Anda di halaman 1dari 32

Terapi Komplementer dalam Asuhan

Keperawatan Komunitas

Mirha W. Tongko

Kuliah Community Care S1 Keperawatan


Outline
Dasar hukum
Klasifikasi pengobatan tradisional dan
terapi komplementer
Penyelenggara pengobatan
komplementer
Aspek etik dalam terapi komplementer
Tren isu terapi komplementer obatan
tradisional dan terapi komplementer
Kesehatan
Proses dimana kita membentuk kembali dasar asumsi dan
pandangan dunia tentang kesejahteraan dan melihat kematian
sebagai proses alami kehidupan (Dossey & Keegan, 2008)
Terapi di Keperawatan
Konsep diri sebagai penyembuh yang harus dipahami dan
dilakukan oleh setiap perawat sebagai pengetahuan dan
keterampilan sebagai pengiriman, arahan atau konseling
pasien dalam menggunakan berbagai terapi.

Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah praktik atau
perawatan yang telah terbukti secara medis
sebagai pelengkap dari terapi atau pengobatan
utama.
Terapi ini dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup pasien dan membuat pasien
merasa lebih sehat. Namun, terapi komplementer
tidak boleh digunakan sebagai pengganti
pengobatan medis.
Terapi komplementer bukanlah pengobatan alternatif
karena tidak bisa menggantikan pengobatan
konvensional.
Terapi komplementer justru digunakan sebagai
pendukung pengobatan yang bertujuan untuk
membantu pasien merasa lebih baik atau mengatasi
efek samping yang muncul akibat pengobatan
konvensional.
Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang
penggunaan pengobatan tradisional termasuk di
dalamnya pengobatan komplementer yang
meningkat dari tahun ke tahun dan digunakan oleh
40 % penduduk Indonesia (Depkes, 2018).
SuratKeputusanDirekturJenderalBinaPelayananMediktelahditetapkan12(duabelas)RumahSakitPendidikanyangmelaksanakanpelayananpengobatankomplementertradisional-alternatif:

RS Kanker Dharmais Jakarta, RSUP Persahabatan Jakarta,


RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSUP Prof. Dr. Kandau
Menado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta,
RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang,
RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten.
Pengobatan Komplementer Tradisional Alternatif

Pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik dan belum diterima
dalam kedokteran konvensional.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan


orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit;
perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat
melengkapi, bersifat menyempurnakan
WHO (World Health Organization)
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-
konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan

untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk


pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional.
Jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif
(Permenkes RI, Nomor : 1109/Menkes/Per/2007)

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) :


Hipnoterapi, meditasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur,
akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda
3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch,
tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet
makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon,
hiperbarik, EECP (Depkes, 2010)
Dasar Hukum
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
- Pasal 1 butir 16 Definisi
- Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional
- Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang
pengobatan tradisional
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang
standar pelayanan hiperbarik
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.
HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetapan metode
pengobatan komplementer alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas
pelayanan kesehatan
Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun
temurun pada suatu negara.
Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 1 butir 16

Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau


perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada
pasal 59

Pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi


pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
keterampilan dan yang menggunakan ramuan.
KLASIFIKASI BATTRA
(Pasal 59 ayat 1 UU 36/2009)

Dikelompokkan berdasarkan metode


yang dominan digunakan

RAMUAN KETERAMPILAN

MANUAL ALAT/TEKNOLOGI MENTAL

Battra Battra Battra


Battra
pijat urut, reiki,
Jamu, Gurah, akupunktur,
shiatsu, qigong,
Homoeopath, chiropraksi,
patah kebatinan,
Aromaterapi, battra bekam,
tulang, tenaga
SPA terapi, Pnta-kecantikan
refleksi, dalam,
Sinshe,
akupressur paranormal,
Api/sengat terapi 17
Hipnoterap
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009
pasal 61

Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya


untuk mengembangkan, meningkatkan, dan
menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya.
KMK RI No 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional pasal 1 ayat 1

Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan


dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada
pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat.
KMK RI No 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional pasal 1 ayat 2 dan 3

2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan


yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman
3. Pengobat tradisional adalah orang yang melakukan
pengobatan tradisional/ alternative .
Pemenkes RI No 1109/ MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
pasal 1 ayat 1

Pengobatan komplementer alternative adalah pengobatan


non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehablitatifyang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan
efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran
konvensional
Pemenkes RI No 1109/ MENKES/PER/IX/2007 pasal 4 ayat 1 ruang
lingkup pengobatan komplementer alternative

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body


interventions)
2. System pelayanan pengobatan alternative (alternative
system of medical practice)
3. Cara penyembuhan manual (manual healing methods)
4. Pengobatan farmakologi dan biologi (pharmacologic and
biologic treatments)
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (diet
and nutrition the prevention and treatment of disease)
6. Cara lain dalam diagnose dan pengobatan (unclassified
diagnostic and treatment menthod)
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN TRADISIONAL
DI MASYARAKAT (KMK RI No
1076/MENKES/SK/VII/2003)
Pengobat Tradisional
Daftar
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

Rekomendasi
- Pengobat tradisional supranatural : Kejaksaan
Kabupaten/Kota
- Pengobat pendekatan agama: Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota (pasal 4)

Surat Terdaftar Pengobat Tradisional


(STPT) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Penapisan:
- Faktor pemanfaatan pengobatan tradisional
- Faktor sistem/cara/ilmu pengobat tradisional
- Faktor Pengembangan

Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT)


PENYELENGGARAAN PENGOBATAN
TRADISIONAL DI MASYARAKAT (KMK RI
No1076/MENKES/SK/VII/2003)
Pasal 4 rekomendasi Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota
keresahan masyarakat tentang aliran sesat
setempat, untuk mencegah adanya

Pasal 9-11 Pengobat tradisional dilakukan uji kompetensi ( baru akupunturis) dan diikutsertakan dalam sarana pelayanan
kesehatan

Pasal 12-15 Semua tindakan harus mendapat persetujuan lisan atau tertulis dari pasien/keluarga. Khusus untuk tindakan
pengobatan tradisional yang mengandung risiko tinggi bagi pasien harus dengan persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan

Pasal 16 Dalam melaksanakan pengobatannya, pengobat tradsional boleh menggunakan peralatan yang aman tetapi
dilarang untuk menggunakan peralatan kedokteran atau penunjang diagnostic kedokteran

Pasal 19 Pengobat tradisional harus membuat catatan status pasien dan wajib melaporkannya ke Kepala Dinkes
Kabupaten/Kota setiap 4 bulan

Pasal 22 Pengobat tradisional juga wajib merujuk pasien gawat darurat atau yang tidak mampu ditangani ke sarana
pelayanan kesehatan

Pasal 31 Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengobatan tadisional dilakukan oleh Kadinkes Kabupaten/ Kota,
Kepala Puskesmas atau UPT yang ditugasi
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF DI SARANAKESEHATAN
(Pemenkes RI No 1109/ MENKES/PER/IX/2007)

Pasal 5 Pengobatan komplementer alternative dapat dilaksanakan di sarana pelayanan


kesehatan jika aman, bermanfaat, bermutu dan terjangkau

Pasal 10 Praktik perorangan pengobatan komplementer alternative hanya bisa dilaksanakan oleh dokter
atau dokter gigi, sedangkan praktik berkelompok harus dipimpin oleh dokter atau dokter gigi

Pasal 14 dokter dan dokter gigi adalah pelaksana utama pengobatan komplementer alternative, sedangkan
tenaga kesehatan yang lain berfungsi membantu dokter atau dokter gigi dalam melaksanakannya
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF DI SARANAKESEHATAN
(Pemenkes RI No 1109/ MENKES/PER/IX/2007)

RS
pendidikan

RS non
Puskesmas
pendidikan

Sarana
pelayanan
praktik
kesehatan
RS Khusus
berkelompok

praktik
RS swasta
perorangan
ASPEK ETIK DALAM TERAPI KOMPLEMENTER ALTERNATIF
DAN TRADISIONAL
(Kerry, 2003; Silva & Ludwick, 2001)

• Aspek kejujuran dan integritas

• Beneficience, non-maleficiance dan konsen

• Conflict of interest

• Justice
TREN ISU TERAPI KOMPLEMENTER ALTERNATIF
DAN TRADISIONAL

Meningkatnya akses dalam informasi kesehatan

Meningkatnya prevalensi dari penyakit kronis

Meningkatnmya rasa membutuhkan suatu kualitas hidup

Menurunnya semangat/keinginan dalam scientific breakthroughs

Meningkatnya interest tentang spiritualitas

Berkurang nya toleransi dalam paternalistik


Garis besar prinsip praktik terapi komplementer menurut Curtis (2004)

Tingkat Menganjurkan
sensitivitas Berhati-hati pasien untuk
terhadap pasien terhadap pasien hati-hati dalam Dorong pasien
Menghargai etnis,
Menghargai harus tinggi, yang tidak pernah setiap untuk lebih
umur dan status
otonomi pasien terkait keinginan konsul ke medis keputusannya dan selektif dalam
social
dan penolakan terkait tetap menjalani memilih terapi
terhadap terapi penyakitnya terapi medis
komplementer konvensional
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatanmasyarakat. Di berbagai tempat pelayanan
kesehatan tidak sedikit klienbertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas
kesehatanseperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untukpenggunaan
terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena
klieningin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
pilihannya, sehinggaapabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien.
Hal inidapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan
memberikan terapikomplementer
Daftar Pustaka
1. Breen, Kerry. Dec 2003Ethical issues in the use of complementary medicines ProQuest Research Library diakses pada 24 maret
2012
2. Curtis, P.2004. Safety Issues in Complementary & Alternative Health Care. Program on Integrative Medicine, School of
Medicine,University of North Carolina
3. Depkes RI. 2010. Pengobatan Komplementer Tradisional Alternatif. Diakses dari http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=66:pengobatan-komplementer-tradisional-alternatif
4. Hilsden and Verhoef. (1999). Complementary therapies: Evaluating their effectiveness in cancer. Patient Education and
Counseling. 3892), 102
5. Jonas,W.B. (1998). In Complementary and Alternative Health Practice and Therapies-A Canadian Overview Prepared for
Strategies and Systems for Health Directorate, Health Promotion and Programs Branch,
6. Health Canada (1999). Toronto, ON:York University Centre for Health Studies
7. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/ Menkes/ SK/VII/ 2003 Tentang penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Hiperbarik
9. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 Tentang Pedoman Kriteria Penetapan Metode
Pengobatan komplementer â alternatif yang dapat diintegrasikan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
10. LaValley and Verhoef. (1995) Integrating Complementary Medicine and Health Care Services into Practice Canadian Medical
Association Journal, 153(1), 45-46
11. Mary Cipriano Silva, PhD, RN, FAAN dan Ruth Ludwick, PhD, RN, C. november 2001. Ethics: Ethical Issues in
Complementary/Alternative Therapies. http://www.nursingworld.org/MainMenuCategories/ANAMarketplace/ANAPeriodicals/
OJIN/Columns/Ethics/EthicalIssues.html diakses pada 24 maret 2012
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007 Tentang Peneyelenggaraan Pengobatan
Komplementer alternative di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
13. Thome,S.S.(2001). Complementary and Alternative Medicine: Critical Issue of Nursing Practice and Policy. Canadian Nurse, 97
(4),27.
14. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai