Anda di halaman 1dari 69

ANESTESI UMUM

PADA PASIEN NORMAL PRESSURE HYDROCEPHALUS


DENGAN PEMASANGAN VENTRICULOPERITONEAL SHUNT

Nama
: Ni Putu
Dea Pawitri Handayani
Stambuk
: N 111 14 010

Pembimbing Klinik : dr. Sofyan Bulango, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN

Hidrosefalus: akumulasi abnormal cairan


cerebrospinal dalam ventrikel otak dengan
tekanan cairan serebrospinal yang tinggi atau
normal.
Normal pressure hydrocephalus (NPH) terkait
pembesaran ventrikel tanpa adanya tekanan
intrakranial yang meningkat, ditandai:
gangguan motorik,
inkontinensia
demensia.

Koreksi bedah melibatkan pengaliran cairan


dari sistem ventrikel ke salah satu dari tiga
tempat: peritoneum, atrium, atau rongga
pleura. Pilihan yang paling umum adalah
pirau ventrikuloperitoneal.

Anestesia artinya hilangnya sensasi


nyeri yang disertai maupun yang
tidak disertai hilangnya kesadaran.
Pertimbangan anestesi untuk
penempatan pirau
ventrikuloperitoneal terkait:
penilaian riwayat penyakit pasien
obat
status volume intravaskular
riwayat anestesi
pemeriksaan fisik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Normal Pressure Hydrocephalus


Definisi
Hidrosefalus: peningkatan volume
cairan serebrospinal di dalam
tengkorak yang abnormal.
Normal pressure hydrocephalus (NPH)
merupakan gejala klinis kompleks
yang ditandai dengan gaya berjalan
abnormal, inkontinensia urin dan
demensia.

Patofisiologi
Distorsi bagian sentral korona radiata oleh
distensi ventrikel
Edema interstisial dari substansia putih
dan mengganggu aliran darah.
Periventrikular substansia putih termasuk
fiber motor sacral yang menginervasi
tungkai dan kandung kemih terganggu
sehingga terjadi gaya berjalan abnormal
dan inkontinensia urin.
Demensia merupakan hasil dari distorsi
sistem limbik periventrikular.

Epidemiologi
Penyakit yang dominan pada
lanjut usia.
Insiden NPH meningkat seiring
dengan penuaan usia.

Penyebab

Idiopatik
Penyebab sekunder:
cedera kepala
perdarahan subaraknoid
Meningitis
Tumor SSP
Kompensasi hidrosefalus kongenital

Manifestasi Klinik
Gaya berjalan:
bradikinetik, langkah lebar, dan menyeret.

Gejala urinary NPH


urgency urin atau inkontinensia urin.

Demensia
kehilangan memori prominen
bradifrenia.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Imaging
Temuan CT scan dan MRI pada penderita NPH
Pembesaran ventrikel tidak sesuai dengan atrofi sulkus
Periventrikel prominent dan hiperintensitas konsisten
dengan aliran transependymal dari cairan serebrospinal

Gambar 1. MRI T2-weighted menunjukkan dilatasi


ventrikel tidak sesuai dengan atrofi sulkus pada
pasien dengan NPH. Panah menunjuk ke aliran
transependymal.

Aliran prominen di aqueductus dan ventrikel


ketiga
Penipisan dan elevasi corpus callosum pada
gambaran sagital
Pembulatan dari tanduk frontal

Gambar 2. CT scan kepala pasien dengan


NPH menunjukkan dilatasi ventrikel. Panah
menunjuk ke sebuah tanduk frontal bulat.

Manajemen
Manajemen paling
umum: implantasi bedah
pirau.
Sistem pirau:
kateter pengumpul
mekanisme katup
kateter keluar.

Sistem yang paling


umum: pirau
ventrikuloperitoneal (VP)
(dari ventrikel otak ke
peritoneum).

Prognosis
Prognosis masih tetap buruk karena
kurangnya perbaikan pada beberapa
pasien setelah operasi.
Perbaikan tercatat hanya 21% dari
pasien setelah operasi pirau.
Tingkat komplikasi sekitar 28%.
Tingkat kematian atau morbiditas pada
7% pasien.

Anestesia Umum
Definisi
anestesi yang artinya hilang sensasi
nyeri (rasa sakit) yang disertai maupun
tidak disertai hilangnya kesadaran.
Anestetik umum dapat memberikan efek
analgesia yaitu hilangnya sensasi nyeri,
atau efek anestesia yaitu analgesia yang
disertai hilangnya kesadaran, dan bekerja
di susunan saraf pusat.

Jenis Anestetik Umum


Anestetik Inhalasi
Anestetik Intravena

Sevofluran
Anestesi umum berbentuk cairan volatile, yang dapat
merubah aktivitas kanal ion di neuron, terutama
reseptor neurotransmitter sinaptik termasuk
asetilkolin nikotinik, GABA dan reseptor glutamat.
Onset:2-3 menit
Durasi kerja: tergantung konsentrasinya dalam darah.
Dosisnya yaitu 0,5-3% dalam oksigen.
Indikasi: untuk induksi dan maintenance pada
anestesi umum.
Kontraindikasi: pasien yang rentan terhadap
hipertermi maligna dan hipersensitivitas.
Efek samping: malignant hiperthermia, bradikardia,
takikardia, hipotensi, hipertensi, mual/muntah, batuk,
peningkatan salvasi dan iritasi saluran respirasi.

Stadium Anestesi Umum


Stadium I (Analgesia)
Sejak saat pemberian anestetik sampai
hilangnya kesadaran.
Tidak lagi merasakan nyeri (analgesia), tetapi
masih tetap sadar dan dapat mengikuti
perintah

Stadium II (Eksitasi)
sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya
pernapasan yang teratur yang merupakan
tanda dimulainya stadium pembedahan.
Delirium
Gerakan-gerakan di luar kehendak
Pernapasan tidak teratur

Stadium III (Pembedahan)


Dimulai dengan timbulnya kembali pernapasan yang
teratur sampai pernapasan spontan hilang.
Tingkat 1: pernapasan teratur, spontan dan seimbang antara
pernapasan dada dan perut, gerakan bola mata terjadi
di luar kehendak, miosis, dan tonus otot rangka masih ada.
Tingkat 2: pernapasan teratur tetapi frekuensinya lebih kecil,
bola mata tidak bergerak, pupil mata melebar, otot rangka
mulai melemas, dan refleks laring hilang sehingga dapat
dilakukan intubasi.
Tingkat 3: pernapasan perut lebih nyata daripada pernapasan
dada karena otot interkostal mulai lumpuh, relaksasi otot
rangka sempurna, pupil lebih lebar tetapi belum maksimal.
Tingkat 4: pernapasan perut sempurna, tekanan darah mulai
menurun, pupil sangat lebar dan refleks cahaya hilang.
Pembiusan hendaknya jangan sampai ke tingkat 4 ini sebab
pasien akan mudah sekali masuk dalam stadium IV yaitu
ketika pernapasan spontan melemah.

Stadium IV (Depresi Medula


Oblongata)
Dimulai dengan melemahnya
pernapasan perut dibanding stadium III
tingkat 4
Tekanan darah tidak dapat diukur karena
pembuluh darah kolaps
Jantung berhenti berdenyut.

Anestesia Pada Pasien Normal


pressure hydrocephalus Untuk
Pemasangan VP Shunt

Penilaian Pra Operasi


riwayat anestesi,
masalah dengan anestesi sebelumnya,
riwayat keluarga dengan reaksi anestesi,
riwayat medis sebelumnya,
obat saat ini (misalnya antikonvulsan,
acetazolamide, furosemide),
alergi
asupan oral terakhir.

Persiapan, Alat dan Memonitor


Operasi pirau ventrikuloperitoneal pada
posisi supinasi, kepala berpaling ke sisi
kontralateral dari lokasi masuknya
pirau.
Mengamankan posisi pipa endotrakeal
Peralatan: alat penyaluran oksigen dan
zat anestesi volatile, suction, masker,
orofaringeal airways, pipa trakea dan
laringoskop serta alat monitor (pulse
oksimetri, elektrokardiogram dan alat
pengukur tekanan darah).

Induksi Anestesia
Induksi intravena memungkinkan kontrol
yang cepat dari saluran napas.
agen induksi yang cocok dalam dosis
sedasi (proprofol 2-4 mg / kg, thiopentone
3-5 mg / kg)
Pemeliharaan Anestesia
fentanyl (1-3 mcg / kg) atau remifentanyl
(1 mcg / kg), meningkatkan kedalaman
anestesi, dapat digunakan untuk meredam
peningkatan denyut jantung dan TIK

Manajemen Pasca Operasi


blokade neuromuskular dapat
dilawan menggunakan neostigmin
(50 mcg/kg) dikombinasikan dengan
antikolinergik (misalnya atropin 25
mcg/kg)

BAB III
STATUS PASIEN

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. Nasir


Umur : 60 tahun
Alamat : Baliase
Pekerjaan : Berkebun
Agama : Islam
Ruangan: Instalasi Bedah Sentral
Tanggal Pemeriksaan : 20 November
2015
No.Rek.Medis : 477574

ANAMNESIS
Keluhan Utama : sakit kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
:
Pasien rujukan dari RS Anutapura dengan diagnosa
cephalgia. Pasien mengeluh sakit kepala sejak sekitar
2 bulan yang lalu. Sakit kepala terjadi setiap hari.
Sakit kepala semakin lama semakin memberat hingga
akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari. Sakit
kepala terasa seperti tertekan dan ditusuk di area atas
dan belakang kepala. Keluhan ini disertai dengan
pasien menjadi sering lupa. Pasien juga mengeluh
susah berjalan sejak 2 minggu yang lalu. Selain itu,
pasien mengeluh sulit menahan keinginan berkemih.
Pasien memiliki riwayat jatuh di kamar mandi sekitar 3
tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Sebelumnya


Riwayat alergi disangkal
Hipertensi disangkal
Diabetes Melitus disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit Berat
Kesadaran : (GCS E4 V5 M6)
Berat Badan : 60 kg
Status Gizi : Gizi Baik
Primary Survey
Airway : Paten
Breathing : Respirasi 24 kali/menit
Circulation : Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 76 kali/menit, regular, kuat angkat

Secondary Survey
Kepala :
Bentuk : Normocephale
Rambut : Warna hitam dan abu-abu
Kulit kepala : Psoriasis (-), lesi (-)
Wajah :Simetris, paralisis facial (-)
Kulit :Pucat (-), sianosis (-), massa (-)
Mata :
Eksoftalmus (-), enophtalmus (-), ptosis (-),
konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-).
Pupil:Bentuk isokor, bulat, diameter 2 mm/2 mm,
Refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya
tidak langsung +/+.

Hidung & Sinus


Deviasi septum nasi (-), polip (-), rhinorrhea (-),
epistaksis (-), nyeri tekan pada sinus (-)
Mulut &Faring :
Bibir : sianosis (-), pucat (-)
Lidah : deviasi lidah (-), lidah kotor (-), tremor (-)
Mallampati: grade II
Leher
:
Inspeksi : jaringan parut (-), massa (-)
Palpasi :pembengkakan kelenjar limfe (-),
pembesaran pada kelenjar tiroid (-)
Trakhea : Deviasi trakhea (-)

Thorax
Inspeksi : Normochest, retraksi (-),
massa (-), cicatrix (-), spider nevi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), ekspansi
paru simetris kiri dan kanan, taktil
fremitus kesan normal.
Perkusi : sonor (+) di seluruh
lapang paru, batas paru hepar SIC VI
dextra.
Auskultasi : vesikular +/+, bunyi
tambahan (-).

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V
linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea parasternal dextra et
sinistra
Batas kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas kiri : SIC IV linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler
murni, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar terhadap
thorax dan symphisis pubis, massa (-).
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan
normal (20 kali/menit) di seluruh
kuadran abdomen.
Perkusi : Timpani (+) di seluruh
kuadran abdomen.
Palpasi : hepar tidak teraba, spleen
tidak teraba, nyeri tekan (-), ginjal
tidak teraba

Genitalia
: tidak terdapat sekret
(-)
Ekstremitas:
Atas: Edema (-), Akral hangat (+/
+)
Bawah: Edema (-), Akral hangat
(+/+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Rutin (19 November
Parameter
Hasil
Satuan
Range
2015)
RBC

5,36

106/mm3

Normal
4,50-6,50

Hemoglobin(Hb)

14

gr/dl

13,0-17,0

Hematokrit

43,2

40,0-54,0

Platelet

191

103/mm3

150-500

WBC

11,4

103/mm3

4,0-10,0

MasaPerdarahan

menit

1-5

MasaPembekuan

7,5

menit

4-10

Serologi darah (19 November


Parameter
Hasil
NilaiRujukan
2015)
HBsAg

Nonreaktif

Nonreaktif

Kimia
darah
(17 November
2015)
Parameter
Hasil
Satuan
Range
Normal
GDS

136

mg/dl

74,0-100,0

Kreatinin

0,78

mg/dl

0,70-1,30

Urea

39,0

mg/dl

18,0-55,0

EKG

Kesan: Hipertension Heart Disease

Foto polos thoraks AP (14


November 2015)

Corakan bronchovaskular dalam batas normal


Tidak terdapat proses spesifikasi
Cor: membesar, apkes tertanam, aorta elongasi
Sinus dan diafragma baik
Tulang-tulang intak
Kesan: Cardiomegaly et elongatio aortae

Head CT Scan

Kesan:
Lacunar infark di pons kanan
Tampak pelebaran ringan ventrikel
lateralis dan ventrikel III suspek ada
stricture pada posterior ventrikel III

Status Fisik: ASA 3

RESUME
Pasien laki-laki usia 60 tahun mengeluh
sakit kepala sejak sekitar 2 bulan yang
lalu. Sakit kepala terjadi setiap hari
yang semakin lama semakin
memberat. Keluhan ini disertai dengan
pasien menjadi sering lupa. Pasien juga
mengeluh susah berjalan sejak 2
minggu yang lalu. Selain itu, pasien
mengeluh sulit menahan keinginan
berkemih. Pasien memiliki riwayat jatuh
di kamar mandi sekitar 3 tahun yang
lalu.

Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan keadaan


umum sakit berat, airway: paten, breathing:
respirasi 24 kali/menit, circulation: tekanan darah
120/70 mmHg, nadi: 76 kali/menit.
Dari hasil pemeriksaan penunjang ditemukan
WBC 11,4x 103/mm3, GDS 136 mg/dl, foto polos
thoraks AP: cardiomegaly et elongation aortae,
dan head CT scan tampak lacunar infark di pons
kanan serta tampak pelebaran ringan ventrikel
lateralis dan ventrikel III suspek ada striktur pada
posterior ventrikel III.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang maka status fisik
pasien pada kasus ini masuk dalam kelompok
ASA 3.

DIAGNOSIS KERJA
Normal pressure hydrocephalus

TINDAKAN
Pemasangan ventriculoperitoneal
(VP) shunt/pirau ventrikuloperitoneal

Persiapan di Kamar Operasi


1. Menyiapkan mesin anestesi dan sistem aliran gas dan
cadangan volatile agent.
2. Menyiapkan obat dan alat anestesi yang digunakan.
3. Menyiapkan alat-alat dan obat resusitasi.
4. Menyiapkan pasien dengan posisi supine di meja operasi,
memasang alat pantau tekanan darah, infus pada tiang
infus dan pulse oxymetri.
5. Evaluasi ulang tanda vital pasien :
- Tekanan darah: 130/90 mmHg
- Nadi: 92 x/menit
- Respirasi: 26 x/menit

6. Pasien diberikan fentanyl 60 mcg dan sedacum 4 mg


secara intravena sebagai obat premedikasi.
7. Pasien diberi oksigen melalui face mask selama 2-4
menit.

Persiapan di Kamar Operasi


8. Dipastikan apakah airway pasien paten.
9. Pasien diberikan propofol (recofol) 150 mg secara intravena sebagai
induksi anestesi.
10.Pasien diberikan atracurium (tramus) 20 mg secara intravena dan
diberi bantuan nafas dengan ventilasi mekanik.
11.Dipastikan pasien sudah berada dalam kondisi tidak sadar dan stabil
untuk dilakukan intubasi dengan endotracheal tube.
12.Dilakukan ventilasi dengan oksigenasi.
13.Dilakukan intubasi endotracheal tube.
14.Cuff dikembangkan, lalu cek suara nafas pada semua lapang paru
dan lambung dengan stetoskop, dipastikan suara nafas dan dada
mengembang.
15.Endotracheal tube difiksasi agar tidak lepas dan disambungkan
dengan ventilator.
16.Maintenance dengan inhalasi oksigen 2 lpm dan sevoflurane MAC
3%.
17.Monitor tanda-tanda vital pasien, produksi urin dan saturasi oksigen.

DATA ANESTESIA

Jenis anestesi : General anestesia


Teknik anestesi : Intubasi
Obat : Sevofluran
ETT No. : 7,5
Lama anestesi : 2 jam 40 menit
Lama operasi : 1 jam 35 menit
Pre- operatif
Pasien puasa 8 jam pre-operatif
Infus Ringer Laktat 500 ml
Keadaan umum dan tanda vital dalam batas normal

Intraoperatif

Keterangan
1. Propofol (recofol)
2. Atracurium (tramus)
3. Efedrine
4. Atracurium (tramus)
5. Lidocaine HCl
6. Ketorolac

Perdarahan selama operasi: 300 cc


Jumlah cairan yang diberikan selama
pembedahan
Ringer Laktat 500 cc
Ringer Laktat 500 cc

Total input cairan : 1000 cc


Perdarahan total : 300 cc
Urin total : 100 cc
Keseimbangan cairan : total input
total output = 1000-400 = + 600

Post operatif :
Tekanan darah: 110/80 mmHg
Nadi: 92 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Terapi: - Ringer Laktat 20 tpm
Injeksi Cefuroxime (anbacim) 1
gram/8 jam

Jumlah medikasi
Propofol (recofol) 150 mg
Atracurium (tramus) 40 mg
Efedrine 30 mg
Lidocaine HCl 40 mg
Ketorolac 30 mg

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien diposisikan dalam posisi supine


Premedikasi :fentanyl dan sedacum.
Fentanyl:potensi analgesik 75-125 kali lebih baik
daripada morfin atau 750-1250 lebih kuat daripada
petidin.
Indikasi fentanyl: nyeri sebelum operasi, selama dan
pasca operasi, penanganan nyeri pada kanker,
suplemen anestesi sebelum operasi untuk
mencegah atau menghilangkan takipnea dan
delirium pasca operasi emergensi.
Onset fentanyl :1-3 menit untuk sedatif, 5-10 menit
untuk analgesia dan durasi kerja 30-60 menit.
Dosis fentanyl yaitu 1-2 mcg/kg BB.
Pada pasien ini diberikan fentanyl 60 mcg, hal ini
telah sesuai dengan teori.

Pasien juga diberikan


sedacum/midazolam sebagai
premedikasi.
Midazolam: golongan benzodiazepine.
Tujuan: menghilangkan rasa cemas.
Midazolam IV yang disuntikkan 15-60
menit prabedah memberikan efek
amnesia retrograde.
Keuntungan: tidak menimbulkan rasa
nyeri saat penyuntikan.
Dosis midazolam yaitu 0,07-0,1 mg/kgBB.
Pada pasien ini diberikan midazolam 4
mg, hal ini telah sesuai dengan teori.

Pasien diberikan oksigen melalui face mask selama 2-4


menit.
Induksi anestesi: propofol.
Mekanisme kerjanya dengan potensiasi-aminobutiric
acid (GABA)-induced chloride,dengan berikatan pada
subunit dari reseptor GABAA. Subunit 1, 2, 3pada
domain transmembran merupakan area kritis aksi
hipnotik propofol.
Pada reseptor GABAAdi hippocampus, propofol
menghambat pelepasan acethylcholine pada
hippocampus dan kortek prefrontal sehingga timbul efek
sedasi propofol.
Onset hipnosis propofoldengan dosis 2,5 mg/kg, yaitu 90100 detik.
Durasi hipnosis tergantung pada dosis.
Efek kardiovaskular propofol yang paling bermakna
adalah penurunan tekanan darahsebesar 25 40 %.
Propofol mereset atau menghambat baroreflek,
mengurangi respon takikardi pada hipotensi.

Atracurium (tramus)
Tujuan: untuk memudahkan intubasi
trakea.
Atracurium: kelompok obat
pelumpuh otot non depolarisasi
Dosis awal: 0,4-0,5 mg/kgBB
Dosis maintenance: 0,1-0,2 mg/kgBB
setiap 20-30 menit.
Pada pasien ini diberikan atrakurium
30 mg saat intubasi dan 10 mg untuk
maintenance setiap 30 menit, hal ini
telah sesuai dengan teori.

Pada kasus ini, pasien dilakukan intubasi dengan


endotracheal tube dan diberikan oksigen 2 lpm dan
sevoflurane MAC 3%.
Sevofluran: anestetik inhalasi berupa cairan volatile
Tujuan: memberikan induksi dan pemulihan yang cepat.
Mekanisme kerja anestesia inhalasi yaitu adanya
penurunan aktivitas neuron sel-sel substansia
gelatinosa di kornu dorsalis medulla spinalis yang peka
terhadap anestetik sehingga menghambat transmisi
sensorik dari rangsang nosiseptik. Ini menyebabkan
terjadinya tahap analgesia.
Sevofluran diindikasikan untuk induksi dan
pemeliharaan anestesi umum pada orang dewasa dan
anak-anak.
Efek sevofluran pada aliran darah serebral minimal dan
tidak menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
sehingga cocok digunakan terutama untuk bedah saraf.

Contoh anestetik inhalasi lainnya yaitu


enfluran, isofluran, dan halotan.
Enfluran: anestetik eter berhalogen yang
tidak mudah terbakar.
Enfluran: fase induksi anestesia yang
relatif lambat.
Kadar tinggi menyebabkan depresi
kardiovaskular dan perangsangan SSP.
Efek enfluran pada SSP: aliran darah
serebral meningkat.
Enfluran menyebabkan relaksasi otot
rangka lebih baik daripada halotan.
Anestesi yang dalam menyebabkan
depresi pernapasan dan depresi sirkulasi.

Isofluran: eter berhalogen yang tidak mudah


terbakar.
Isofluran berbau tajam.
Isofluran merelaksasi otot rangka lebih baik dan
meningkatkan efek pelumpuh otot depolarisasi
maupun nondepolarisasi lebih baik dibandingkan
enfluran.
Tekanan darah turun cepat dengan makin dalamnya
anestesia.
Isofluran menyebabkan depresi napas dan menekan
respon ventilasi terhadap hipoksia.
Isofluran memicu refleks saluran napas yang
menyebabkan hipersekresi, batuk dan spasme
laring.
Isofluran menyebabkan sedikit peningkatan aliran
darah serebral dan tekanan intrakranial.

Halotan: anestetik golongan hidrokarbon yang


berhalogen.
Halotan berbentuk cairan tidak berwarna, berbau enak,
tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak
meskipun dicampur dengan oksigen.
Halotan: anestetik yang kuat dengan efek analgesia yang
lemah.
Halotan menghambat otot jantung dan otot polos
pembuluh darah serta menurunkan aktivitas saraf
simpatis.
Halotan menyebabkan bradikardia, karena aktivitas vagal
meningkat.
Halotan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di
otot rangka dan otak.
Depresi napas terjadi pada kadar halotan yang
menimbulkan anestesia.
Penggunaan halotan berulang kali dapat menyebabkan
nekrosis hati.

Efedrin
Tujuan: meningkatkan tekanan
sistolik dan diastolik.
Dosis efedrin untuk hipotensi terkait
dengan anestesi yaitu 5-25 mg
secara intravena dan tidak lebih dari
150 mg/hari.
Pada pasien ini, diberikan efedrin
dengan dosis 5-10 mg, hal ini telah
sesuai dengan teori.

Lidocain HCl.
Tujuan: agen antiaritmia.
Pada pasien ini, mengalami ventrikel
ekstrasistol.
Ventrikular Extrasystole (VES): denyut
jantung sebelum denyut jantung yang
reguler, karena ventrikel berkontraksi
prematur sebelum pelepasan elektrik
normal tiba dari SA node.
Dosis 0,7-1,4 mg/kgBB secara intravena.
Pada pasien ini, diberikan lidokain
dengan total dosis 40 mg, hal ini telah
sesuai dengan teori.

Setelah operasi selesai, dilakukan ekstubasi dan tandatanda vital pasien diperiksa kembali.
Pada pasien ini tanda vitalnya masih dalam batas normal.
Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan (recovery room)
Kriteria umum yang dapat digunakan untuk pemindahan
pasien ke bangsal yaitu menggunakan skor Aldrette.
Jika total skor lebih dari 8, pasien dapat dipindahkan ke
ruangan bangsal.
Skor Aldrette pada kasus ini:
Aktivitas: 1 (pasien mampu menggerakan 2 ekstremitas)
Respirasi: 2(pasien mampu bernapas dalam dan spontan)
Sirkulasi: 2 (pasien memiliki tekanan darah 20% dari nilai pre
anestesi)
Kesadaran: 2 (pasien sudah sadar penuh)
Warna kulit: 2, (kemerahan)
Total skor pada pasien ini yaitu 9 sehingga pasien dapat
dipindahkan ke ruangan bangsal.

BAB V
KESIMPULAN

1. Normal pressure hydrocephalus (NPH) merupakan gejala


klinis kompleks yang ditandai dengan gaya berjalan
abnormal, inkontinensia urin dan demensia.
2. Manajemen paling umum untuk NPH adalah implantasi
bedah pirau ventrikuloperitoneal.
3. Anestesi artinya hilang sensasi nyeri (rasa sakit) yang
disertai maupun tidak disertai hilangnya kesadaran.
4. Anestetik umum dapat memberikan efek analgesia yaitu
hilangnya sensasi nyeri, atau efek anestesia yaitu
analgesia yang disertai hilangnya kesadaran, dan bekerja
di susunan saraf pusat.
5. Stadium anestesi terdiri dari stadium analgesia, eksitasi,
pembedahan dan depresi medulla oblongata.
6. Jenis anestetik umum adalah anestetik inhalasi dan
anestetik intravena.
7. Sevofluran merupakan agen anestetik inhalasi yang
efeknya pada aliran darah serebral minimal dan tidak
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial sehingga
cocok digunakan terutama untuk bedah saraf.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hydrocephalus Association (2009). Normal Pressure Hydrocephalus.
San Francisco: Hydrocephalus Association
2. Nienaber, J. 2011. Anaesthesia for ventriculoperitoneal shunts. South
Africa Journal Anaesthesia [cited 2015 Nov 23]; 17(1). Diakses dari:
http://www.sajaa.co.za%2Findex.php%2Fsajaa%2Farticle
%2Fdownload%2F718%2F838&usg=AFQjCNGlnD_bmgSgag-3VelXQQDPx8
3. Gunawan, S.G. et al (2011). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI
4. Snell, R. (2013). Neuroanatomi Klinik Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
5. Schneck, M. J. et al 2015. Normal Pressure Hydrocephalus. Medscape
(serial online) [cited 2015 Nov 23]. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1150924-overview
6. Sunderland, R & Mallory, S. 2008. Anaesthesia for
Ventriculoperitoneal Shunt Insertion. Anaesthetic Department, Great
Ormond Street Hospital for Children [cited 2015 Nov 24]; 1(1).
Diakses dari: www.frca.co.uk/Documents/121%20Anaesthesia%20for
%20VP%20shunt%20insertion

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai