Anda di halaman 1dari 41

ASOSIASI PENGUSAHA DAN

LEMBAGA TRIPARTIT DAN


PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
DELIA FITRI C1B014006
EZHA FERICKO Y C1B014011
RIYANTO C1B014019
PITULA C HARIRY C1B014025
LAELLY FITRIYANI S C1B014045
ASIATHUL M C1B014052
TIKA ERRY R C1B014111

ID
E2
SL

OVERVIEW

D
IN

Hubungan industrial
II

KADIN dan Asosiasi


Pengusaha Lainnya

LEMBAGA KERJA TRIPARTIT

Asosiasi Pengusaha
Indonesia

GA

PERANAN DAN
FUNGSI LK TRIPARTIT

PERKEMBANGAN
ASOSIASI
PENGUSAHA

UB
UN

PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA ( PHK)

ID
E3

Po
we
ro

Th
e

Perkembangan Sampai Tahun 1995


Sebelum kemerdekaan Indonesia telah terbentuk
dua organisasai pengusaha yaitu Industriele Bond
Melalui akte notaris tanggal 31 Januari 1952, CSWO
berganti nama menjadi Badan Permusyawaratan
Urusan Sosial Pengusaha Seluruh Indonesia dan
berbentuk Yayasan
Dengan akte notaris tanggal 7 juli 1970, Yayasan
diganti menjadi Badan Permusyawaratan Urusan
Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh Indonesia yang
untuk pertama klalinya disingkat PUSPI

fP
o

SL

PERKEMBANGAN ASOSIASI
PENGUSAHA

ID
E4
SL

Asosiasi Pengusaha Indonesia

Th
e

Po
we
ro

Tujuan APINDO adalah :


1. Mempersatukan dan membina seluruh
2. Menciptakan dan memelihara keseimbangan
peningkatan disiplin
3. Menciptakan kesatuan pendapat dan pandangan para
pengusaha

fP
o

Sebagaimana dikemukakan diatas, Musyawarah Nasional PUSPI


tanggal 31 Januari 1985 di Surabaya sepakat untuk mengganti
nama PUSPI menjadi Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).
Musyawarah juga sepakat untuk menetapkan tanggal 31 Januari
sebagai hari lahirnya organisasi atau asosiasi pengusaha
indonesia

ID
E5
SL

APINDO mempunyai peranan


penting dan fungsi berikut
ini :

Th
e

Po
we
ro

fP
o

1. Mendorong para pengusaha menyusun peraturan perusahaan


(PP)
2. Meningkatkan pemahaman dan menyatukan persepsi para
pengusaha
3. Meningkatkan pemahaman para penguasaha mengenai
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
4. Meningkatkan kemampuan para pengusaha dalam pembinaan
dan pendayugunaan sumber daya manusia.,
5. Meningkatkan kesadaran dan kemampuan para pengusaha
untuk secar terus menerus menjaga harkat dan martabat
seluruh pekerja

ID
E6
SL

Struktur Organisasi APINDO

Th
e

Po
we
ro

fP
o

Struktur organisasi APINDO disusun dan terdiri atas Dewan


Pengurus Pusat (DPP), Dewan Pengurus Daerah (DPD), Dewan
Pengurus Cabang (DPC), dan Pengurus Sektor di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten. Kekuasaan dan kedaulatan organisasi
berada di tangan anggota-anggota yang diwujudkan melalui
Musyawarah Nasional sebagai kekuasaan tertinggi organisasi,
Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang.

fP
o
Po
we
ro

Sektor Kimia, Energi Dan Pertambangan,


Sektor Pertanian Dan Perkebunan,
Sektior Perkayuan Dan Perhutanan,
Sektor Logam, Elektronik, Dan Mesin,
Sektor Farmasi Dan Kesehatan,
Sektor Rokok, Tembakau, Makanan Dan Minuman,
Sektor Tekstil, Sandang Dan Kulit,
Sektor Pariwisata,
Sektor Bangunan Dan Pekerjaan Umum,
Sektor Niaga, Bank, Dan Asuransi,
Sektor Tranportasi,
Sektor Percetakan, Penerbitan, Dan Media Informasi,
Sektor Kelautan, Dan
Sektor Tenaga Kerja Di Luar Negeri.

Th
e

ID
E7
SL

14 Pengurus Pusat Sektor, masingmasing dengan Ketua dan seorang


Wakil Ketua atau lebih

Th
e

Po
we
ro

Kamar Dagang dan Industrial (KADIN) Indonesia dibentuk berdasarkan


Undang-undang No. 1 Tahun 1987. Tujuan pembentukan KADIN adalah:
1. Membina dan mengembangkan kemampuan pengusaha Indonesia baik
di bidang usaha milik negara dan usaha koperasi,, maupun di bidang
usaha swasta dalam rangka mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia
usaha yang sehat dan tertib berdasarkan pasal 33 UUD 1945;
2. Menciptakan iklim dunia usaha yang kondusif untuk setiap anggota
memulai dan mengembangkan usahanya;
3. Menyediakan berbagai fasilitas, kemudahan dan dukungan bagi setiap
pengusaha antara lain menyediakan investasi, sumber dana, peluang
informasi mengenai kesempatan pasar, dan lain-lalin;
4. Menghimpun saran dan masukan dari seluruh atau sebanyak mungkin
pengusaha untuk disalurkan menjadi kebijakan pemerintah.

fP
o

ID
E8
SL

KADIN dan Asosiasi


Pengusaha Lainnya

ID
E9
SL

Struktur Organisasi KADIN


Indonesia
Bidang Kerja

Jumlah Komite
Tetap
6 Orang

Bidang Pemberdayaan Pelaku Usaha Dan Potensi SDA Daerah

6 orang

Bidang Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi

6 orang

Bidang Konstruksi dan Konsultasi

5 orang

Bidang Hubungan Kerjasama Internasional

7 orang

Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral

6 orang

Bidang Investasi dan Perhubungan

6 orang

Bidang perindustrian, Riset dan Teknologi

7 orang

Bidang Ekonomi Kreatif dan jasa lainnya

6 orang

Bidang SDM Ketenagakerjaan dan Pendidikan yaitu:


Hubungan Industrial
Sertifikasi Kompetensi SDM
Pendidikan, Pelatihan dan Magang
Standarisasi Kompetensi
Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri
Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri

6 orang

Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik

7 orang

Bidang Pengembangan Manajemen Korporasi dan Korporasi Legal

5 orang

Bidang Pariwisata

6 orang

Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan

6 orang

Th
e

Po
we
ro

fP
o

Bidang Organisasi Dan Keanggotaan

ID
E1
0

5 orang

Bidang Keuangan, Perbankan, dan Keuangan Syariah

6 orang

Bidang Lembaga Keuangan Non Bank dan Pasar Modal

7 orang

Bidang Properti dan Kawasan Industri

8 orang

Bidang Infrastruktur dan Perumahan Rakyat

6 orang

Bidang Moneter, Fiskal, dan Kebijakan Publik

6 orang

Bidang Lingkungan Hidup dan Jasa Kesehatan

7 orang

Bidang Corporate Governance dan Etika Bisnis

6 orang

Bidang Hubungan antar Lembaga

6 orang

Bidang Koordinasi Wilayah Barat

6 orang

Bidang Koordinasi Wilayah Tengah

8 orang

Bidang Koordinasi Wilayah Timur

7 orang

Po
we
ro

Bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi dan Media

fP
o

Jumlah Komite
Tetap

Th
e

SL

Bidang Kerja

SL

ID
E1
1

Lembaga Kerjasama
Tripartit

Serikat
kerja
Perwakilan
Asosiasi
pengusaha
pemerintah

Sebagai forum konsultasi, LK Tripartit biasanya mencapai kesepakatan


berupa saran..

fP
o
Po
we
ro

LK tripartit dibentuk di tingkat internasional (ILO), tingkat regional,


tingakat nasional, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota.

Th
e

LK Tripartit adalah forum bagi wakil-wakil ketiga unsur tripartite (untuk


saling tukar menukar informasi, berdialog, berkomunikasi, berkonsultasi,
berunding, dan mengambil kekepakatan bersama

VIDI
O

ID
E1
2
SL

Tujuan Lembaga Kerja


Tripartit

LK Tripartit membuka kesempatan bagi ketiga unsur


mempunyai pemehaman dan persepsi yang sama
untuk secara aktif membahas masalah-masalah
ketenagakerjaan

Po
we
ro
Th
e

kepentingan dan kondisi khusus masing-masing


unsur dapat dipertimbangkan dalam merumuskan
kebijakan ekonomi dan sosial.

fP
o

menjaga keseimbangan antara kepentingan


ekonomi , politik dan sosial, serta keseimbangan
antara kepentingan masing-masing unsur dan
kepentingan nasional.

ID
E1
3
SL

Tujuan Lembaga Kerja


Tripartit

dapat menghasilkan konsensus pengambilan keputusan


dalam cangkupan yang lebih luas, sehingga meningkatkan
keabsahan proses dan kesediaan para anggota masingmasing unsur untuk menerima dan melaksanakannya.

Po
we
ro

mendorong pertumbuahan dan memperbaiki


kondisi ekonomi. Misalnya dalam kondisi
stagnasi perekonomian

Th
e

dengan melibatkan ketiga unsur dalam


merumusakan kebijakan baru, masing-masing
unsur sekaligus mempunyai komitmen dan
tanggung jawab moral untuk melaksanakannya.

fP
o

Kelima, kerjasama tripartite mengurangi konfilk dan


membuka iklim yang kondusif untuk membangun
hubungan industrial yang aman dan harmonis.

ID
E1
4
SL

PERANAN DAN FUNGSI LK TRIPARTIT

LK Tripartit dapat berperan dalam


tukar menukar informasi, konsultasi,
negosiasi dalam pengambilan
keputusan bersama
Membahas masalah atau kasus tertentu, dan pada
dasarnya merumuskan saran untuk ditetapkan oleh
Tukar
Informasi pejabat yang berwenang.

Po
we
ro
Th
e

Dilakukan untuk membahas masalah-masalah


Negosiasi ekonomi dan sosial.

fP
o

Membahas masalah atau kasus tertentu, dan pada


Konsultasi dasarnya merumuskan saran untuk ditetapkan oleh
Tripartit
pejabat yang berwenang.

STRUKTUR ORGANISASI LK TRIPARTIT


Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2008.
Jumlah Perwakilan

Cakupan
Wilayah

Diangkat
Oleh

Masa
Jabatan

Unsur
Pemerintah

Perwakilan
Pengusaha

Wakil
Serikat
Pekerja

Ketua LK
Tripartit

Wakil
Ketua LK
Tripartit

Nasional

Presiden

3 tahun

12 orang

6 orang

6 orang

Menteri

6 orang

Provinsi

Gubernur

3 tahun

8 orang

4 orang

4 orang

Gubernur

3 orang

Kabupate
n/Kota

Bupati/Wali
kota

3 tahun

4 orang

2 orang

2 orang

Bupati/Wal
ikota

3 orang

ID
E1
6
SL

LANJUTAN

Po
we
ro

Th
e

Anggota LK Tripartit Nasional paling banyak 45 orang terdiri dari maksimum 15


orang mewakili unsur Pemerintah, 15 orang mewakili organisasi pengusaha, dan 15
orang wakil Serikat Pekerja.
Anggota LK Tripartit Provinsi paling banyak 27 orang terdiri dari paling banyak 9
orang dari masing-masing unsur Pemerintah, organisasi pengusaha, dan Serikat
Pekerja.
Anggota LK Tripartit Kabupaten/Kota paling banyak 21 orang terdiri dari 7 orang
wakil masing-masing unsur tripartir.
Anggota LK Tripartit Sektoral Nasional paling banyak 15 orang; 5 orang dari
masing-masing unsur tripartit.
Anggota LK Tripartit Sektoral Provinsi dan LK Tripartit Sektoral Kabupaten/Kota
masing-masing paling banyak 12 orang. Setiap unsur tripartit diwakili oleh 4 orang.

fP
o

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun


2008, susunan keanggotaan LK Tripartit dapat
dirubah sebagai berikut:

ID
E1
7
SL

Kinerja LK Tripartit

Th
e

Po
we
ro

fP
o

LK Tripartit sendiri belum terbentuk secara


meluas. Hingga akhir bulan April 2009, LK
Tripartit Kabupaten/Kota yang terbentuk baru
di 195 dari lebih 500 dari Kabupaten/Kota di
Indonesia. Walaupun LK Tripartit Provinsi
sudah terbentuk di semua provinsi, namun
kegiatan yang dilakukan masih sangat
minim.

IV.

V.

VI.

fP
o

III.

Bidang Kimia dan Hasil Hutan


1. Asosiasi Cat Indonesia (ACI)
2. Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (PERKOSMI)
3. Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI)
Bidang Aneka Industri
1. Asosiasi Pengusaha Jam Indonesia (APJI)
2. Gabungan Perusahaan Optik Indonesia (GAPOPIN)
3. Asosiasi Pengusaha Mainan Anak Indonesia (APMI)
Bidang Tekstil
1. Asosiasi Karung Goni
2. Asosiasi Apparel Manufactur Indonesia (AMI)
3. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)
Bidang Perdagangan Dalam Negeri
1. Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO)
2. Indonesia Direct Selling Association (ISDA)
3. Asosiasi Persero Niaga (APN)
Bidang Perdagangan Luar Negeri
1. Gabungan Importir Nasional Indonesia (GINSI)
2. Asosiasi Perusahaan Rekondisi Indonesia (APRI)
3. Asosiasi Importir Buah dan Sayuran Indonesia (ASIBSI)
Pengusaha Kecil dan Menengah
1. Asosiasi Perlebahan Indonesia (API)
2. Asosiasi Pengerah Tenaga Kerja (APTK)
3. Asosiasi Pengolahan Sari Buah (ASPARI)

Po
we
ro

II.

Nama Asosiasi

Th
e

ID
E1
8
I.

SL

No.

Daftar Asosiasi Pengusaha


di Indonesia Tahun 2003

ID
E1
9
SL

PHK (PEMUTUSAN HUBUNGAN


KERJA)

Th
e

Po
we
ro

fP
o

Pemutusan hubungan kerja (PHK)


adalah pengahiran hubungan kerja
karena
suatu
hal
tertentu
yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban
antara
pekerja
dan
perusahaan/majikan.

ID
E2
0
SL

Resiko PHK bagi perusahaan :

Th
e

Po
we
ro

fP
o

Melepas karyawan yang sudah berpengalaman dan


setia
Terhentinya produksi sementara dengan adanya
pemutusan hubungan kerja
Harus mencari penggantinya dengan karyawan baru
Untuk menggantinya perlu biaya yang besar guna
merekrut
Hasil pengganti belum tentu sebaik yang lama

ID
E2
1

Po
we
ro
Th
e

1. Hilangnya penghasilan yang diterima untuk


membiayai keluarga
2. Timbulnya situasi yang tidak enak karena
harus menganggur
3. Berkurangnya rasa harga diri apalagi bila
selama ini memangku suatu jabatan
4. Terputusnya hubungan dengan teman
sekerja
5. Harus bersusah payah mencari pekerjaan
baru

fP
o

SL

Resiko PHK bagi karyawan :

ID
E2
2
SL

Sumber timbulnya PHK :

Permintaan karyawan sendiri


Kebijakan organisasi atau perusahaan
Tidak ada pengembangan karier
Lingkungan kerja yang kurang nyaman
Masalah kerja
Masalah kesehatan yang tidak cocok
Merasa pekerjaan tidak cocok dengan minat dan
bakat
8. Perlakuan yang dirasa kurang adil
Th
e

Po
we
ro

fP
o

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

ID
E2
3
SL

Th
e

Po
we
ro

fP
o

Pasal 150 172 Pemutusan


Hubungan Kerja (PHK), Undang
Undang Ketenagakerjaan No. 13
Tahun2003

ID
E2
4
SL

MACAM-MACAM PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA

Th
e

Po
we
ro

fP
o

Ada dua kategori, yaitu:


1. PHK bersifat sementara
2. PHK bersifat permanen

ID
E2
5

Th
e

Po
we
ro

fP
o

SL

Macam-macam PHK secara keseluruhan :


1) PHK
karena
pekerja/buruh
melakukan
kesalahan berat
2) PHK karena pekerja ditahan Pihak yang
Berwajib
3) PHK karena Pengusaha mengalami Kerugian
4) PHK karena Pekerja/buruh Mangkir
5) PHK karna Pekerja Meninggal Dunia
6) PHK karena pelanggaran yang dilakukan oleh
Para Pekerja

ID
E2
6
SL

KETENTUAN BERKAITAN
DENGAN PEMBERHENTIAN
PEKERJA

Bagi pegawai yang diberhentikan secara tidak hormat, secara


otomatis pekerja tersebut tidak akan mendapatkan pesangon.
Sebaliknya pegawai yang diberhentikan secara hormat oleh
perusahaan,

maka

perusahaan

harus

memberikan

uang

pesangon yang aturannya sesuai dengan yang diberlakukan

Th
e

Po
we
ro

fP
o

dalam undang-undang.

ID
E2
7
SL

KETENTUAN PEMBERIAN UANG


PESANGON

Po
we
ro
Th
e

Sedangkan besarnya uang jasa yang harus diberikan


selain uang pesangon adalah sebagai berikut:
Masa kerja 5-10 tahun adalah sebesar 1 bulan upah
bruto.
Masa kerja 10-15 tahun adalah sebesar 2 bulan upah
bruto.
Masa kerja 15-20 tahun adalah sebesar 3 bulan upah

fP
o

Masa kerja sampai 1 (satu) tahun, maka diberikan


pesangon sebesar satu bulan upah bruto.
Masa kerja 1-2 tahun, diberikan pesangon sebesar
dua bulan upah bruto.
Masa kerja 2-3 tahun kerja, diberikan pesangon
sebesar tiga bulan upah bruto.
Masa kerja 4 tahun dan seterusnya, diberikan
pesangon sebesar 4 bulan upah bruto.

ID
E2
8

Po
we
ro
Th
e

Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 (Pasal


153 ayat 1) dengan tegas menyebutkan, bahwa Pengusaha
dilarang melakukan PHK dengan alasan buruh :
1. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit
menurut keterangan dokter selama waktu tidak
melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;
2. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya,
karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
3. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan
agamanya;
4. pekerja/buruh menikah;
5. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan,
gugur kandungan, atau menyusui bayinya

fP
o

SL

LARANGAN PHK

ID
E2
9

Th
e

Po
we
ro

fP
o

SL
7. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan
dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama;
8. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat
pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat
pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas
kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama;
9. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib
mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana
kejahatan;
10.karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit,
golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
11.pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan
kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat
keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat
dipastikan.

ID
E3
0
SL

PROSES PEMBERHENTIAN
PEKERJA

Po
we
ro
Th
e

1. Musyawarah karyawan dengan pimpinan


perusahaan.
2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan
pimpinan perusahaan.
3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan
perusahaan dan dengan P4D.
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan
perusahaan dan P4P.
5. Pemutusan berdasarkan keputusan pengadilan
negeri.

fP
o

Proses pemberhentian karyawan harus


menurut prosedur sebagai berikut:

ID
E3
1
SL

PEMBERHENTIAN SUMBER
DAYA MANUSIA

Po
we
ro

Th
e

1. UU NO. 11 TH 1969. PENSIUN.PEGAWAI. JANDA/DUDA


2. UU NO. 8 TH 1974. POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN
3. PP NO. 4 TH 1966. PEMBERHENTIAN. SEMENTARA
PEGAWAI
4. PP NO. 4 TH 1966. PEMBERHENTIAN. SEMENTARA
PEGAWAI
5. PP NO. 32 TH 1979. PEMBERHENTIAN PEGAWAI
6. UU NO. 21 TH 2014. ASN

fP
o

A. Peraturan perundang-undangan yang mengatur


pemberhentian pegawai atau karyawan di
indonesia, antara lain :

ID
E3
2
SL

PEMBERHENTIAN ATAS
PERMINTAAN SENDIRI DARI
PEKERJA

Po
we
ro
Th
e

Paling lambat 3 bulan sebelum waktu pemberhentian,


pekerja yang bersangkutan harus sudah mengajukan
permohonan berhenti secara tertulis dengan
mengemukakan alasan yang jelas.
Karena alasan-alasan tertentu, pihak perusahaan dapat
menolak permintaan berhenti tersebut dan menunda
pemberhentian paling lama 1 (satu) tahun.
Apabila permohonan tersebut disetujui, pihak perusahaan
perlu mengeluarkan surat keputusan pemberhentian
dengan hormat atas nama pekerja yang bersangkutan.
Kepada pekerja yang bersangkutan dapat diberikan
pesangon, uang jasa, dan ganti rugi yang besarnya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

fP
o

Dalam menghadapi bentuk pemberhentian


ini perlu diperhatikan beberapa hal
berikut:

ID
E3
3
SL

Po
we
ro

Th
e

Bentuk pemberhentian dengan


hormat:
a) Telah mencapai usia pensiun
b) Permintaan sendiri
c)
Adanya penyederhanaan
organisasi
perusahaan
d) Tidak cakap jasmani dan rohani
e) Meninggal atau hilang
f) Tidak melapor sehabis cuti
g) Melapor sehabis cuti diluar tanggungan
negara

fP
o

B.

ID
E3
4
SL

Penjelasan pemberhentian - pemberhentian


atas permintaan sendiri :

Th
e

Po
we
ro

fP
o

A. Ditunda paling lambat 1 (satu) tahun apabila


kepentingan dinas yang mendesak.
B. Ditolak apabila karyawan yang bersangkutan
masih terikat dalam kewajiban bekerja pada
pemerintah.

ID
E3
5
SL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG MENGATUR PHK YAITU BILA
KARYAWAN TERSEBUT:

Th
e

Po
we
ro

fP
o

1.Meninggal dunia
2.Telah mencapai usia
3.Melanggar peraturan yang berlaku
4.Berakhirnya kontrak dengan perushaan
5.Terlibat dengan kegiatan yang melanggar
hukum

ID
E3
6
SL

KEBIJAKAN PHK UNTUK


SEBAGIAN KARYAWAN
TERPAKSA DIAMBIL KARENA :

Th
e

Po
we
ro

fP
o

1.karyawan tidak disiplin


2.Karyawan kurang cakap dan
produktif
3.Karyawan terlibat asusila
4.Karyawan tidak bisa bekerja sama
5.Penyederhanaa organisasi

ID
E3
7
SL

PHK YANG BANYAK MEMBUAT


PERUSAHAAN TERLIHAT RUGI
PADA:

Th
e

Po
we
ro

fP
o

1. Produktivitas kerja akan merosot


2. Perushaannya akan kehilangan tenaga
potensial yang susah dicari penggantinya
3. Perusahan harus mengeluarkan biaya,waku
dan tenaga untuk merekrut tenaga baru
4. Kurang
berfungsinya
pengelolaan
perusahaan dengan baik

ID
E3
8
SL

PHK ATAS KEHENDAK PERUSHAAN


DAPAT MENIMBULKAN AKIBAT BAGI
PERUSHAAN ANTARA LAIN:

1.Perusahan harus memberi uang


pesangon
2.Perusahan dapat digugat ke pengadilan

Th
e

Po
we
ro

fP
o

tata usaha negara

ID
E3
9
SL

UNTUK MENCEGAH PHK DAPAT


DILAKUKAN

Th
e

Po
we
ro

fP
o

1. Memperbaiki tingkat kompensasi sehingga lebih


memadai
2. Menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan
menyenangkan
3. Meninjau kembali pola penempatan karyawan
4. Menyempurnakan sistem dan prosedur yang
berlaku dalam perushaan agar lebih efektif
5. Meningkatkan penyediaan fasilitas kerja
6. Memperketat pelaksaan seleksi sehingga yang
masuk betul- betul karyawan yg terbaik dan sehat

Th
e

Po
we
ro

fP
o

SL

ID
E4
0

END OF SLIDE

Th
e

Po
we
ro

fP
o

SL

ID
E4
1

SESI TANYA JAWAB

Anda mungkin juga menyukai