Anda di halaman 1dari 27

Tuberkulosis Paru

Putus Obat

Nur Hidayah Binti Dzulkifly


102012522

Skenario

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang untuk mengetahui kondisi penyakit TB


paru nya. Pasien mempunyai riwayat pengobatan TB 2x. Pertama kali berobat
pasien hanya minum obat selama sekitar 3 bulan kemudian tidak melanjutkan
pengobatannya lagi. Saat ini pasien menjalani pengobatan TB yang ke-2 kalinya,
pasien mengatakan ia mendapatkan obat suntik kali ini, dan sudah berjalan
selama 6 bulan.

Rumusan Masalah

Laki-laki berusia 35 tahun dengan riwayat putus obat,


pada pengobatan ke 2 dengan streptomycin sudah 6
bulan.

Anamnesis (auto)

Identitas
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pengobatan
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluarga
Riwayat sosial

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan TTV
Inspeksi : bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi diameter
antero-posterior banding proporsi diameter lateral.
Palpasi
Palpasi trakea: pergeseran (lobus atas paru)
Gerakan dinding toraks anterior (normal, kecuali ada komplikasi)
Vocal fremitus (penurunan jika ada komplikasi)
Perkusi sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi suara vesikuler melemah, kalau ada kavitas (amforik)

Pemeriksaan penunjang
Darah
Sputum
Radiologi
Fokus Gohn (pembesaran hilus
mediastinum)
Konsolidasi yang kecil, lobaris, atau luas
hingga seluruh lapangan paru
Penebalan pleura (pleuritis), massa
cairan (efusi/empiema), radiolusen di
pinggir paru (pneumotoraks)
Tuberkulin tes

Darah
Saat TB mulai aktif : leukosit
sedikit meninggi, limfosit masih
dibawah normal, dan LED mulai
meningkat.
Bila mulai sembuh, leukosit
normal, limfosit masih tinggi dan
LED normal .

Tes
tuberkulin
dipakai untuk membantu
menegakkan diagnosis TB
terutama pada anak-anak.
Menyatakan : pernah atau sedang
mengalami infeksi Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium
bovis, vaksinasi BCG, dan
mycobacteria patogen lainnya.

Sputum
melihat adanya kuman BTA jika memang
pasien menderita TB.
Pemeriksaan tahan Asam -> Ziehl
Neelsen -> badan sel merah
Skala IUATLD ( International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease)

Radiologi
Fokus Gohn (pembesaran
hilus mediastinum)
Konsolidasi yang kecil,
lobaris, atau luas hingga
seluruh lapangan paru

Working diagnosis

TB paru putus obat

infeksi kuman Mycobacterium


tuberculosis.

Keluhan >> bahkan sampai tidak dapat diatasi


dengan obat utama karena kuman sudah menjadi
resisten.

Differential diagnosis

Isoniazid
Rifampisin
Multi drugs
resistance
Resisten
golongan
fluorokuinolon

Differential diagnosis

Extensive drugs resistance

Resisten 4 obat anti TBC


isoniazid dan rifampisin + golongan fluorokuinolon (seperti ofloxacin atau
moxifloxacin) atau second-line therapy (amikacin, capreomycin, atau kanamycin).

Differential diagnosis

Total drugs resistance

TB yang resisten terhadap OAT total, baik lini pertama (INH,


rifampisin, ethambutol, dan streptomycin) dan lini kedua
(kanamisin, amikasin, dan lain sebagainya).

Resisten terhadap rifampisin bisa dideteksi menggunakan


metode fenotipik dan genotipik

Differential diagnosis

Kanker paru
Biasanya ditemukan penurunan berat badan yang tidak
terencana
Lemas dan tidak nafsu makan
Nyeri pada tulang menunjukan adanya metastasis
Riwayat keluarga ada riwayat keganasan
Kesadaran menurun
Gejala klinis dari keganasan paru

Differential diagnosis

Gejala klinis kanker paru


Early stage asimptomatik
Gejala yang berhubungan dengan tumor primer
Batuk persisten
Sputum berdarah
Stridor dan wheesing
penumonitis
Gejala yang timbul jka sudah ada metastasis
Sakit pada tulang, abdomen, kepala, kebingungan
Efusi pleura, dan sakit dada
Gejala umum
Berat badan turun, ga nafsu makan, lemas, cepat lelah
Sindrom paraneoplasic

Differential diagnosis

Kanker paru

Merupakan suatu pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada organ paru,
maupun bronkus dan bronkiolus
Dikarenakan paparan berulang dari zat karsinogenik yang menyebabkan
replikasi abnromal pada sel
Sehinga terjadi hiperplasi dan displasia abnormal dan membentuk suatu
massa pada paru
Prognosis buruk
Angka kematian besar, lebih besar bahkan di bandingkan jika kanker
mamae dan prostat di gabungkan
Banyak di negara-negara yang jumlah perokoknya tinggi

Differential diagnosis

Bronkiektasis

Bronkiektasis bukanlah penyakit yang umum dan sering ditemui.


Penyakit ini seringkali disebabkan oleh infeksi yang berakibat
pada distorsi abnormal permanen pada bronkus. Gejala klinik
yang timbul antara lain batuk dengan sputum mukopurulen yang
kronis, dispnea, nyeri dada, bunyi napas mengi, dan demam.

Etiologi TB
Mycobacterium tuberculosis
Ordo: Actinomisetales
Family: Mycobacteriaceae
Bakteri batang , tidak bergerak, tidak
berspora
Aerob
Mengandung gliserol (sumber karbon)
dan garam amonium (sumber nitrogen)
Tumbuh baik 37-410C,
Dinding sel kaya lipid menimbulkan
resistensi terhadap daya bakterisid
antibody dan komplemen
Tumbuh lambat

Epidemiologi
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi
sampai saat ini TB masih tetap menjadi problem kesehatan
dunia yang utama.
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%)
terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Di antara
mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun.
Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka
lebih dari 65% kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang
muncul terjadi di Asia.

Gejala klinik

Demam (subfebril)
Batuk/batuk berdarah
Sesak napas
Nyeri dada
Malaise
Anoreksia
BB turun
Sakit kepala,
Meriang
Nyeri otot
Keringat malam,

Patogenesis (primer)
droplet
infeksius di
udara

terhirup oleh
orang sehat
Jd kompleks
primer (Ranke)

menempel pd sal.
napas/jaringan
paru.

partikel < 5 m
msk ke alveolar.

kuman
menetap di
jar.paru

membentuk sarang
primer/sarang Ghon

Kuman mati/
dibersihkan

keluar dg gerakan
silia brsama
sekretnya

Patogenesis (sekunder)
Kuman
yang
dormant

Sbg infeksi
endogen jadi
tuberkulosis
dewasa

Tb sekunder tjd
karna imunitas
yang menurun

tuberkel epiteloi
yg dikelilingi o/
limfosit

sarang dini yang


berlokasi di
regio atas paru

Penatalaksanaan

Isoniasid(H)
Obat ini sangat efektifterhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang.
Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10
mg/kg BB. Obat ini memiliki efek samping hepatotoksik.

Rifampisin (R)
dosis 10 mg/kg BB diberikan samauntuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. Efek sampinganoreksia, mual,
nyeri perut, hepatotoksik, anemia hemolitik, urin berwarna merah.

Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam seldengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg
BB ,sedangkanuntuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kgBB. Efek samping nyeri sendi,
hepatotoksik, anoreksia, nausea, gastritis.

Streptomisin (S)
Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BBsedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yangsama
penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75gr/hari sedangkan unukberumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50gr/hari.

Etambutol (E)
Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis30 mg/kg/BB.
Efek samping hepatotoksik, penurunan visus.

Promotif dan preventif

Vaksinasi BCG
Imunitas timbul 6-8 minggu setelah pemberian BCG.
Kemoprofilaksis
Sebagai kemoprofilaksis biasanya dipakai INH dengan
dosis 10mg/kgBB/- hari selama 1 tahun.

Komplikasi
Komplikasi dini meliputi:
Pleuritis
Efusi pleura
Emfisema
Laringitis
Menjalar ke organ lain seperti usus, tulang dan otak.
Komplikasi lanjut meliputi:
Obstruksi jalan nafas atau SPOT
Kerusakan parenkim berat seperti fibrosis paru, kor pulmonal
Karsinoma paru
Sindrom gagal nafas dewasa

Prognosis

Tanpa pengobatan yang adekuat, tuberkulosis bisa


menjadi fatal.

Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
tahan asam Mycobacterium tuberculosis. Penatalaksanaan farmakologis TB
sangat bergantung pada status pasien, apakah pasien merupakan kasus TB
baru, pernah memiliki riwayat pengobatan, dan sebagainya. Bakteri patogen
penyebab TB paru ada yang bermutasi sehingga melahirkan strain-strain
yang resisten terhadapa pengobatan, yaitu MDR, XDR, dan TDR.
Penatalaksanaan TBC yang seksama dan tepat dapat meminimalkan
kemungkinan timbulnya resistensi terhadap obat. Jadi, berdasarkan kasus di
atas, kita bisa simpulkan bahwa pria tersebut mengalami TB paru putus obat.

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai