Keperawatan Komunitas
Mirha W. Tongko
Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah praktik atau
perawatan yang telah terbukti secara medis
sebagai pelengkap dari terapi atau pengobatan
utama.
Terapi ini dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup pasien dan membuat pasien
merasa lebih sehat. Namun, terapi komplementer
tidak boleh digunakan sebagai pengganti
pengobatan medis.
Terapi komplementer bukanlah pengobatan alternatif
karena tidak bisa menggantikan pengobatan
konvensional.
Terapi komplementer justru digunakan sebagai
pendukung pengobatan yang bertujuan untuk
membantu pasien merasa lebih baik atau mengatasi
efek samping yang muncul akibat pengobatan
konvensional.
Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang
penggunaan pengobatan tradisional termasuk di
dalamnya pengobatan komplementer yang
meningkat dari tahun ke tahun dan digunakan oleh
40 % penduduk Indonesia (Depkes, 2018).
SuratKeputusanDirekturJenderalBinaPelayananMediktelahditetapkan12(duabelas)RumahSakitPendidikanyangmelaksanakanpelayananpengobatankomplementertradisional-alternatif:
RAMUAN KETERAMPILAN
Rekomendasi
- Pengobat tradisional supranatural : Kejaksaan
Kabupaten/Kota
- Pengobat pendekatan agama: Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota (pasal 4)
Penapisan:
- Faktor pemanfaatan pengobatan tradisional
- Faktor sistem/cara/ilmu pengobat tradisional
- Faktor Pengembangan
Pasal 9-11 Pengobat tradisional dilakukan uji kompetensi ( baru akupunturis) dan diikutsertakan dalam sarana pelayanan
kesehatan
Pasal 12-15 Semua tindakan harus mendapat persetujuan lisan atau tertulis dari pasien/keluarga. Khusus untuk tindakan
pengobatan tradisional yang mengandung risiko tinggi bagi pasien harus dengan persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan
Pasal 16 Dalam melaksanakan pengobatannya, pengobat tradsional boleh menggunakan peralatan yang aman tetapi
dilarang untuk menggunakan peralatan kedokteran atau penunjang diagnostic kedokteran
Pasal 19 Pengobat tradisional harus membuat catatan status pasien dan wajib melaporkannya ke Kepala Dinkes
Kabupaten/Kota setiap 4 bulan
Pasal 22 Pengobat tradisional juga wajib merujuk pasien gawat darurat atau yang tidak mampu ditangani ke sarana
pelayanan kesehatan
Pasal 31 Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengobatan tadisional dilakukan oleh Kadinkes Kabupaten/ Kota,
Kepala Puskesmas atau UPT yang ditugasi
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF DI SARANAKESEHATAN
(Pemenkes RI No 1109/ MENKES/PER/IX/2007)
Pasal 10 Praktik perorangan pengobatan komplementer alternative hanya bisa dilaksanakan oleh dokter
atau dokter gigi, sedangkan praktik berkelompok harus dipimpin oleh dokter atau dokter gigi
Pasal 14 dokter dan dokter gigi adalah pelaksana utama pengobatan komplementer alternative, sedangkan
tenaga kesehatan yang lain berfungsi membantu dokter atau dokter gigi dalam melaksanakannya
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF DI SARANAKESEHATAN
(Pemenkes RI No 1109/ MENKES/PER/IX/2007)
RS
pendidikan
RS non
Puskesmas
pendidikan
Sarana
pelayanan
praktik
kesehatan
RS Khusus
berkelompok
praktik
RS swasta
perorangan
ASPEK ETIK DALAM TERAPI KOMPLEMENTER ALTERNATIF
DAN TRADISIONAL
(Kerry, 2003; Silva & Ludwick, 2001)
• Conflict of interest
• Justice
TREN ISU TERAPI KOMPLEMENTER ALTERNATIF
DAN TRADISIONAL
Tingkat Menganjurkan
sensitivitas Berhati-hati pasien untuk
terhadap pasien terhadap pasien hati-hati dalam Dorong pasien
Menghargai etnis,
Menghargai harus tinggi, yang tidak pernah setiap untuk lebih
umur dan status
otonomi pasien terkait keinginan konsul ke medis keputusannya dan selektif dalam
social
dan penolakan terkait tetap menjalani memilih terapi
terhadap terapi penyakitnya terapi medis
komplementer konvensional
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatanmasyarakat. Di berbagai tempat pelayanan
kesehatan tidak sedikit klienbertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas
kesehatanseperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untukpenggunaan
terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena
klieningin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
pilihannya, sehinggaapabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien.
Hal inidapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan
memberikan terapikomplementer
Daftar Pustaka
1. Breen, Kerry. Dec 2003Ethical issues in the use of complementary medicines ProQuest Research Library diakses pada 24 maret
2012
2. Curtis, P.2004. Safety Issues in Complementary & Alternative Health Care. Program on Integrative Medicine, School of
Medicine,University of North Carolina
3. Depkes RI. 2010. Pengobatan Komplementer Tradisional Alternatif. Diakses dari http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=66:pengobatan-komplementer-tradisional-alternatif
4. Hilsden and Verhoef. (1999). Complementary therapies: Evaluating their effectiveness in cancer. Patient Education and
Counseling. 3892), 102
5. Jonas,W.B. (1998). In Complementary and Alternative Health Practice and Therapies-A Canadian Overview Prepared for
Strategies and Systems for Health Directorate, Health Promotion and Programs Branch,
6. Health Canada (1999). Toronto, ON:York University Centre for Health Studies
7. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/ Menkes/ SK/VII/ 2003 Tentang penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Hiperbarik
9. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 Tentang Pedoman Kriteria Penetapan Metode
Pengobatan komplementer â alternatif yang dapat diintegrasikan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
10. LaValley and Verhoef. (1995) Integrating Complementary Medicine and Health Care Services into Practice Canadian Medical
Association Journal, 153(1), 45-46
11. Mary Cipriano Silva, PhD, RN, FAAN dan Ruth Ludwick, PhD, RN, C. november 2001. Ethics: Ethical Issues in
Complementary/Alternative Therapies. http://www.nursingworld.org/MainMenuCategories/ANAMarketplace/ANAPeriodicals/
OJIN/Columns/Ethics/EthicalIssues.html diakses pada 24 maret 2012
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007 Tentang Peneyelenggaraan Pengobatan
Komplementer alternative di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
13. Thome,S.S.(2001). Complementary and Alternative Medicine: Critical Issue of Nursing Practice and Policy. Canadian Nurse, 97
(4),27.
14. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan