Anda di halaman 1dari 66

ASPEK HUKUM

INTERVENSI
KOMPLEMENTER
DI INDONESIA
M.C.Inge Hartini
2013

DASAR HUKUM PELAYANAN PENGOBATAN


KOMPLEMENTER-ALTERNATIF
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Permenkes RI Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 Tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Permenkes RI Nomor : 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
Permnekes RI Nomor : 003/MENKES/PER/I/2010, Tentang
Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan
Kesehatan.
Kepmenkes RI No. 0584/MENKES/SK/VI/1995 Tentang Sentra
Pengembangan Dan Penerapatn Pengoobatan Tradisional.
Kepmenkes RI Nomor 1277/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang
Tenaga Akupunktur.

Kepmenkes RI Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003


Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional Kepmenkes RI Nomor
381/MENKES/SK/III/2007 Tentang Kebijakan Obat
Tradisional Nasional
Kepmenkes RI Nomor 121/MENKES/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Medik Herbal
Kepmenkes RI Nomor 120/MENKES/SK/II/2008,
Tentang Standar Pelayanan Medik Hiperbarik
Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009
Tentang Farmakope Herbal Indonesia Edisi
Pertama
Kepmenkes RI Nomor 1334/MENKES/SK/IX/2010,
Tentang Komisi Nasional Saintifikasi Jamu

Keputusan Direktur Jenderal Bina


Pelayanan Medik No.
HK.03.05/I/199/2010 tentang
Pedoman Kriteria Penetapan Metode
Pengobatan
Komplementer=Alternatif yang dapat
diintegrasikan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

UU 36/2009 Tentang Kesehatan


Pelayanan kesehatan tradisional
adalah pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan
ketrampilan turun-temurun secara
empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat

PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL


(1) Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi:
a. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
keterampilan; dan
b. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
ramuan.
(2) Pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya
serta tidak bertentangan dengan norma agama.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis
pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
UU 36/2009 Tentang Kesehatan, Ps. 59

UU 36/2009

Pasal 60
(1) Setiap orang yang melakukan pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan
alat dan teknologi harus mendapat izin
dari lembaga kesehatan yang berwenang.
(2) Penggunaan alat dan teknologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya serta tidak
bertentangan dengan norma agama dan
kebudayaan masyarakat.

UU 36/2009
Pasal 191
Setiap orang yang tanpa izin melakukan
praktik pelayanan kesehatan tradisional
yang menggunakan alat dan teknologi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat
(1) sehingga mengakibatkan kerugian harta
benda, luka berat atau kematian dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Kepmenkes No. 1076/Menkes/SK/VII/2003


Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan


dan atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatnya yang mengacu kepada
pengalaman, keterampilan turun temurun
dan atau pendidikan/pelatihan, dan
diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat
Pengobat tradisional ketrampilan terdiri dari
pengobat tradisional pijat urut, patah tulang,
sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris,
akupunkturis, chiropractor dan pengobat
tradisional lainnya yang metodenya sejenis

KLASIFIKASI PENGOBAT
TRADISIONAL
KETRAMPIL
AN

RAMUAN

STPT (Surat
Terdaftar Pengobat
Tradisional) Ka
Dinkes Kab/Kota

PENDEKATA
N AGAMA

REKOMENDASI KANTOR
DEPAG KAB/ KOTA

SUPRANATU
RAL

REKOMENDASI
KEJAKSAAN KAB/KOTA

Kepmenkes No. 1076/Menkes/SK/VII/2003 Tentang


Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional

PASAL 14
(1) PENGOBAT TRADISIONAL YANG
MELAKUKAN PEKERJAAN/PRAKTIK
SEBAGAI PENGOBAT TRADISIONAL
HARUS MEMILIKI STPT (Surat
Terdaftar Pengobat Tradisional) atau
SIPT (Surat Izin Pengobat Tradisional)

BATRA KETRAMPILAN

Batra Pijat Urut


Batra Patah Tulang
Batra Sunat
Batra Dukun Bayi
Batra Pijat Refleksi
Akupresuris
Akupunkturis
Kepmenkes No. 1076/Menkes/SK/VII/2003
Chiropractor Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional

BATRA RAMUAN

Batra Ramuan Indonesia (Jamu)


Batra Gurah
Shinse
Tabib
Homeopath
Aroma therapist

Kepmenkes No. 1076/Menkes/SK/VII/2003


Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional

BATRA PENDEKATAN
AGAMA
BATRA SUPRANATURAL

Kepmenkes No. 1076/Menkes/SK/VII/2003


Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional

Menkes Resmikan Lab Obat Tradisional

okezone 25 Agustus 2010

KARANGANYAR - Obat tradisional mulai mendapat perhatian


pemerintah. Hari ini Mentri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih meresmikan laboraturium terpadu Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional (BPTOOT) di kabupaten Karanganyar, Jateng.
"Semoga dengan adanya laboraturium ini bisa mengembangkan
obat tradisional yang mulai menurun di mata masyarakat. Tetapi
harus memperhatikan dulu peran laboraturium dan jenis
penilitianya seperti apa," ujar Menkes dalam sambutanya, Rabu
(25/8/2010).

TENAGA AKUPUNKTUR

Tenaga akupunktur adalah setiap orang


yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Diploma III Akupunktur yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Tenaga akupunktur merupakan salah satu
tenaga kesehatan yang masuk dalam
kelompok keterapian fisik.

Kepmenkes RI No. 1277/Menkes/SK/VIII/2003

AKUPUNKTUR
Akupunktur (Bahasa Inggris:
Acupuncture; Bahasa Latin:
acus, "jarum" (k benda), dan
pungere, "tusuk" (k kerja))
atau dalam Bahasa
Mandarin standard, zhn ji
( arti harfiah: jarum moxibustion) adalah teknik
memasukkan atau
memanipulasi jarum ke dalam

OBAT HERBAL
Obat herbal adalah media
pengobatan yang menggunakan
tanaman dengan kandungan bahan
bahan alamiah sebagai bahan
bakunya.B erbagai jenis tanaman
yang berkhasiat obat sebenarnya
banyak yang dapat diperoleh di
lingkungan sekitar, seperti di
halaman rumah, pinggir jalan, atau

Menkes: Khasiat herbal perlu diriset


Dalam kunjungannya Jawa Pos Group
dan Rakyat Merdeka, Menteri
Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih mengakui penggunaan herbal
sebagai obat tradisional terus meningkat.
Salah satunya adalah menggunakan jamu.
Sebelum digunakan, Menkes menyarankan
perlu ada uji coba atau riset lebih rinci
mengenai khasiat jamu, termasuk herbal
lainnya.

21 June 2010

Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan
pada subjek dalam kondisi Hipnosis.
Kata "Hipnosis" adalah kependekan dari istilah
James Braid's (1843) "neuro-hypnotism", yang
berarti "tidurnya sistem syaraf". Orang yang
terhipnotis menunjukan karakteristik tertentu
yang berbeda dengan yang tidak, yang paling
jelas adalah mudah disugesti. Hipnoterapi sering
digunakan untuk memodifikasi perilaku subjek,
isi perasaan, sikap, juga keadaan seperti
kebiasaan disfungsional, kecemasan, sakit
sehubungan stress, manajemen rasa sakit, dan
perkembangan pribadi.

HIPNOTERAPI MENURUT KKI


(Konsil Kedokteran Indonesia)
Hipnoterapi adalah suatu terapi dengan memberdayakan
tenaga pikiran bawah sadar, dengan terlebih dulu
mengistirahatkan pikiran sadar klien.
Dokter, menggunakan hipnoterapi berdasarkan Standar
Kompetensi Dokter dari KKI
Paramedik, menggunakan hipnoterapi di bawah
pengawasan dokter
Psikiater menggunakann hipnoterapi sebagai salah satu
bentuk Psikoterapi, di samping Somaterapi dan Sosioterapi
Psikolog , menggunakan salah satu bentuk Psikoterapi
dalam rangka Hipnosis Klinik
Hipnoterapis, seseorang yang khusus mempelajari
hipnoterapi, menggunakan hipnoterapi sebagai satusatunya bentuk terapi

HIPNOTERAPI MENURUT KKI


(Konsil Kedokteran Indonesia)
Perlu diperhatikan 7 hal berikut:
1. Alasan penggunaan hipnoterapi (indications)
2. Pencegahan penggunaan hipnoterapi untuk
kasus tertentu (precautions)
3. Pantangan penggunaan hipnoterapi (contra
indications)
4. Efek samping yang dapat timbul (side effects)
5. Penanggulangan efek samping
6. Bahaya yang mungkin timbul
7. Aspek hukum dan etika dari hipnoterapi

AYURVEDA
Ayurveda merupakan ajaran bentuk
pengobatan alternatif yang biasa
dilakukan di India. Kata "Ayurveda"
berasal dari gabungan kata yus "hidup"
dan veda "ilmu", dan bisa diartikan
menjadi "Ilmu Kehidupan". Ayurveda
mencakup pengukuran hidup yang sehat,
dengan terapi yang berhubungan dengan
fisik, mental, sosial, dan keselarasan
spiritual. Kedokteran ilmiah tidak
mengakui pengobatan Ayurveda, karena
adanya penemuan pengobatan ini dapat
menimbulkan risiko medis yang besar.

CHIROPRACTIC
Chiropractic adalah
pengobatan tradisional yang
mengobati penyakit
langsung pada sumbernya,
yaitu tulang belakang
Chiropractor akan melakukan
penarikan, pemijatan,
penarikan, perabaan atau
penekanan pada tulang
belakang yang terhubung

BATRA GURAH
BATRA GURAH adalah seseorang
yang memberikan pelayanan
pengobatan dengan cara
memberikan ramuan tetesan
hidung, yang berasal dari larutan
kulit pohon sengguguh dengan
tujuan mengobati gangguan saluran
pernafasan atas

AROMATERAPI
Aromaterapi ialah istilah generik bagi
salah satu jenis pengobatan alternatif
yang menggunakan bahan cairan
tanaman yang mudah menguap
Aromatherapist adalah seseorang yang
memberikan perawatan dengan
menggunakan rangsangan aroma yang
dihasilkan oleh sari minyak murni
(essental oils) yang didapatkan dari sari
tumbuh-tumbuhan (ekstraksi dari bunga,

AKUPRESUR
Akupresur adalah salah satu
bentuk fisioterapi dengan
memberikan pemijatan dan
stimulasi pada titik-titik
tertentu pada tubuh.

APA BEDA
PENGOBATAN TRADISIONAL
dengan PENGOBATAN
KOMPLEMENTER ALTERNATIF ?

PENGOBATAN KOMPLEMENTER
TRADISIONAL ALTERNATIF
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di
dalamnya pengobatan komplementer
alternatif meningkat dari tahun ke
tahun (digunakan oleh 40 % penduduk
Indonesia).

PENGOBATAN KOMPLEMENTER
TRADISIONAL ALTERNATIF
Pengobatan komplementer tradisional
alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik dan belum diterima
dalam kedokteran konvensional
Permenkes RI Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes
TENAGA PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF

(1)Tenaga pengobatan komplementer alternatif


terdiri dari dokter, dokter gigi dan tenaga
kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan
terstruktur dalam bidang pengobatan
komplementer alternatif
(2)Tenaga PKA dalam memberikan pengobatan
PKA harus sesuai dengan kompetensi tenaga
kesehatan, pengetahuan dan ketrampilan
komplementer-alternatif yang dimilikinya

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes

Pasal 6
(1)Ruang lingkup PKA yang berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik meliputi:
a. Intervensi Tubuh dan Pikiran
b. Sistem Pelayanan Pengobatan Alternatif
c. Cara Penyembuhan Manual
d. Pengobatan Farmakologi dan Biologi
e. Diet dan Nutrisi untuk Pencegahan dan
Pengobatan
f. Cara Lain dalam Diagnosa dan Pengobatan

Jenis pelayanan pengobatan komplementer


alternatif berdasarkan Permenkes RI, Nomor :
1109/Menkes/Per/2007
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body
interventions) : Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan
spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur,
akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi,
ayurveda
3. Cara penyembuhan manual : chiropractic, healing
touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal,
gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan :
diet makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi
ozon, hiperbarik, EECP

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes
Pasal 5
(1)PKA dapat dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan apabila aman, bermutu dan terjangkau
serta memiliki hasil pengkajian yang dilakukan oleh
institusi yang berwenang sesuai ketentuan yang
berlaku
(2) Dalam pelaksanaan PKA sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan kesehatan komplementer alternatif
dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, diagnosa, terapi dan proses
rujukan
(3)Jenis PKA yang dilaksanalan telah dilakukan
pengkajian dan dapat dipertanggungjawabkan

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes

Pasal 6
Dalam melakukan PKA hanya dapat
digunakan peralatan yang aman bagi
kesehatan dan sesuai dengan metode
keilmuannya
Pasal 7
Penggunaan alat dan obat dalam PKA harus
memenuhi standar dan/atau persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes
Pasal 8
(1)Pelayanan PKA dapat dilaksanakan secara sinergi,
terintegrasi dan mandiri di fasilitas pelayanan
kesehatan
(2)Pelayanan PKA harus dilaksanakan secara sinergi dan
atau terintegrasi sbb:
.......
b. Pelaksana PKA adalah dokter dan dokter gigi, serta
tenaga kesehatan lainnya yang terintegrasi dan
memilki surat tugas/SIK-TPKA sesuai ketentuan yang
berlaku, memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidang
keahliannya, dan mendapat rekomendasi dari
organisasi profesi terkait.

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes

Pasal 11
Pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan hanya dapat
mempekerjakan tenaga PKA yang
memiliki SBR-TPKA dan ST-TPKA/SIKTPKA sesuai ketentuan peraturan ini.

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes

Dokter,
Drg.,
Nakes
lainnya

PENDIDIKAN
TERSTRUKTUR
DALAM
BIDANG PKA

SESUAI DENGAN
KOMPETENSI
NAKES,
PENGETAHUAN DAN
KETRAMPILAN
KOMPLEMENTER
ALTERNATIF

TIDAK SESUAI
DENGAN ILMU
PENGETAHUAN
BIOMEDIK
PENGOBAT
TRADISIONAL

PER-UU AN TENTANG
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN
TRADISIONAL

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes

Dokter,
Drg.,
Nakes
lainnya

Menghormati HAK
PASIEN
Merujuk
Menjaga kerahasiaan
identitas dan data
kesehatan pribadi
pasien
Memberikan informasi
Meminta persetujuan
Melakukan
pencatatan
PS. 15

STR
DR./DRG.
Registrasi
komplement
er alternatif
SBR-TPKA
NAKES LAINNYA
REGISTRASI
NAKES
IZIN DARI
KADINKES PROV.
SBR-TPKA
PS. 16

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes
Permohonan SBR-TPKA:
a. Fotokopi ijazah pendidikan tenaga pelayanan PKA yang
disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan ybs.
b. Fotokopi STR dr/drg atau Surat Izin Nakes ybs sesuai
dengan ketentuan per-uuan yang berlaku
c. Surat keterangan sehat dari dr yang memiliki SIP
d. Pasfoto terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 4 (empat)
lembar
e. Rekomendasi dari organisasi profesi (setelah dilakukan
uji kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi atau sertifikat keahlian oleh kolegium
kedokteran komplementer alternatif atau tim yang
dibentuk organisasi profesi ybs yang dapat melakukan
uji kompetensi komplementer alternatif)

Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan PKA di Fasilitas Yankes

SBR-TPKA: Surat Bukti Registrasi Tenaga


Pengobatan Komplementer-Alternatif Ka
Dinkes Prov.
ST-TPKA: Surat Tugas Tenaga Pengobatan
Komplementer-Alternatif Ka Dinkes Kab/Kota
SIK-TPKA: Surat Izin Kerja Tenaga Pengobatan
Komplementer-Alternatif Ka Dinkes Kab/Kota
TPKA yang melaksanakan PKA harus memiliki
sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh
organisasi profesi atau sertifikat yang diakui
organisasi profesi terkait

SBR-TPKA: Surat Bukti Registrasi Tenaga


Pengobatan Komplementer-Alternatif Ka
Dinkes Prov. berlaku 5 tahun
Dasar untuk memperoleh ST-TPKA/SIK-TPKA
ST-TPKA: Surat Tugas Tenaga Pengobatan
Komplementer-Alternatif Ka Dinkes
Kab/Kota berlaku 1 tahun
SIK-TPKA: Surat Izin Kerja Tenaga
Pengobatan Komplementer-Alternatif Ka
Dinkes Kab/Kota berlaku 1 tahun, untuk
nakes lainnya yang belum ada peraturan
registrasi dan perizinan nakes-nya

Sanksi terhadap
Pelanggaran
a. Teguran lisan; atau
b. Teguran tertulis; dan
c. Pencabutan SIP/SIK dan/atau ST-TPKA/SIKTPKA
Sebelum keputusan pencabutan SIP/SIK
dan/atau ST-TPKA ditetapkan, Ka Dinkes
dapat terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
dan/atau organisasi profesi ybs sesuai
ketentuan yang berlaku

BAGAIMANA DI LUAR
NEGERI ?

Complementary and Alternative Medicine


Also called: CAM

Complementary and
alternativemedicine (CAM) is the
term for medical products and
practices that are not part of
standard care.
Standard care is what medical
doctors, doctors of osteopathy, and
allied health professionals, such as
nurses and physical therapists,
practice.

NCCAM (National Center for Complementary and


Alternative Medicine) classifies CAM therapies into five
categories, or domains:

1. Alternative Medical Systems


2. Mind-Body Interventions
3. Biologically Based Therapies
4. Manipulative and Body-Based
Methods
5. Energy Therapies
. Biofield therapies
. Bioelectromagnetic-based
therapies

In Australia, medicinal products containing


herbs, vitamins, minerals, and nutritional
supplements, homoeopathic medicines and
certain aromatherapy products are referred
to as 'complementary medicines'. These are
regulated as medicines under the
Therapeutics Goods Act 1989i (the Act).
Complementary medicines comprise
traditional medicines, including traditional
Chinese medicines, Ayurvedic medicines and
Australian indigenous medicines

The Therapeutic Goods


Administration (TGA) is responsible
for administering the provisions of
the Act. The overall objective of the
Act is to ensure the quality, safety,
efficacy, and timely availability of
therapeutic goods, including
medicines and medical devices, that
are supplied in or exported from
Australia.

Complementary medicines:
quality, safety and efficacy

Licensing and audit of man


ufacturers
Pre-market assessment
Post-market regulatory acti
vity

Traditional Chinese Medicine (TCM)


Currently, with the exception of
Traditional Chinese Medicine
Practitioners, the Ministry of Health
does not require practitioners of
complementary medicine to be
registered. However, the Ministry of
Health will put in place any required
measures as and when applicable.

USA
Practitioner-Based Therapies
There is no standardized, national system for
credentialing CAM practitioners. The extent
and type of credentialing vary widely from
state to state and from one CAM profession to
another. For example, some CAM professions
(e.g., chiropractic) are licensed in all or most
states, although specific requirements for
training, testing, and continuing education
vary; other CAM professions are licensed in
only a few states or not at all.

In other cases graduates of accredited colleges must also sit


a licensing examination.
For example, in Canada, the College of Traditional Chinese
Medicine Practitioners and
Acupuncturists of British Columbia sets a licensing
examination that must be passed after
completing certain education and training requirements. In
Quebec, non-medical
acupuncturists must graduate from an accredited college
and pass an examination set by the
regulatory college. Naturopathic doctors in Canada and the
USA must pass a licensing exam
set by the North American Board of the Naturopathic
Examiners after completing their formal
education

In Japan, practitioners must pass a national examination in


order to obtain a
licence from the Ministry of Health, Labour and Welfare
after graduating from an accredited
school or training institution. Practitioners of
traditional/complementary medicine in China
must pass a licensing exam designed by the Health
Department and administered in the
provinces in order to register; on successful completion of
the exam, the local health
department issues a certificate that specifies any limits to
their scope of practice and permits
them to practise within that area.

In most countries conventional health care practitioners


are not required to register with traditional/complementary
medicine bodies in order to practice, though in some (for
example, Germany) they are required to meet certain
standards in order to use the registered title.
In Japan, medical doctors who wish to practise and
prescribe Kampo medicine are required to join the Society
of Japanese Oriental Medicine and renew their membership
every five years. The Japan Society for Acupuncture and
Moxibustion also has in place a registration system of
doctors. In China, conventional health care practitioners
may also apply to take the traditional Chinese medicine
examination in order to register

Regulation in complementary and


alternative medicine
Practitioners of complementary and
alternative medicine in the United
Kingdom are free to practice as they wish
Most therapies have set up professional
bodies, but the educational standards
required by these bodies vary widely
Because of the wide variation in
therapies, each discipline should initially
set up its own regulatory body, although
it may be possible to combine these later

Anda mungkin juga menyukai