BIODATA
Nama : Santo Ribut
Tgl Lahir: Blora, 07 April 1958
NIP : 19580407 198103 1 002
Alamat :
Kantor
: Jl. Sorogo No.1 Cepu
Phone
: (0296) 421888 ext. 1411
Rumah
: Jl. Dumai V/13 Nglajo, Cepu
Phone
: (0296)425458 /
081325703202
Email
: santor_migas@yahoo.com
Santo_ribut@pusdiklatmigas.com
PENGAWASAN (CONTROL)
PENGERTIAN
TATACARA
PENGAWASAN/MONITORING MUTU BBM
LANDASAN
PENGAWASAN/MONITORING BBM
1. Peraturan Mentamben No. 0223.K/43/M.PE/1991 tanggal 13
Pebruari 1991 tentang Pengawasan Mutu Hasil-Hasil Pemurnian
dan Pengolahan Migas di dalam negeri
2. SK Dirjen Migas No. 12.K/43/DDJM/1991 tanggal 19 Maret 1991
tentang Tatacara Pengawasan Mutu BBM di dalam negeri.
LATAR BELAKANG
PENGAWASAN/MONITORING BBM
1. Pertamina bertanggungjawab dalam menjaga mutu BBM dari
saat penerimaan sampai penyerahan kepada konsumen
2. Peningkatan kepekaan masyarakat terhadap mutu BBM
3. Persyaratan mutu yang tercantum dalam spesifikasi BBM harus
dipenuhi agar tidak merusak mesin dan lingkungan
Langkah
pelaksanaan,
pengorganisasian
prosedur pengambilan contoh.
dan
10
12
PENGERTIAN
13
Short Test
14
15
18
19
Produk
BBM
pada
saat
Produk
BBM
pada
saat
Produk
BBM
pada
saat
20
PENGAWASAN MUTU
PENERIMAAN Produk BBM
1. Sebelum pembongkaran :
Pemeriksaan
dokumen
jaminan
mutu
(Certificate of Quality (COQ), Test Report atau
Release Note, No Batch harus sesuai NPP,
bandingkan dgn Spec.
Penerimaan contoh tanker (master sample).
Pemeriksaan segel, kode segel hrs sesuai dgn
yg tercantum di NPP atau surat keterangan
segel ulang.
21
Pengukuran
ullage,
hasil
pengukuran
dituangkan dalam Compartement Logsheet
Before Discharge (CLBD)
Pengukuran air, pengukuran air di dasar
kompartement
Pemeriksaan visual
- Appearance
- density, temperatur
- Elcond (Avtur)
- Warna/Bau
Pengambilan
retained
sample.
(contoh
gabungan bbrp kompartemen)
Uji Millipore Test (avtur)
22
2. Selama Pembongkaran
dilakukan pemeriksaan terhadap BBM yang
meliputi :
Appearance
Density, Temperature.
Warna dan bau.
23
3. Setelah Pembongkaran
PENGAWASAN MUTU
PENYIMPANAN PRODUK BBM
26
PENGAWASAN MUTU
PENYALURAN PRODUK BBM
27
RTW:
Penyegelan
semua
kerangan
dan
manhole.
Dilengkapi data pemeriksaan visual.
Jenis dan jumlah BBM .
Mobil Tangki/Isotank:
BPP yang mencantumkan density,
temperature,
jenis
produk
dan
jumlahnya.
Pipa:
28
Dasar Pemanfaatan.
Krisis Persediaan
Akan dilakukan Tank Cleaning
Lakukan Pemeriksaan Visual, bila jelek, ambil contoh
untuk resertifikasi
29
SPECIFIC GRAVITY /
DENSITY
METODE HIDROMETER
ASTM D 1298
I. RUANG LINGKUP
Untuk menentukan density, specific gravity atau APIgravity memakai alat hydrometer gelas dari contoh crude
oil atau produk-produknya.
Hasilnya diubah ke standar temperatur 150C atau 60/60 0F,
menggunakan tabel reduksi pada ASTM D 1250.
II. TERMINOLOGI
141,5
API Gravity = ------------------- 131,5
SG 60/60 0F
31
IV.
PERALATAN
Hydrometer standar:
skala Density,
skala SG atau
skala API-gravity.
Thermometer ASTM 12 C (density) atau 12 F (SG)
Gelas silinder
HYDROMETER
Termometer
Hidrometer
Density atau SG
35
PENGUKURAN SG/DENSITY
HYDROMETER
39
40
a. Lajur vertikal = V
yaitu lajur dari atas kebawah (Observed Temperatur, deg
F).
b. Lajur horisontal = H
yaitu lajur dari kanan kekiri (Observed Specific Gravity).
untuk
Penyelesaian
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Dibaca langsung
(Tanpa interpolasi)
1 x Interpolasi
Ada
Tidak ada
1 x Interpolasi
Tidak ada
Tidak ada
3 x Interpolasi
41
VI. KETELITIAN
Produk Transparent / Nonviscous
42
DENSITY
DIGITAL DENSITY METER
ASTM D 4052
DENSITY
I. RUANG LINGKUP
Untuk penetapan Density atau Relative Density dari
produk minyak bumi dan minyak kental yang pada
temperatur uji antara 15 35 0C berupa cairan.
Pada metode uji ini density dinyatakan sebagai g/mL
atau kg/m3.
II. TERMINOLOGI
Density : massa per unit volume pada suhu tertentu.
Relative Density : perbandingan dari density bahan
pada suhu tertentu terhadap density air pada suhu
tertentu.
44
46
APPEARANCE
ASTM D 4176
RUANG LINGKUP
untuk estimasi adanya air bebas
tersuspensi dan kontaminasi partikel
padatan dalam produk minyak.
TERMINOLOGI
Air bebas
Partikel padatan
Clear and Bright
RINGKASAN METODE
Prosedur 1 :
Sejumlah 900 mL fuel yang
ditempatkan dalam
beaker 1 L diuji
secara visual untuk kejernihannya.
Contoh dipusarkan dan diuji secara
visual adanya butiran air atau partikel
sediment dibawah pusaran (vortex).
Prosedur 2 :
Sejumlah 900 mL fuel yang
ditempatkan dalam
beaker 1 L diuji
secara visual untuk kejernihannya.
Tingkat kejernihan dinilai dengan
menempatkan Bar Chart Standar
dibelakang gelas beaker dan
bandingkan secara visual terhadap
foto nilai kekeruhan standar.
Pelaporan
Untuk prosedur 1 :
a. Hasil dari uji ditunjukkan bagus (pass) jika :
a.1. contoh dinyatakan clear and bright secara visual
a.2. jika tidak ada air atau partikulat pada bagian bawah
pusaran.
b. Hasil dari uji dilaporkan tidak bagus (fail) jika tidak
memenuhi kriteria dari a.1 dan a.2. Catat pula alasannya
bila dinyatakan tidak bagus
Secara individu, laporan bisa juga ditulis sebagai berikut :
Free WaterPass (absent) or Fail (present)
ParticulatesPass (absent) or Fail (present)
DISTILASI
ASTM D 86
RUANG LINGKUP
TERMINOLOGI
TERMINOLOGI (LANJUTAN)
PRINSIP
PERALATAN
KONSTRUKSI PERALATAN
THERMOMETE
R
KONDENSOR
FLASK
SHIELD
GELAS UKUR
PEMANAS
CARA KERJA
KETELITIAN
Group0
Group1
Group2
Group3
Group4
125
7C (7F)
125
7C (7F)
125
7C (7F)
125
8C (8F)
5C
B
38 (1.5)
5C
B
38 (1.5)
5C
C
50 (2.0)
6C
C
50 (2.0)
13 to 18
13 to 18
13 to 18
Not above
55 to 65
Not
above
ambient
55 to 65
55 to 65
Not above Not above
ambient
ambient
ambient
0 to 4.5
13 to 18
13 to 18
13 to 18
32 to 40
55 to 65
55 to 65
55 to 65
13 to
ambient
55 to
ambient
Flask, ml
100
ASTM Distilation
7C (7F)
Thermometer
IP Distilation Thermometer
5C
Flask Support
A
Diameter of Hole, mm (in)
32 (1.25)
Temperature at Stard of Test
:
Flask & Thermometer :
0 to 4.5
0
C
0
F 32 to 40
Flask Support and Shield
Not above
ambient
Graduated and 100 ml
change
(Sample)
0
C
F
PERHITUNGAN
Pelaporan
catat dan laporkan suhu titik didih awal
(IBP), 5 %, 10 %, 20 %, 30 %, 40 %, 50
%, 60 %, 70 %, 80 %, 90 %, 95 %,
volume distilat tertampung pada titik
didih akhir (FBP).
Catat dan laporkan maksimum destilat
residu dan persen kehilangan (%
losses).
AUTOMATIC DISTILLATION
COPPERSTRIP CORROSIO
ASTM D 130
Ruang Lingkup
Metode Uji ini dipakai untuk mendeteksi
pengkaratan (korosivitas) dari avgas, avtur,
automotive gasoline, natural gasoline atau
hidrokarbon lainnya, yang mempunyai tekanan
uap (RVP) tidak lebih besar dari 18 psi (124
kPa), cleaners (stoddard) solvent, kerosine,
diesel fuel, distillate fuel oil, lubricating oil dan
produk minyak tertentu lainnya.
Definisi
Korosivitas Lempeng Tembaga (Copper Strip)
adalah sifat kecenderungan bahan bakar
minyak atau pelumas untuk menimbulkan
karat pada logam campur Fe dan Ca. Logam
campur Fe dan Ca biasa dipakai sebagai
bahan konstruksi alat penimbun, penyalur
dan pemakaian BBM seperti tanki, pipa,
tubing, karburator, ruang bakar dari mesin
atau motor bensin dan lain-lain.
Prinsip
Lempeng tembaga yang telah digosok
dan dibersihkan, direndam dalam
contoh dengan volume tertentu dan
dipanaskan pada temperatur, dan
waktu tertentu. Pada akhir
pemeriksaan, angkat lempeng
tembaga, bersihkan dan bandingkan
dengan standard ASTM Copper Strip
Corrosion.
Peralatan
Tabung reaksi (Test Tube), ukuran 25 - 150 mm
Penangas (bath) yang suhunya dapat diatur konstan
pada 50oC atau 100oC. Penangas harus mempunyai
penyangga yang sesuai untuk test tube pada posisi
tegak dan masuk kedalamnya kira-kira 100 mm (4
inchi).
Copper Strip Corrosion Test Bomb
Termometer ASTM 12 C atau ASTM 12 F
Copper Strip Holder
ASTM CopperStrip Corrosion Standards
Cara Kerja
Persiapkan lempeng tembaga, sebagai berikut:
Gosok ke-enam permukaan lempeng tembaga pada alat copper strip
holder dengan kertas ampelas secara merata sampai bersih, halus
dan mengkilap.
Remdam lempeng tembaga dalam iso oktan, ambil lempeng tembaga
dalam iso oktan dengan penjepit dan memegangnya dengan kertas
saring.
Kemudian gosok kembali permukaan lempeng tembaga dengan
carborandum 150 mesh menggunakan kapas yang dibasahi iso oktan.
Rendam kembali lempeng tembaga dalam iso oktan. Ambil lempeng
tembaga, kemudian keringkan sisa iso oktan yang masih menempel
pada lempeng tembaga dengan kapas bersih, dan selanjutnya segera
dimasukkan kedalam test tube berisi contoh.
Pengujian Contoh
Pengujian Diesel Fuel, Fuel Oil, Automotive
Gasoline
Cara pengujian sama dengan butir 7.2.1
tetapi tidak menggunakan test bomb (tanpa
test bomb) dan kondisi pengujiannya pada
suhu 50 + 1oC (122 + 2oF), selama 3 jam +
5 menit. Cegahlah isi tabung reaksi dari
penyinaran yang kuat selama pengujian.
Interpretasi
Interpretasikan korosivitas contoh dengan
membandingkan penampakan strip uji dengan
salah satu strip pada ASTM Copper Strip
Corrosion Standards lihat tabel dibawah.
Klasifikasi
Freshly Polished Strip ........
1.
Agak buram
Tarnish)
Keterangan
b) Orange gelap
a) Merah anggur
b) Lavender
c) Campuran warna biru atau perak atau
keduanya
d) Keperakan
( Corrosion )
e) Seperti emas
a) Merah tua
b) Campuran merah dan hijau
a) Hitam terang (Transparant), abu-abu
gelap atau coklat dengan bintik hijau
b) Hitam
black)
pinsil
c) Hitam gelap
(Graphite
or
lustertess
VISKOSITAS KIICNEMATIC
METODE ASTM D 445
Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk
menentukan kekentalan minyak, baik
yang transparan maupun yang gelap
(opaque), misalnya Solar, Pelumas baru
maupun Pelumas bekas, dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan oleh
minyak untuk mengalir secara gravitasi
melalui kapiler viskometer yang
terkalibrasi.
Prinsip
Waktu diukur dalam detik untuk volume
contoh tertentu yang mengalir karena
gravitasi melalui kapiler viskometer
terkalibrasi pada temperatur yang
telah ditetapkan.
Viskositas kinematik adalah hasil
pengukuran waktu alir dan konstanta
viskometer terkalibrasi.
Peralatan
Viskometer, type gelas kapiler, yang telah
dikalibrasi.
Viscometer Holders
Viskometer bath, yang dilengkapi
thermostat, isi bath dengan media
pemanas bening( transparant ), dengan
kedalaman yang cukup, dimana bagian
contoh dalam viskometer harus terendam
Perhitungan
Hitung viskositas kinematik, V dari waktu alir yang
terukur, t, dan konstanta
viskometer, c , dengan persamaan berikut :
V = ct
dimana :
V = Viskositas Kinematik, cSt (mm2/detik)
c = Konstanta Kalibrasi Viskometer, cst/detik
t = Waktu alir, detik.
VISKOSITAS INDEKS
ASTM D 2270
SEJUMLAH
CONTOH
PRINSIP
UKUR
VISKOSITAS
40OC
100OC
HITUNG
LU
VI
x 100
LH
( Anti log N ) 1
VI
100
(0.00715)
Kinematic
Viscosity
at 100 oC
mm 2/s
(cSt)
Kinematic
Viscosity
at 100 oC
mm 2/s
(cSt)
Kinematic
Viscosity
at 100 oC
mm 2/s
(cSt)
4..00
25.32
19.56
7.00
78.00
48.57
10.0
147.7
82.87
4..10
26.50
20.37
7.10
80.25
49.61
10.1
150.3
84.08
4..20
27.75
21.21
7.20
82.39
50.69
10.2
152.9
85.30
4.30
29.07
22.05
7.30
84.53
51.78
10.3
155.4
86.51
4.40
30.48
22.92
7.40
86.66
52.88
10.4
158.0
87.72
POUR POINT
METODE ASTM D 97
Ruang Lingkup.
Metode uji ini digunakan untuk produk
minyak bumi misalnya solar, pelumas,
minyak diesel dan minyak bakar.
Metode ini sesuai untuk black
specimens, cylinder stock dan fuel oil
yang tidak didistilasi, dan tidak untuk
pemeriksaan fluiditas dari residu fuel
oil pada temperatur khusus.
Definisi
Pour point adalah temperatur terendah
dimana minyak masih bisa dituangkan
atau masih bisa mengalir dengan
beratnya sendiri pada kondisi
pengujian.
Prinsip
Setelah pemanasan pendahuluan,
sampel didinginkan pada kecepatan
tertentu, diperiksa setiap interval 3 0C
untuk sifat alir. Temperatur terendah
masih tampak mengalir, minyak
diamati dan dicatat sebagai pour point.
Peralatan.
Test Jar,
Termometer mempunyai ketelitian + 1 0C terkalibrasi
Gabus penutup test jar, tengahnya dilubangi untuk
termometer.
Jacket logam atau gelas,
Disk, gabus tebal 6 mm, cocok untuk dimasukan
didalam jacket
Gasket
Bath.
Cara Kerja.
Lakukan sesuai prosedur
Perhitungan
Tambahkan 3 0C pada temperatur yang dicatat
pada point 5.7.7 diatas dan laporkan hasil
tersebut sebagai titik tuang, ASTM D 97.
Untuk minyak hitam dan lain-lain tambah 3 0C
pada temperatur yang dicatat pada point 5.7.7
dan laporkan sebagai titik tuang tertinggi,
ASTM D-97 atau titik tuang terendah ASTM D97, seperti yang diperlukan.
FLASH POINT
METODE ASTM D 93
Definisi
Titik nyala adalah temperatur
terkoreksi terendah pada tekanan
borometer 101.3 kPa (760 mmHg)
dimana sumber nyala api
menyebabkan uap-uap contoh uji
terbakar dibawah kondisi pengujian.
Prinsip
Contoh uji dipanaskan perlahan-lahan pada
kecepatan tetap dengan pengadukan secara
kontiyu didalam mangkok contoh uji tertutup.
Sumber api ditujukan kedalam mangkok test
tertutup dengan interval tertentu dan
pengadukan diberhentikan sesaat. Titik nyala
adalah temperatur cairan terendah, dimana
sumber api menyebabkan uap contoh uji
terbakar.
PERALATAN
Perhitungan
Baca dan catat tekanan barometer ruangan
pada waktu pengujian. Bila tekanan berbeda
dari 101.1 kPa (760 mmHg), maka koreksi titik
nyala sebagai berikut :
Titik nyala terkoreksi = C + 0.25 (101.3 K
(1)
Titik nyala terkoreksi = F + 0.06 (760 P)(2)
Titik nyala terkoreksi = C + 0.033 (760 P)(3)
Dimana :
C = pengamatan titik nyala dalam 0C
F = pengamatan titik nyala dalam 0F
P = pengamatan tekanan barometer dalam mmHg
K = pengamatan barometer dalam kPa
Jika tekanan barometer ruangan dibawah 101.3 kPa
(760 mm), titik nyala terkoreksi dibulatkan keatas
dengan ketelitian 0.5 0C (1 0F) dan catat.
Jika tekanan barometer ruangan diatas 101.3 kPa
(760 mm). Titik nyala terkoreksi dibulatkan ke bawah
dengan ketelitian 0.5 0C (1 0F).
Pelaporan
Laporkan flash point terkoreksi
menurut ASTM D 93 IP 34, Prosedur A
atau Prosedur B . Titik nyala Pensky
Martens Closed Cup untuk contoh yang
diuji.
CRUCIBLE
REFRACTORY BLOCK
INSULATOR RING
BURNER
WARNA ASTM
(ASTM D1500)
Ruang Lingkup
Prinsip
Peralatan
Cara Kerja
Pelaporan
DISC
COMPARATOR
SAMPEL
ALAT ASTM D
1500
KNOP PEMUTAR
DISC
2. PRINSIP
Angka setana bahan bakar diesel ditentukan dengan
membandinhkan karakteristik pembakarannya pada
mesin uji karakteristik campuran bahan bakar referens /
standar yang telah ditentukan angka setananya pada
kondisi operasi standar. Hal ini dipenuhi dengan
menggunakan prosedur pembatasan handwheel yang
mengubah ubah rasio komperasi (pembacaan
handwheel) bahan bakar sampel dan masing masing
bahan bakar referens untuk mendapatka penyalaan
tunda spesifik dengan menginterpolasi angka setana
berdasarkan pembacaan skala pada handwheel.
3. BAHAN
N-cetane (n-hexadecane) dengan kemurnian
minimum 99,0 % digunakan sebagai komponen
acuan berangka setana 100
Heptamethylnanone dengan tingkat kemurnian
minimium 98,0 % digunakan sebagai komponen
acuan berangka setana 15
T bahan bakar solar dengan angka setana rata
rata CNARV berkisar 73 75
U bahan bakar solar dengan angka setana rata
rata CNARV berkisar 20 22
4. ALAT
1. Set diesel engine satu silinder, 4
langkah, injeksi tak langsung dan
dilengkapi dengan instrumentasi.
Gelas ukur (1000 ml), satu buah
2. Gelas ukur (500 ml), dua buah
3. Stopwatch
1.
5. PEMBUATAN CAMPURAN
1. Siapkan alat alat yang diperlukan, alat alat tersebut adalah
gelas ukur 500 ml dua buah dan atu buah gelas ukur 1000 ml.
2. Tentukan terlebih dahulu angka setana yang diinginkan dari
campuran bahan bakar pembanding.
3. Lihat pada tabel angka setana campuran bahan bakar
pembanding sehingga didapat perbandingan masing masing
bahan bakar pembanding.
4. Siapkan bahan bakar pembanding T dan U.
5. Tuangkan bahan bakar pembanding T ke dalam gelas ukur 500
ml, banyaknya bahan bakar pembanding T sesuai dengan
yang terlihat pada tabel.
6. CARA PENGUJIAN
Hidupkan listrik dengan cara menekan tombol ON pada panel listrik.
Hidupkan socket dan chimney pada panel listrik.
Buka katup air pendingin.
Switch posisi START pada panel mesin CFR. Putar ke posisi ON untuk
pemanas udara dan pengontrol temperature. Putar pada posisi ON pada
pengatur temperetur pelumas.
Panaskan mesin kira kira 30 45 menit atau temperature pelumas
telah mencapai 220 F. Pemanasan mesin ini bisa dilakukan dengan
mesin listrik atau dengan bahan bakar.
Ukur laju alir bahan bakar ke pompa atau laju alir injeksi 13 ml/menit
(60 1detik per 13,0 ml)
Masukkan bahan bakar percontoh ke dalam tangki No. 2. Atur waktu
injeksi bahan bakar injeksi menjadi 13 , terlihat pada panel sudut
injeksi bahan bakar.
7. RUMUS PERHITUNGAN
a.Hitung rata rata pembacaan handwheel percontoh dan masing - masing campuran
bahan bakar pembanding.
b.Hitung angka setana dengan menginterpolasi semua pembacaan handwheel sesuai
dengan fornula dibawah ini :
CNS = CNLRF + HWS - HWLRF + (CNHRF - CNLRF)
HWHRF HWLRF
Dimana :
CNS = angka setana percontoh
CNLRF = angka setana bahan bakar pembanding berangka setana rendah
CNHRF = angka setana bahan bakar pembanding berangka setana tinggi
HWS = pembacaan handwheel percontoh
HWLRF = pembacaan handwheel bahan bakar pembanding berangka setana rendah
HWHRF = pembacaan handwheel bahan bakar pembanding berangka setana tinggi
TERIMAKASIH