila hasil pengujian karakteristik Produk BBM tersebut


memenuhi persyaratan spesifikasi (on spec), maka Produk
BBM tersebut dinyatakan dapat diterima, disimpan dan
disalurkan

Bila hasil pengujian karakteristik Produk BBM tersebut tidak


memenuhi spesifikasi (off spec), maka dilakukan persiapan
dan
mengambil
langkah
penanggulangan
untuk
memperkecil kerugian pada kondisi Produk BBM itu sendiri.
11

12

PENGERTIAN

Visual Test adalah pemeriksaan secara


visual terhadap mutu Produk BBM yang
dilakukan secara cepat di lapangan untuk
mengetahui
apakah
produk
tersebut
mengalami perubahan sifat atau tidak
(kontaminasi dan deteroisasi); pemeriksaan
tersebut mencakup suhu, density 150C /
specific gravity 60/600F, warna, penampakan
(apperance).

13

Short Test

adalah pemeriksaan mutu pada


karakteristik Produk BBM yang dilakukan hanya
pada sebagian dari parameter uji yang kritis saja
yang mungkin terpengaruh adanya kontaminasi
dan deteriorasi disebabkan usia penyimpanan
produk Produk BBM itu sendiri. Short test yang
dilakukan tergantung pada jenis Produk BBM itu
sendiri.

14

Complete test adalah pemeriksaan


secara lengkap dan menyeluruh semua
parameter uji terhadap mutu Produk BBM
yang dilakukan di laboratorium.
pemeriksaan tersebut mencakup
pemeriksaan semua karakteristik Produk
BBM secara lengkap seperti yang telah
ditetapkan dalam spesifikasi Ditjen Migas.

15

PERALATAN PENGUJIAN MUTU SECARA VISUAL


Peralatan yang dibutuhkan untuk pengujian visual bahan bakar
minyak :
Jernih dan Tembus Pandang Bebas Partikel Padat dan air
yang tidak terlarut Pada Suhu sekeliling
1. Hydrometer

Density Hydrometer at 15oC, Length 27 cm

12430-02 Range : 0,650 to 0,700

12430-03 Range : 0,700 to 0,750

12430-04 Range : 0,750 to 0,800

12430-05 Range : 0,800 to 0,850

12430-06 Range : 0,850 to 0,900


2.
3.
4.
5.

Termometer (oC atau oF)


Gelas ukur (10 cc 1000 cc)
Pasta air
Pita ukur

RAK DAN HYDROMETER

Master Sample adalah sampel yang di gunakan rujukan apabila


terjadi kekeliruan atau komplain dari pelanggan
Penerimaan adalah kegiatan pembongkaran pasokan produk
Produk BBM yang diterima di Terminal Transit/Instalasi/Depot
untuk mencukupi kebutuhan Produk BBM dalam wilayah
operasinya.
Penyimpanan adalah kegiatan penyimpanan cadangan produk
Produk BBM di Terminal Transit/Instalasi/Depot dalam jumlah
yang mencukupi untuk jangka waktu tertentu.

18

Penyaluran adalah kegiatan penyaluran produk


Produk BBM, melalui jaringan dan sarana
distribusi yang telah ditentukan.
Sarana angkutan adalah fasilitas yang digunakan
untuk mengangkut produk Produk BBM dari satu
lokasi ke lokasi lain Konsinyasi adalah kegiatan
distribusi Produk BBM dari satu depot ke depot
lain.
Batasan mutu suatu produk Produk BBM adalah
spesifikasi produk yang telah ditetapkan oleh
Ditjen Migas atau PT. PERTAMINA (PERSERO)

19

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGAWASAN


MUTU
DI KILANG,TERMINAL
TRANSIT/INSTALASI/DEPOT,
LEMBAGA PENJUALAN
1. Pengawasan mutu
penerimaan
2. Pengawasan mutu
penyimpanan
3. Pengawasan mutu
penyaluran

Produk

BBM

pada

saat

Produk

BBM

pada

saat

Produk

BBM

pada

saat

20

PENGAWASAN MUTU
PENERIMAAN Produk BBM

1. Sebelum pembongkaran :
Pemeriksaan
dokumen
jaminan
mutu
(Certificate of Quality (COQ), Test Report atau
Release Note, No Batch harus sesuai NPP,
bandingkan dgn Spec.
Penerimaan contoh tanker (master sample).
Pemeriksaan segel, kode segel hrs sesuai dgn
yg tercantum di NPP atau surat keterangan
segel ulang.

21

Pengukuran
ullage,
hasil
pengukuran
dituangkan dalam Compartement Logsheet
Before Discharge (CLBD)
Pengukuran air, pengukuran air di dasar
kompartement
Pemeriksaan visual
- Appearance
- density, temperatur
- Elcond (Avtur)
- Warna/Bau
Pengambilan
retained
sample.
(contoh
gabungan bbrp kompartemen)
Uji Millipore Test (avtur)
22

2. Selama Pembongkaran
dilakukan pemeriksaan terhadap BBM yang
meliputi :
Appearance
Density, Temperature.
Warna dan bau.

23

3. Setelah Pembongkaran

(1). Pada tangki penerima.


Saluran masuk (inlet) penerima ditutup dan
yakinkan saluran keluar (outlet) tertutup
kemudian saluran inlet maupun outlet dikunci
dan disegel.
Isi tangki diblokir.
Lakukan pemeriksaan mutu secara visual.
Lakukan
pengukuran volume BBM yang
diterima, apakah sesuai dengan yang dikirim,
Bila ada selisih 0.5 % (Letter Off Protest)
Bila tidak ada permasalahan lagi, BBM dapat
disalurkan.dengan masalah mutu dilakukan
oleh petugas discharge.
24

(2). Pada compartment tanker.


Setelah compartment tanker kosong, semua
dombak, kerangan dan sea valve harus ditutup
rapat dan disegel kembali oleh petugas lokasi
penerima.
Bila BBM hanya sebagian diterima di lokasi
pertama,
maka
lokasi
tersebut
selain
mempersiapkan dokumen jaminan mutu, juga
harus melengkapi dengan surat keterangan segel
ulang.
Semua penyegelan yang berkaitan

PENGAWASAN MUTU
PENYIMPANAN PRODUK BBM

Pemeriksaan visual secara rutin


untuk memantau produk Produk
BBM.

Bila hasil analisis visual ada indikasi


perubahan mutu, maka dilakukan
analisis lanjutan (Short Test)

26

PENGAWASAN MUTU
PENYALURAN PRODUK BBM

Pemeriksaan dokumen mutu.


Test Report
Certificate of Quality
Pembuatan master sample
Pengambilan dan penyiapan composite sample
dari tangki timbun
Pemeriksaan short test dan visual test Produk
BBM.

27

RTW:
Penyegelan
semua
kerangan
dan
manhole.
Dilengkapi data pemeriksaan visual.
Jenis dan jumlah BBM .
Mobil Tangki/Isotank:
BPP yang mencantumkan density,
temperature,
jenis
produk
dan
jumlahnya.
Pipa:

28

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Pemindahan Antar Tangki

Yakinkan Volume yang dipindahkan dapat ditampung


Isi tangki sebelumnya telah release dan diperiksa visual
hasilnya BAIK, Khusus Avtur periksa Elcond
Pemindahan melalui filter
Setelah pemindahan lakukan setling (pengendapan)
Ambil Contoh dan periksa visual
Setelah pemindahan tetapkan No Batch Baru dan buat
berita acara

Pemanfaatan Unpumpable Stock.

Dasar Pemanfaatan.
Krisis Persediaan
Akan dilakukan Tank Cleaning
Lakukan Pemeriksaan Visual, bila jelek, ambil contoh
untuk resertifikasi
29

SPECIFIC GRAVITY /
DENSITY
METODE HIDROMETER
ASTM D 1298

I. RUANG LINGKUP
Untuk menentukan density, specific gravity atau APIgravity memakai alat hydrometer gelas dari contoh crude
oil atau produk-produknya.
Hasilnya diubah ke standar temperatur 150C atau 60/60 0F,
menggunakan tabel reduksi pada ASTM D 1250.
II. TERMINOLOGI

Density = berat cairan per unit volume, kg/L maupun kg/m3

Relative Density (Specific Gravity) = perbandingan berat


dari sejumlah volume tertentu suatu cairan terhadap berat
dari
volume yang sama dari air murni pada temperatur
yang
sama.

141,5
API Gravity = ------------------- 131,5
SG 60/60 0F
31

III. PRINSIP PENGUJIAN


Contoh dituangkan kedalam gelas silinder.
Setelah temperatur setimbang, skala thermometer
dibaca
dan
dicatat
sebagai
observed
temperatur.
Kemudian hidrometer yang
sesuai dimasukkan
dan
dibiarkan mengapung dengan bebas,
skala dibaca dan
dicatat sebagai observed
hydrometer
Bila perlu gelas silinder dan isinya ditempatkan
pada
penangas untuk menghindari adanya
variasi perubahan
temperatur selama
pengamatan.

IV.

PERALATAN
Hydrometer standar:
skala Density,
skala SG atau
skala API-gravity.
Thermometer ASTM 12 C (density) atau 12 F (SG)
Gelas silinder

HYDROMETER

Contoh Hydrometer dengan


berbagai ukuran skala
34

Termometer

Hidrometer
Density atau SG
35

PENGUKURAN SG/DENSITY

HYDROMETER

Koreksi Hasil observed ke standard


Hasil pengamatan sebagai observed value, dan
untuk
melaporkan hasil pada keadaan standar perlu
dilakukan
koreksi menggunakan tabel ASTM 1250.

Tabel 53A atau 53B, bila digunakan Hydrometer Skala


Density
untuk Density at 150 C.
Tabel 23A atau 23B, bila digunakan Hydrometer Skala SG untuk
SG 60/600F.
Tabel 5A atau 5B, bila digunakan Hydrometer Skala
APIgravity untuk API-Gravity.
Khusus untuk pelumas dikoreksi dengan tabel 53D
38

Contoh Tabel 53B

39

Contoh Tabel 53B

40

Salah satu tata cara membaca Tabel ASTM D 1250


Pada tabel terdapat :

a. Lajur vertikal = V
yaitu lajur dari atas kebawah (Observed Temperatur, deg
F).
b. Lajur horisontal = H
yaitu lajur dari kanan kekiri (Observed Specific Gravity).

Terdapat 4 kemungkinan dalam tata cara membaca tabel


memperoleh SG 60/60 0F

untuk

Penyelesaian

Ada

Ada

Tidak ada

Ada

Dibaca langsung
(Tanpa interpolasi)
1 x Interpolasi

Ada

Tidak ada

1 x Interpolasi

Tidak ada

Tidak ada

3 x Interpolasi
41

VI. KETELITIAN
Produk Transparent / Nonviscous

42

DENSITY
DIGITAL DENSITY METER
ASTM D 4052

DENSITY

DIGITAL DENSITY- METER, ASTM D 4052

I. RUANG LINGKUP
Untuk penetapan Density atau Relative Density dari
produk minyak bumi dan minyak kental yang pada
temperatur uji antara 15 35 0C berupa cairan.
Pada metode uji ini density dinyatakan sebagai g/mL
atau kg/m3.
II. TERMINOLOGI
Density : massa per unit volume pada suhu tertentu.
Relative Density : perbandingan dari density bahan
pada suhu tertentu terhadap density air pada suhu
tertentu.
44

III. RINGKASAN METODE


Sejumlah kecil ( 0,7 mL ) contoh cair dimasukkan
dalam tabung osilasi,
Perubahan dalam frekuensi osilasi yang diakibatkan
oleh perubahan dalam massa dari tabung yang
digunakan
dalam kaitannya dengan data
kalibrasi untuk menetapkan density contoh.
IV. PERALATAN
Digital Density Analyzer, terdiri :
tabung osilasi dan sistem eksitasi elektronik
penghitung frekuensi
display
Penangas air
Syringe, volume 2 mL
Termometer terkalibrasi
45

46

APPEARANCE
ASTM D 4176

RUANG LINGKUP
untuk estimasi adanya air bebas
tersuspensi dan kontaminasi partikel
padatan dalam produk minyak.
TERMINOLOGI
Air bebas
Partikel padatan
Clear and Bright

RINGKASAN METODE

Prosedur 1 :
Sejumlah 900 mL fuel yang
ditempatkan dalam
beaker 1 L diuji
secara visual untuk kejernihannya.
Contoh dipusarkan dan diuji secara
visual adanya butiran air atau partikel
sediment dibawah pusaran (vortex).

Prosedur 2 :
Sejumlah 900 mL fuel yang
ditempatkan dalam
beaker 1 L diuji
secara visual untuk kejernihannya.
Tingkat kejernihan dinilai dengan
menempatkan Bar Chart Standar
dibelakang gelas beaker dan
bandingkan secara visual terhadap
foto nilai kekeruhan standar.

Untuk premium dan pertamax akan


lebih meyakinkan mutunya jika pada
pengujian appearance adalah:
Clear, bright and visually free from
solid matter and undisolved water at
ambient temperature.
Ada dua kondisi uji, yaitu :

Kondisi uji lapangan


Kondisi uji laboratorium

Bila dilakukan kondisi uji lapangan :

Baik prosedur 1 maupun prosedur 2 dilakukan


segera setelah sampling dan pada temperatur
kondisi penyimpanan

Bila dilakukan kondisi uji laboratorium :

Baik prosedur 1 maupun prosedur 2 dilakukan


setelah sampel telah mencapai temperatur uji
yang diinginkan
Contoh uji tidak boleh di subsampling (langsung
dari botol sample saat pertama kali diterima

Pelaporan
Untuk prosedur 1 :
a. Hasil dari uji ditunjukkan bagus (pass) jika :
a.1. contoh dinyatakan clear and bright secara visual
a.2. jika tidak ada air atau partikulat pada bagian bawah
pusaran.
b. Hasil dari uji dilaporkan tidak bagus (fail) jika tidak
memenuhi kriteria dari a.1 dan a.2. Catat pula alasannya
bila dinyatakan tidak bagus
Secara individu, laporan bisa juga ditulis sebagai berikut :
Free WaterPass (absent) or Fail (present)
ParticulatesPass (absent) or Fail (present)

PROSEDUR 2 (NON BBM


PENERBANGAN)

DISTILASI
ASTM D 86

RUANG LINGKUP

Cara uji ini digunakan untuk


pemeriksaan distilasi natural gasoline,
motor gasoline, aviation gasoline,
aviation turbine, special boiling point
spirits, naptha, white spirit, kerosine,
gas oil, distillate fuel oil dan produk
minyak bumi yang sejenis, yang
menggunakan peralatan manual atau
otomatis.

TERMINOLOGI

Initial Boiling Point (titik didih permulaan)


ialah pembacaan thermometer pada
waktu tetesan kondesat pertama jatuh pada
bagian bawah dari tabung kondensor.
End Point atau Final Boiling Point (titik didih
akhir) ialah pembacaan thermometer
tertinggi yang diperoleh selama distilasi,
biasanya terjadi setelah cairan yang berada
dalam labu distilasi menguap semua.

TERMINOLOGI (LANJUTAN)

Dry Point (titik kering) ialah pembacaan


thermometer yang diperoleh pada waktu
tetesan kondesat terakhir pada dasar labu
(flask) menguap.
Percent Recovery (persen yang tertampung)
ialah banyaknya distilate yang tertampung
dalam gelas ukur, setelah distilasi selesai.
Percent Loss (persen yang hilang) ialah 100
dikurangi percent total recovery.

Percent Total Recovery (persen jumlah


yang tertampung) ialah gabungan
antara percent recovery dan residu
dalam labu ukur.
Percent Residu ialah jumlah residu
dalam mililiter yang diukur setelah
selesai distilasi.

PRINSIP

Sejumlah contoh didistilasi pada kondisi


tertentu. Pembacaan thermometer dan
kondensat yang ditampung dilakukan
secara sistematik (teratur), dan dari
hasil ini dilakukan perhitungan dan
pelaporan.

PERALATAN

Flask A (100 ml) atau flask B (125 ml),


tergantung dari contoh yang diuji
Kondensor dan bahan pendingin
Pemanas
Shield
Flask support, Boards A 32 mm (1,25 in)
Boards B 38 mm (1,5 in), Boards C 50 mm (2
in)
Gelas ukur bersekala (0 100 ml)
Thermometer standar ASTM 7C atau ASTM 8 C

KONSTRUKSI PERALATAN

THERMOMETE
R
KONDENSOR
FLASK
SHIELD
GELAS UKUR
PEMANAS

CARA KERJA

Persiapkan peralatan yang sesuai (lihat


tabel), dan dalam keadaan bersih dan
kering.

Bersihkan tabung condensor dengan


kapas atau kain.
Isi box condensor dengan media
pendingin.

KETELITIAN
Group0

Group1

Group2

Group3

Group4

125
7C (7F)

125
7C (7F)

125
7C (7F)

125
8C (8F)

5C
B
38 (1.5)

5C
B
38 (1.5)

5C
C
50 (2.0)

6C
C
50 (2.0)

13 to 18

13 to 18

13 to 18

Not above

55 to 65
Not
above
ambient

55 to 65
55 to 65
Not above Not above
ambient
ambient

ambient

0 to 4.5

13 to 18

13 to 18

13 to 18

32 to 40

55 to 65

55 to 65

55 to 65

13 to
ambient
55 to
ambient

Flask, ml
100
ASTM Distilation
7C (7F)
Thermometer
IP Distilation Thermometer
5C
Flask Support
A
Diameter of Hole, mm (in)
32 (1.25)
Temperature at Stard of Test
:
Flask & Thermometer :
0 to 4.5
0
C
0
F 32 to 40
Flask Support and Shield
Not above
ambient
Graduated and 100 ml
change
(Sample)
0
C
F

1. Takar 100 ml contoh didalam graduated cylinder,


kemudian tuangkan kedalam flask (labu distilasi)
2. Tempatkan flask pada support diatas heater, dan
hubungkan dengan inlet tube condensor (ujung
permukaan tabung condersor). Atur posisi flask
agar benar-benar vertikal, dan masukkan graduated
cylinder kedalam cooling bath, tutup graduated
cylinder dengan penutup kertas yang diberi
pemberat. Tempatkan graduated cylinder
sedemikian agar out let tube condensor tepat
berada ditengah-tengah lingkaran graduated
cylinder.

3. Mulai berikan pemanasan, atur agar IBP dapat


dicapai dalam waktu 5 10 menit. Begitu IBP
diperoleh, geser graduated cylinder agar dinding
bagian dalam pada bagian atas graduated cylinder
menempel pada outlet condensor.
4. Atur lagi pemanasan agar interval waktu antara IBP
dengan 5% recovery berkisar pada 60 75 detik.
5. Kemudian atur pemanasan dari 5% recovery
sampai 95% recovery dengan kecepatan
pendidihan 5 ml kondensat per menit. (Catat datadata suhu yang diperlukan untuk
perhitungan/laporan selama periode)

6. Terakhir berikan pemanasan penuh agar


interval waktu antara 95% recovery dengan
FBP berkisar pada 3 5 menit. (Catat juga
data Dry Point bila diperlukan).
7. Setelah Distilasi selesai, matikan heater,
biarkan flask dingin. Catat volume condensat
pada graduated cylinder sebagai % recovery.
Kemudian ukur dan catat volume cairan yang
tersisa dalam flask sebagai residue.
8. Hitung : % Loss.

PERHITUNGAN

Bila tekanan udara luar waktu


pemeriksaan berlangsung tidak sama
760 mm Hg,maka hasil pemeriksaan
harus dikoreksi dengan formula sebagai
berikut :
Bila dipakai thermometer skala celcius,
Cc = 0.00012 (760 P) (273 +
tc)

Bila dipakai thermometer skala


fahrenheit,
Cf = 0.00012 (760 P) (460 + tf)
Dimana :
Cc dan Cf = Koreksi yang harus
ditambahkan pada setiap hasil
pembacaan tc atau tf.
P = tekanan barometer mm Hg.

Pelaporan
catat dan laporkan suhu titik didih awal
(IBP), 5 %, 10 %, 20 %, 30 %, 40 %, 50
%, 60 %, 70 %, 80 %, 90 %, 95 %,
volume distilat tertampung pada titik
didih akhir (FBP).
Catat dan laporkan maksimum destilat
residu dan persen kehilangan (%
losses).

AUTOMATIC DISTILLATION

COPPERSTRIP CORROSIO
ASTM D 130

Ruang Lingkup
Metode Uji ini dipakai untuk mendeteksi
pengkaratan (korosivitas) dari avgas, avtur,
automotive gasoline, natural gasoline atau
hidrokarbon lainnya, yang mempunyai tekanan
uap (RVP) tidak lebih besar dari 18 psi (124
kPa), cleaners (stoddard) solvent, kerosine,
diesel fuel, distillate fuel oil, lubricating oil dan
produk minyak tertentu lainnya.

Definisi
Korosivitas Lempeng Tembaga (Copper Strip)
adalah sifat kecenderungan bahan bakar
minyak atau pelumas untuk menimbulkan
karat pada logam campur Fe dan Ca. Logam
campur Fe dan Ca biasa dipakai sebagai
bahan konstruksi alat penimbun, penyalur
dan pemakaian BBM seperti tanki, pipa,
tubing, karburator, ruang bakar dari mesin
atau motor bensin dan lain-lain.

Prinsip
Lempeng tembaga yang telah digosok
dan dibersihkan, direndam dalam
contoh dengan volume tertentu dan
dipanaskan pada temperatur, dan
waktu tertentu. Pada akhir
pemeriksaan, angkat lempeng
tembaga, bersihkan dan bandingkan
dengan standard ASTM Copper Strip
Corrosion.

Peralatan
Tabung reaksi (Test Tube), ukuran 25 - 150 mm
Penangas (bath) yang suhunya dapat diatur konstan
pada 50oC atau 100oC. Penangas harus mempunyai
penyangga yang sesuai untuk test tube pada posisi
tegak dan masuk kedalamnya kira-kira 100 mm (4
inchi).
Copper Strip Corrosion Test Bomb
Termometer ASTM 12 C atau ASTM 12 F
Copper Strip Holder
ASTM CopperStrip Corrosion Standards

Cara Kerja
Persiapkan lempeng tembaga, sebagai berikut:
Gosok ke-enam permukaan lempeng tembaga pada alat copper strip
holder dengan kertas ampelas secara merata sampai bersih, halus
dan mengkilap.
Remdam lempeng tembaga dalam iso oktan, ambil lempeng tembaga
dalam iso oktan dengan penjepit dan memegangnya dengan kertas
saring.
Kemudian gosok kembali permukaan lempeng tembaga dengan
carborandum 150 mesh menggunakan kapas yang dibasahi iso oktan.
Rendam kembali lempeng tembaga dalam iso oktan. Ambil lempeng
tembaga, kemudian keringkan sisa iso oktan yang masih menempel
pada lempeng tembaga dengan kapas bersih, dan selanjutnya segera
dimasukkan kedalam test tube berisi contoh.

Pengujian Contoh
Pengujian Diesel Fuel, Fuel Oil, Automotive
Gasoline
Cara pengujian sama dengan butir 7.2.1
tetapi tidak menggunakan test bomb (tanpa
test bomb) dan kondisi pengujiannya pada
suhu 50 + 1oC (122 + 2oF), selama 3 jam +
5 menit. Cegahlah isi tabung reaksi dari
penyinaran yang kuat selama pengujian.

Interpretasi
Interpretasikan korosivitas contoh dengan
membandingkan penampakan strip uji dengan
salah satu strip pada ASTM Copper Strip
Corrosion Standards lihat tabel dibawah.

Tabel : Klasifikasi Lempeng Tembaga (Copper


Strip Clasification)
Standard Corrosion ASTM D-130

Klasifikasi
Freshly Polished Strip ........
1.

Agak buram
Tarnish)

Keterangan

(Slight a) Warna orange terang, hampir sama


dengan lempeng tembaga yang baru
dibersihkan.

2. Buram (Moderat Tarnish)

b) Orange gelap
a) Merah anggur
b) Lavender
c) Campuran warna biru atau perak atau
keduanya
d) Keperakan

3. Buram gelap (Dark


Tarnish)
4. Korosi

( Corrosion )

e) Seperti emas
a) Merah tua
b) Campuran merah dan hijau
a) Hitam terang (Transparant), abu-abu
gelap atau coklat dengan bintik hijau
b) Hitam
black)

pinsil

c) Hitam gelap

(Graphite

or

lustertess

VISKOSITAS KIICNEMATIC
METODE ASTM D 445

Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk
menentukan kekentalan minyak, baik
yang transparan maupun yang gelap
(opaque), misalnya Solar, Pelumas baru
maupun Pelumas bekas, dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan oleh
minyak untuk mengalir secara gravitasi
melalui kapiler viskometer yang
terkalibrasi.

Prinsip
Waktu diukur dalam detik untuk volume
contoh tertentu yang mengalir karena
gravitasi melalui kapiler viskometer
terkalibrasi pada temperatur yang
telah ditetapkan.
Viskositas kinematik adalah hasil
pengukuran waktu alir dan konstanta
viskometer terkalibrasi.

Peralatan
Viskometer, type gelas kapiler, yang telah
dikalibrasi.
Viscometer Holders
Viskometer bath, yang dilengkapi
thermostat, isi bath dengan media
pemanas bening( transparant ), dengan
kedalaman yang cukup, dimana bagian
contoh dalam viskometer harus terendam

kurang 20 mm dibawah permukaan media pemanas atau


kurang dari 20 mm diatass dasar bath.
- Temperatur control harus menpunyai range 15 - 100 oC (60212oF), media bath tidak bervariasi lebih dari 0,01 oC (0,02oF).
- Bagian luar termometer range ini bervariasi tidak boleh
melebihi 0.03oC (0,05oF).
Temperature measuring device
Gunakan termometer standard yang sesuai jenis pengukuran
Timing Device
Gunakan stop watch yang menunjukkan pembacaan dengan
perbedaan 0,2 detik dan mempunyai akurasi 0,07% bila di
tes dengan interval di atas 15 menit.

Perhitungan
Hitung viskositas kinematik, V dari waktu alir yang
terukur, t, dan konstanta
viskometer, c , dengan persamaan berikut :

V = ct
dimana :
V = Viskositas Kinematik, cSt (mm2/detik)
c = Konstanta Kalibrasi Viskometer, cst/detik
t = Waktu alir, detik.

VISKOSITAS INDEKS

ASTM D 2270

Viskositas index adalah suatu bilangan


yang menunjukkan perubahan
viskositas terhadap perubahan suhu.

SEJUMLAH
CONTOH

PRINSIP

UKUR
VISKOSITAS

40OC
100OC

HITUNG

LU
VI
x 100
LH

U = Viskositas kinematik pada 40oC ( = ..


cSt) dari suatu minyak yang akan
ditentukan viskositas indeksnya.

N = (log H log U)/log Y

( Anti log N ) 1
VI
100
(0.00715)

Kinematic
Viscosity
at 100 oC
mm 2/s
(cSt)

Kinematic
Viscosity
at 100 oC
mm 2/s
(cSt)

Kinematic
Viscosity
at 100 oC
mm 2/s
(cSt)

4..00

25.32

19.56

7.00

78.00

48.57

10.0

147.7

82.87

4..10

26.50

20.37

7.10

80.25

49.61

10.1

150.3

84.08

4..20

27.75

21.21

7.20

82.39

50.69

10.2

152.9

85.30

4.30

29.07

22.05

7.30

84.53

51.78

10.3

155.4

86.51

4.40

30.48

22.92

7.40

86.66

52.88

10.4

158.0

87.72

POUR POINT
METODE ASTM D 97

Ruang Lingkup.
Metode uji ini digunakan untuk produk
minyak bumi misalnya solar, pelumas,
minyak diesel dan minyak bakar.
Metode ini sesuai untuk black
specimens, cylinder stock dan fuel oil
yang tidak didistilasi, dan tidak untuk
pemeriksaan fluiditas dari residu fuel
oil pada temperatur khusus.

Definisi
Pour point adalah temperatur terendah
dimana minyak masih bisa dituangkan
atau masih bisa mengalir dengan
beratnya sendiri pada kondisi
pengujian.

Prinsip
Setelah pemanasan pendahuluan,
sampel didinginkan pada kecepatan
tertentu, diperiksa setiap interval 3 0C
untuk sifat alir. Temperatur terendah
masih tampak mengalir, minyak
diamati dan dicatat sebagai pour point.

Peralatan.
Test Jar,
Termometer mempunyai ketelitian + 1 0C terkalibrasi
Gabus penutup test jar, tengahnya dilubangi untuk
termometer.
Jacket logam atau gelas,
Disk, gabus tebal 6 mm, cocok untuk dimasukan
didalam jacket
Gasket
Bath.

Cara Kerja.
Lakukan sesuai prosedur

Perhitungan
Tambahkan 3 0C pada temperatur yang dicatat
pada point 5.7.7 diatas dan laporkan hasil
tersebut sebagai titik tuang, ASTM D 97.
Untuk minyak hitam dan lain-lain tambah 3 0C
pada temperatur yang dicatat pada point 5.7.7
dan laporkan sebagai titik tuang tertinggi,
ASTM D-97 atau titik tuang terendah ASTM D97, seperti yang diperlukan.

FLASH POINT
METODE ASTM D 93

Definisi
Titik nyala adalah temperatur
terkoreksi terendah pada tekanan
borometer 101.3 kPa (760 mmHg)
dimana sumber nyala api
menyebabkan uap-uap contoh uji
terbakar dibawah kondisi pengujian.

Prinsip
Contoh uji dipanaskan perlahan-lahan pada
kecepatan tetap dengan pengadukan secara
kontiyu didalam mangkok contoh uji tertutup.
Sumber api ditujukan kedalam mangkok test
tertutup dengan interval tertentu dan
pengadukan diberhentikan sesaat. Titik nyala
adalah temperatur cairan terendah, dimana
sumber api menyebabkan uap contoh uji
terbakar.

PERALATAN

Perhitungan
Baca dan catat tekanan barometer ruangan
pada waktu pengujian. Bila tekanan berbeda
dari 101.1 kPa (760 mmHg), maka koreksi titik
nyala sebagai berikut :
Titik nyala terkoreksi = C + 0.25 (101.3 K
(1)
Titik nyala terkoreksi = F + 0.06 (760 P)(2)
Titik nyala terkoreksi = C + 0.033 (760 P)(3)

Dimana :
C = pengamatan titik nyala dalam 0C
F = pengamatan titik nyala dalam 0F
P = pengamatan tekanan barometer dalam mmHg
K = pengamatan barometer dalam kPa
Jika tekanan barometer ruangan dibawah 101.3 kPa
(760 mm), titik nyala terkoreksi dibulatkan keatas
dengan ketelitian 0.5 0C (1 0F) dan catat.
Jika tekanan barometer ruangan diatas 101.3 kPa
(760 mm). Titik nyala terkoreksi dibulatkan ke bawah
dengan ketelitian 0.5 0C (1 0F).

Pelaporan
Laporkan flash point terkoreksi
menurut ASTM D 93 IP 34, Prosedur A
atau Prosedur B . Titik nyala Pensky
Martens Closed Cup untuk contoh yang
diuji.

CONRADSON CARBON RESIDUE


(CCR)
MONEL HOOD

CRUCIBLE
REFRACTORY BLOCK
INSULATOR RING
BURNER

WARNA ASTM D-1500

WARNA ASTM
(ASTM D1500)

Ruang Lingkup

Metode Uji ini digunakan untuk


penetapan warna secara visual produk
minyak bumi seperti minyak pelumas,
minyak pemanas, minyak diesel dan
lilin.

Prinsip

Dengan menggunakan standard


sumber cahaya, cairan contoh
ditempatkan dalam Colorimeter dan
dibandingkan dengan tabung gelas
berwarna, diatur nilainya antara 0,5
sampai 8,0. Jika tidak ada warna yang
cocok dan ada diantara dua standar
warna, maka dilaporkan warna yang
tertinggi.

Peralatan

Colorimeter, yang terdiri dari lampu


penerang, gelas warna standar dan
tempat contoh.lengkap dengan sumber
cahaya, glass color standard dan
tempat contoh.
Tabung tempat contoh dengan ukuran
standard diameter 30 sampai 32 mm,
tinggi 115 sampai 125 mm.

Cara Kerja

Isi tabung gelas denga Aquadest setinggi 50 mm


atau lebih. Tuangkan contoh kedalam tabung gelas
lain dengan ketinggian yang sama. Tempatkan
kedua tabung gelas pada tempatnya di colorimeter,
tutup untuk menghindari cahaya lampu.
Hidupkan sumber cahaya dan cocokkan warna
contoh dengan warna Aquadest dengan memutar
knop pengatur skala.
Catat skala yang ditunjukkan oleh alat pada
kedudukan warna yang sama.

Pelaporan

Laporkan warna dari contoh, misal 7.5 ASTM


Color.
Apabila warna ditengah-tengah antara kedua
warna standar, maka laporkan dengan
menambah huruf L.Misal L 7.5 ASTM Color.
Jangan dilaporkan D. 8 ASTM Color.
Apabila contoh diencerkan dalam pelarut kerosin,
laporkan warna dari campuran mengikuti
singkatan Dil, Misal : L 7.5 Dil ASTM Color.

ALAT ASTM D 1500

DISC
COMPARATOR

SAMPEL
ALAT ASTM D
1500
KNOP PEMUTAR
DISC

ANGKA SETANA (CETANE NUMBER)


1. DEFENISI
Angka setana adalah ukuran unjuk kerja pembakaran
bahan bakar diesel yang diperoleh dengan
membandingkannya dengan bahan bakar referen /
standar pada mesin uji standar.
Rasio komperasi adalah rasio / perbandingan volume
ruang bakar termasuk ruang pembakaran awal pada
saat piston berada pada titk mati bawah dengan
volume ruang bakar tersebut pada saat piston
berada pada titik mati atas.

Ignition delay penyalaan tunda,


waktu - dinyatakan dalam derajat sudut
engkol antara bahan bakar mulai
diinjeksikan dan mulai terbakar.
Setana meter adalah instrument
elektrik yang menunjukan waktu injeksi
bahan bakar dan penyalaan tunda
dengan menerima impuls impuls dari
transduser

2. PRINSIP
Angka setana bahan bakar diesel ditentukan dengan
membandinhkan karakteristik pembakarannya pada
mesin uji karakteristik campuran bahan bakar referens /
standar yang telah ditentukan angka setananya pada
kondisi operasi standar. Hal ini dipenuhi dengan
menggunakan prosedur pembatasan handwheel yang
mengubah ubah rasio komperasi (pembacaan
handwheel) bahan bakar sampel dan masing masing
bahan bakar referens untuk mendapatka penyalaan
tunda spesifik dengan menginterpolasi angka setana
berdasarkan pembacaan skala pada handwheel.

3. BAHAN
N-cetane (n-hexadecane) dengan kemurnian
minimum 99,0 % digunakan sebagai komponen
acuan berangka setana 100
Heptamethylnanone dengan tingkat kemurnian
minimium 98,0 % digunakan sebagai komponen
acuan berangka setana 15
T bahan bakar solar dengan angka setana rata
rata CNARV berkisar 73 75
U bahan bakar solar dengan angka setana rata
rata CNARV berkisar 20 22

4. ALAT
1. Set diesel engine satu silinder, 4
langkah, injeksi tak langsung dan
dilengkapi dengan instrumentasi.
Gelas ukur (1000 ml), satu buah
2. Gelas ukur (500 ml), dua buah
3. Stopwatch
1.

5. PEMBUATAN CAMPURAN
1. Siapkan alat alat yang diperlukan, alat alat tersebut adalah
gelas ukur 500 ml dua buah dan atu buah gelas ukur 1000 ml.
2. Tentukan terlebih dahulu angka setana yang diinginkan dari
campuran bahan bakar pembanding.
3. Lihat pada tabel angka setana campuran bahan bakar
pembanding sehingga didapat perbandingan masing masing
bahan bakar pembanding.
4. Siapkan bahan bakar pembanding T dan U.
5. Tuangkan bahan bakar pembanding T ke dalam gelas ukur 500
ml, banyaknya bahan bakar pembanding T sesuai dengan
yang terlihat pada tabel.

Tuangkan bahan bakar pembanding T tersebut


kedalam gelas ukur 1000 ml.
Tuangkan bahan bakar pembanding U
kedalam gelas ukur 500 ml.
Banyaknya bahan bakar pembanding U sesuai
dengan yan terlihat pada tabel.
Masukan bahan bakar pembanding U kedalam
gelas ukur 1000 ml, aduk campuran tersebut
sehingga tercampur sempurna.
Tuangkan campuran bahan bakar
pembanding ke dalam botol dan segera ditutup.

6. CARA PENGUJIAN
Hidupkan listrik dengan cara menekan tombol ON pada panel listrik.
Hidupkan socket dan chimney pada panel listrik.
Buka katup air pendingin.
Switch posisi START pada panel mesin CFR. Putar ke posisi ON untuk
pemanas udara dan pengontrol temperature. Putar pada posisi ON pada
pengatur temperetur pelumas.
Panaskan mesin kira kira 30 45 menit atau temperature pelumas
telah mencapai 220 F. Pemanasan mesin ini bisa dilakukan dengan
mesin listrik atau dengan bahan bakar.
Ukur laju alir bahan bakar ke pompa atau laju alir injeksi 13 ml/menit
(60 1detik per 13,0 ml)
Masukkan bahan bakar percontoh ke dalam tangki No. 2. Atur waktu
injeksi bahan bakar injeksi menjadi 13 , terlihat pada panel sudut
injeksi bahan bakar.

Atur handwheel sehingga penyalaan tunda menunjukan pada posisi 13 , terlihat


pada panel sudut injeksi bahan bakar. Catat skala pada handwheel.
Masukan bahan bakar pembanding I yang telah diketahui angka setananya pada
tangki No. 1. Lakukan flushing pada pompa bahan bakar.
Lakukan pengaturan waktu injeksi bahan bakar dan penyalaan tunda seperti yang
dilakukan pada percontoh. Catat hasil pembacaan handwheel.
Masukan bahan bakar pembanding II yang telah diketahui angka setananya pada
tangki No. 3. Angka setana bahan bakar pembanding I dan II harus mengapit angka
setana percontoh dan perbedaan angka setana bahan bakar pembanding tidak lebih
dari 5.
Lakukan pengaturan waktu injeksi dan penyalaan tunda. Catat pembacaan akhir
pada skala handwheel.
Angka setana percontoh didapat dengan perhitungan interpolasi.
Tutup aliran bahan bakar ke pompa bahan bakar. Putar posisis OFF pada penel
mesin CFR.
Tutup aliran air pedingin dan putar semua switch ke posisi OFF (socket dan
chimny)
Putuskan aliran dengan menekan tombol ke posisis OFF pada panel listrik.

7. RUMUS PERHITUNGAN
a.Hitung rata rata pembacaan handwheel percontoh dan masing - masing campuran
bahan bakar pembanding.
b.Hitung angka setana dengan menginterpolasi semua pembacaan handwheel sesuai
dengan fornula dibawah ini :
CNS = CNLRF + HWS - HWLRF + (CNHRF - CNLRF)
HWHRF HWLRF
Dimana :
CNS = angka setana percontoh
CNLRF = angka setana bahan bakar pembanding berangka setana rendah
CNHRF = angka setana bahan bakar pembanding berangka setana tinggi
HWS = pembacaan handwheel percontoh
HWLRF = pembacaan handwheel bahan bakar pembanding berangka setana rendah
HWHRF = pembacaan handwheel bahan bakar pembanding berangka setana tinggi

TERIMAKASIH

1. Anti Oksidan, fungsinya untuk mencegah terjadinya proses oksidasi


pada molekul pelumas.
2. Detergent, untuk menjaga permukaan logam agar bebas dari kotoran.
3. Dispersant, mengendalikan dan membawa kotoran agar terdispersi
merata dalam pelumas.
4. Anti karat atau korosi, untuk mencegah terjadinya karat pada bagian
logam yang berhubungan dengan pelumas.
5. Anti wear, mencegah gesekan dan keausan permukaan mesin.
6. Friction modifier, untuk meningkatkan tingkat kelicinan film pelumas.
7. Pour point despressant, mampu menjadikan pelumas tetap mudah
mengalir pada temperatur rendah.
8. Anti foam, mencegah terbentuknya busa ada pelumas.
9. Viscosity improver, untuk menjaga viskositas oli pada suhu rendah
dan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai