Anda di halaman 1dari 10

ASPEK LEGAL ETIK TEKNIK INSEMINASI BUATAN

Nama Kelompok :
1.Erlina Dwi Jayanti
(141.0041)
2.Evi Kurnianti
(141.0043)
3.Fita Fauziyyah
(141.0047)
4.Hardilani Pritasari (141.0049)
5.Varinta Putri P
(141.0103)

REPRODUKSI

Pengertian Teknik Inseminasi Buatan

Kata inseminasi berasal dari bahasa


inggris insemination yang artinya
pembuahan atau penghamilan secara
teknologi, bukan secara alamiah.
Inseminasi
buatan
merupakan
terjemahan dari artificial insemination
yang berarti memasukkan cairan semen
(plasma semen) yang mengandung selsel kelamin pria (spermatozoa) yang
diejakulasikan melalui penis pada waktu
terjadi kopulasi atau penampungan
semen.

Macam-Macam Inseminasi Buatan

1.Inseminasi Heterolog, yang disebut juga


artificial insemination donor (AID) yaitu
iseminasi buatan yang selnya bukan
berasal dari air mani suami isteri yang
sah.
2.Inseminasi Homolog, disebut juga artificial
insemination
husband
(AIH)
yaitu
inseminasi buatan yang berasal dari sel
air mani suami-isteri yang sah.

Teknik Inseminasi Buatan


Menurut ilmu kedokteran, inseminasi buatan
memiliki dua metode atau teknik, yaitu :
Teknik IUI (Intrauterine Insemination ), teknik
IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan
melalui leher rahim hingga ke lubang uterine
(rahim).
Teknik
DIPI
(
Direct
Intraperitoneal
Insemination ), teknik DIPI telah dilakukan sejak
awal tahun 1986. Teknik DIPI dilakukan dengan
cara sperma diinjeksikan langsung ke peritoneal
(rongga peritoneum).

Tujuan Teknik Inseminasi Buatan

Tujuan dari adanya teknik inseminasi


buatan yang terjadi di Indonesia selama ini
adalah untuk mendapatkan keturunan bagi
pasangan suami istri yang sudah menikah,
namun tidak memiliki keturunan. Sebagian
kecil diantaranya memiliki berbagai kendala
yang tidak memungkinkan mereka untuk
memiliki keturunan. Maka dari itu, teknologi
dimanfaatkan untuk mengatur reproduksi
keturunan dengan cara teknik inseminasi
buatan.

Aspek Moral tentang Teknik Inseminasi


Buatan

Aspek moral sangat berpengaruh penting dengan


aspek agama yang ada dalam masyarakat. Dalam hukum
Islam tidak menerima cara pengobatan ini dan tidak boleh
menerima anak yang dilahirkan sebagai anak yang sah,
apalagi jika anak yang dilakukan perempuan karena
nantinya akan mempersoalkan siapa walinya jika anak
tersebut menikah. Bolehkah ayah yaitu suami yang
memiliki gangguan reproduksi dapat diterima sebagai
walinya? Selain masalah agama juga muncul soal hukum
dalam pembagian harat. Bolehkah anak yang dilahirkan
AID mewarisi harta ayah juga dalam hal lain-lain yang
berkaitan dengan pewarisan. Di negara barat, yang mana
inseminasi benih penderma dilakukan dengan giatnya,
mereka atasi masalah Undang-Undang dengan menjalani
proses adopsi secara sah. Tetapi kedudukan di negara
Indonesia masih belum jelas.

Aspek Hukum tentang Teknik Inseminasi


Buatan
Terdapat beberapa tinjauan dari Segi
Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan.
Jika benihnya berasal dari Suami Istri,
dilakukan
proses
fertilisasi-in-vitro
transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam
rahim Istri maka anak tersebut baik secara
biologis ataupun yuridis mempunyai satus
sebagai anak sah (keturunan genetik) dari
pasangan
tersebut.
Akibatnya
memiliki
hubungan mewaris dan hubungan keperdataan
lainnya.

Aspek Budaya tentang Teknik Inseminasi


Buatan
Aspek budaya bayi Inseminasi Buatan adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan
dari
generasi
ke
generasi.
Kebudayaan
mengandung
keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat. Program
Inseminasi Buatan pada dasarnya tidak sesuai
dengan budaya dan tradisi ketimuran kita.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan masih sangat

Aspek Etik tentang Teknik Inseminasi


Buatan
Pada kasus yang sedang dibahas ini tampak
sekali ketidaksesuaiannya dengan budaya dan
tradisi ketimuran kita.
Sebagian agamawan
menolak Fertilisasi in vitro pada manusia, sebab
mereka berasumsii bahwa kegiatan tersebut
termasuk Intervensi terhadap karya Illahi. Dalam
artian, mereka yang melakukakan hal tersebut
berarti ikut campur dalam hal penciptaan yang
tentunya itu menjadi hak prioregatif Tuhan.
Padahal semestinya hal tersebut bersifat natural,
bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu
melalui hubungan sexsual antara suami-istri yang
sah menurut moral.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai