Anda di halaman 1dari 65

INFEKSI TORCH

PADA KEHAMILAN
dr. Rosa Indah
K.

PENDAHULUAN
TORCH adalah istilah untuk
menggambarkan gabungan dari empat
jenis penyakitinfeksi yaitu TOxoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
Infeksi TORCH ini sering menimbulkan
berbagai masalah kesuburan (fertilitas)
baik pada wanita maupun pria sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.
Keempat jenis penyakti infeksi ini
berbahaya bagi janin bila infeksi diderita
oleh ibu hamil.

Infeksi TORCH bersama dengan


paparan radiasi dan obat-obatan
teratogenikdapat mengakibatkan
kerusakan pada embrio.
Beberapa kecacatan janin yang
bisa timbul akibat TORCH yang
menyerang wanita hamil antara
lain kelainan pada saraf, kelainan
pada otak, paru-paru, mata,
telinga, terganggunya fungsi
motorik, hidrosefalus, dan lain
sebagainya.

TOXOPLASMOSIS

DEFINISI
Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis,
disebabkan olehparasit Toxoplasma
gondii.
Toxoplasmosis kongenital adalah
infeksipada bayi baru lahir yang berasal
dari ibu yang terinfeksi.
Janin yang terinfeksi kongenital tersebut
mengalami kerusakan organ/struktur
hidrosefalus, korioretinitis, strabismus,
epilepsi dan retardasi psikomotor.

ETIOLOGI
Toxoplasma gondii adalah suatu protozoa
obligat intraseluleryang menginfeksi
burung dan beberapa jenis mamalia
terutama kucing diseluruh dunia.

CARA PENULARAN
Toxoplasma gondii ini punya 2 macam
pembawa :
Pembawa definitif berupa kucing dan
jenis-jenis kucing (felidae), misalnya:
cheetah etc.
Pembawa sekunder yaitu burungburung dan mamalia.
Pada prinsipnya ada 2 cara penularan
Toxoplasma gondii, yaitu yang didapat
(acquired) dan secara kongenital.

Acquired infection diperoleh dari tinja


kucing menyebarkan banyak ookista
(fase telur dari Toxoplasma), atau juga
dengan memakan daging yang kurang
masak, atau juga dari memakan
makanan yang tercemar dengan oosit.
Secara kongenital/ transplasenta yaitu
melalui plasenta pada wanita hamil.
Bila infeksi ini mengenai ibu hamil
trimester pertama akan menyebabkan
20% janin terinfeksi toksoplasma atau
kematian janin, sedangkan bila ibu
terinfeksi pada trimester ke tiga 65%
janin akan terinfeksi. Infeksi ini dapat
berlangsung selama kehamilan.

Toxoplasma gondii dapat menular


ke manusia melalui beberapa rute,
yaitu:
1. Pada toksoplasmosis kongenital
transmisi terjadi in-utero
melalui plasenta, bila ibu
mengalami infeksi primer saat
hamil.
2. Pada infeksi akuisita infeksi
dapat terjadi bila makan daging
mentah atau kurang matang.
3. Infeksi dapat terjadi dengan
transplantasi organ dari donor
yang menderita toksoplasmosis

4. Transfusi darah lengkap juga


dapat menginfeksi .
5. Transmisi melalui ookista juga
dapat menginfeksi, seekor kucing
yang terinfeksi dapat
mengeluarkan sampai dengan 10
juta butir ookista setiap hari
selama 2 minggu. Ookista
menjadi matang dalam waktu 15hari dan dapat lebih dari 1tahun
di tanah yang panas atau
lembab. Ookista mati pada suhu
45-55oC.

PATOGENESIS
Tahap utama daur hidup parasit adalah
pada kucing (hospes definitif). Dalam sel
epitel usus kecil kucing berlangsung daur
aseksual (skizogoni) dan daur seksual
(gametogoni, sporogoni) yang
menghasilkan ookista yang dikeluarkan
melalui tinja.
Bila ookista tertelan oleh
hospesperantara maka pada berbagai
jaringan akan terjadi pembelahan cepat
menjadi takizoit bereplikasi pada
seluruh sel kecuali di eritrosit bradizoit

Pada hospes imunokompromais


atau pada janin, faktor-faktor
imun yang dibutuhkan untuk
mengontrol penyebaran penyakit
jumlahnya rendah.
Akibatnya takizoit menetap dan
penghancuran progresif
berlangsung dan terjadi
kegagalan organ.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang dapat timbul pada
toksoplsmosis adalah fatigue, nyeri otot
dan kadang-kadang limfadenopati, tetapi
seringkali infeksi terjadi subklinis.
Infeksi toxoplasma berbahaya bila terjadi
saat ibu sedang hamil atau pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh
terganggu (misal : AIDS).
Jika wanita hamil terinfeksi toxoplasma
maka akibat yang dapat terjadi adalah
abortus spontan atau keguguran (4%),
lahir mati (3%) atau bayi menderita
toxoplasmosis bawaan.

Sedangkan bila janin lahir setelah


ibu terinfeksi selama kehamilan,
bayi bisa lahir dalam keadaan
hidrosefalus, berat bayi
lahirrendah, hepatosplenomegali,
ikterus dan anemia.
Gejala defisit neurologis seperti
kejang-kejang, kalsifikasi
intracranial, retardasi mental dan
hidrosefalus atau mikrosefalus.
Pada kedua kelompok biasanya
terjadi korioretinitis.

DIAGNOSIS TOXOPLASMOSIS PADA KEHAMILAN

Kehamilan dengan seropositif


ditemukan adanya antibodi Ig G anti
toksoplasma dengan titer 1/20-1/1000.
Kehamilan dengan antibodi IgG atau IgM
spesifik titer tinggi ibu hamil
seropositif memperoleh ulangan infeksi
(re-infeksi).
Kehamilan dengan seronegatif darah
ibu tidak mengandung antibodi spesifik
mengulangi uji serologik tiap trimester (3
bulan) sekali.

Kehamilan dengan serokonversi


adanya perubahan dari
seronegatif menjadi seropositif
selama kehamilan.
Penderita memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya transmisi
vertikal dari maternal ke janin
serta mengakibatkan infeksi janin
(toksoplasmosis kongenital).

DIAGNOSIS PRENATAL
Konsep lama hanya bersifat empiris dan
berpedoman pada hasil uji serologis ibu
hamil.
Saat ini pemanfaatan tindakan kordosentesis
dan amniosentesis dengan panduan
ultrasonografi (USG) guna memperoleh darah
janin ataupun cairan ketuban sebagai
pendekatan diagnostik.
Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada
usia kehamilan 14-27 minggu (trimester II).
Kordosentesis (pengambilan sampel darah
janin melalui tali pusat) ataupun
amniosentesis (aspirasi cairan ketuban)
dengan tuntunan ultrasonografi (USG).

Pemeriksaan dengan teknik P.C.R


guna mengidentifikasi DNA T.oxoplasma
gondii pada darah janin atau cairan
ketuban.
Pemeriksaan dengan teknik ELISA
pada darah janin guna mendeteksi
antibodi IgM janin spesifik (anti
toksoplasma).
Diagnosis toksoplasmosis kongenital
ditegakkan berdasar hasil pemeriksaan
yang menunjukkan adanya IgM janin
spesifik (anti toksoplasma) dari darah
janin, dan DNA dari T. gondii dengan
P.C.R darah janin ataupun cairan
ketuban.

Diagnostik prenatal yang


berdasarkan amniosentesis
(aspirasi cairan ketuban), saat ini
paling sering dilakukan guna
mendeteksi adanya infeksi janin
kongenital.

AMNIOCENTESIS

CORDOCENTESIS

TERAPI
Spiramycin
Antibiotik yang paling sering digunakan
untuk wanita hamil untuk mencegah
infeksi pada anak mereka, tapi tidak
dianjurkan pada wanita hamil trimester
pertama dan menyusui.
Dosis 3 x 500 mg selama 3 minggu,
kemudian 2 minggu tanpa obat,
dilanjutkan 3 minggu, kemudian libur 2
minggu tanpa obat , lanjutkan lagi 3
minggu dengan obat.

PENCEGAHAN
Mencegah infeksi primer pada ibu-ibu
hamil
Memasak daging sampai 60 oC
Jangan menyentuh mukosa mulut bila
sedang memanggang daging mentah.
Mencuci buah/sayur sebelum dimakan
Kebersihan dapur
Cegah kontak dengan kotoran kucing
Siram bekas piring makanan kucing
dengan air panas.

Mencegah infeksi terhadap janin


dengan jalan :
Seleksi wanita hamil dengan tes
serologis
Pengobatan adekuat bila ada infeksi
selama hamil
Tindakan abortus terapeutik pada
trimester I/II
Vaksinasi pada kucing dengan tujuan
untuk mencegah sporulasi dan
pelepasan ookista ke lingkungan,
dapat menurunkan secara drastis
angka infeksi toksoplasma pada
binatang dan manusia.

DEFINISI
Infeksi ini juga dikenal dengan campak
Jerman dan sering dideritaanak-anak.
Rubela yang dialami pada trimester
pertama kehamilan 90persennya
menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan
jantung, keterbelakangan mental, bahkan
keguguran.
Ibu hamil disarankan untuk tidak
berdekatan dengan orang yang sedang
sakit campak Jerman.

ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella,
sebuah togavirus yang menyelimuti dan
memiliki genom RNA beruntai tunggal.
Virus ini ditularkan melalui rute pernapasan
dan bereplikasi dalam nasofaring dan
kelenjar getahbening.
Virus ini dapat ditemukan dalam darah 5-7
hari setelah infeksi dan menyebar ke seluruh
tubuh.
Virus memiliki sifat teratogenik dan mampu
menyeberangi plasenta dan menginfeksi
janin di mana sel-sel berhenti
dariberkembang atau menghancurkan

CARA PENULARAN
Virus rubella yang ditularkan melalui percikan
ludah penderita atau karena kontak dengan
penderita.
Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada
janin yang berada di dalam kandungannya.
Penderita bisa menularkan penyakit ini pada saat
1 minggu sebelum munculnya ruam sampai 1
minggu setelah ruam menghilang.
Bayi baru lahir yang terinfeksi ketika masih
berada dalam kandungan, selama beberapa bulan
setelah lahir, bisa menularkan penyakit ini.

Sindroma rubella kongenital terjadi


pada 25% atau lebih bayi yang
lahir dari ibu yang menderita
rubella pada trimester pertama.
Jika ibu menderita infeksi ini
setelah kehamilan berusia 20
minggu, jarang terjadi kelainan
bawaan pada bayi.

MANIFESTASI KLINIS
Setelah masa inkubasi 14-21 hari,
campak Jerman menyebabkan gejala
yang mirip dengan flu.
Gejala utama infeksi virus rubella adalah
munculnya ruam (exanthem) pada wajah
yang menyebar anggota badan dan
biasanya menghilang setelah tiga hari.
Gejala lain termasuk demam ringan,
pembengkakan kelenjar (sub oksipital &
posterior serviks limfadenopati), nyeri
sendi, sakit kepala dan konjungtivitis.

DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN


Derajat penyakit terhadap ibu tidak
berdampak terhadap resiko infeksi janin.
Infeksi yang terjadi pada trimester I
memberikan dampakbesar terhadap janin.
Infeksi fetal yang dapat terjadi :
1. Tidak berdampak terhadap bayi dan
janin dilahirkan dalam keadaan normal.
2. Abortus spontan
3. Sindroma Rubella Kongenital

Secara spesifik, infeksi pada trimester


I berdampak terjadinya sindroma
rubella kongenital sebesar 25% (50%
resiko terjadi pada 4 minggu
pertama), resiko sindroma rubella
kongenital turun menjadi 1%bila
infeksi terjadi pada trimester II dan III.
Dampak-dampak Sindroma Rubela
Kongenital :
1. Intra uterine growth retardation
(IUGR) simetrik, gangguan
pendengaran, kelainan jantung :
PDA (Patent Ductus Arteriosus) dan
hipolasia arteri pulmonalis.

2. Gangguan Mata : Katarak, Retinopati,


Mikroptalmia.
3. Hepatosplenomegali, gangguan sistem
saraf pusat, mikrosepalus, anensepalus,
kalsifikasi otak, retardasi psikomotor,
hepatitis, trombositopenik purpura.
. Bayi yang lahir dengan rubella
kongenital menyebarkan virus sehingga
merupakan ancaman bagi bayi lain,
serta orang dewasa rentan yang
berkontak dengan bayi tersebut.
Infeksi rubella bukan kontra indikasi
pemberian ASI !

DIAGNOSIS
Konfirmasi infeksi rubella sulit dilakukan.
Gambaran klinisnya mirip dengan penyakit
lain, dan sekitar seperempat dari infeksi
rubella bersifat subklinis walaupun terjadi
viremia yang telah menginfeksi mudigah
atau janin.
Viremia mendahului gejala klinis sekitar 1
minggu.
Diagnosis infeksi rubella yang tepat perlu
ditegakkan dengan bantuanpemeriksaan
laboratorium.

Pemeriksaan Laboratorium yang


dilakukan meliputipemeriksaan AntiRubella IgG dan IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil.
Jika ternyata belum memiliki kekebalan,
dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM
terutama sangat berguna untuk
diagnosis infeksi akutpada kehamilan <
18 minggu dan risiko infeksi rubella
bawaan.
Mereka yang non-imun harus
memperoleh vaksinasi pada masa pasca
persalinan

TERAPI
Terapi khusus belum ada ,hanya
simptomatik
Vaksinasi sebelum menikah dengan
vaksin MMR

PENCEGAHAN
Melakukan imunisasi pada orang dewasa ,terutama
wanita usia reproduksi, vaksinasi memberi imunitas
yang bertahan hingga 10 tahun.
Vaksinasi seluruh petugas RS yang beresiko/kontak
dengan pasien dan berhubungan dengan wanita
hamil.
Memakai masker penutup pernapasan.
Jika tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan
baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan.
Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika ibu
sedang hamil atau kepada orang yang mengalami
gangguan sistem kekebalan akibat kanker.

CYTOMEGALOVIRUS (CMV)

DEFINISI
Cytomegalovirus (infeksi sitomegalovirus)
adalahpenyakit yang disebabkan oleh
sitomegalovirus. Virus ini termasuk dalam
keluarga besarvirus herpes.
Virus ini menyebabkan pembengkakan sel
yang karakteristik sehingga terlihat sel
membesar (sitomegali) dan tampak sebagai
gambaran mata burung hantu.

CYTOMEGALOVIRUS

TRANSMISI INTRAUTERUS
Terjadi karena virus yang beredar dalam
sirkulasi (viremia) ibu menular ke janin.
Kejadian transmisi seperti ini dijumpai pada
kurang lebih 0,5-1% dari kasus yang
mengalami reinfeksi atau rekuren.
Viremia pada ibu hamil dapat menyebar
melalui aliran darah, menembus plasenta,
menuju ke fetus baik pada infeksi primer
eksogen maupun pada reaktivasi, infeksi
rekuren endogen, yang mungkin akan
menimbulkan risiko tinggi untuk kerusakan
jaringan prenatal yang serius.

Risiko pada infeksi primer


lebih tinggi daripada
reaktivasi atau ibu terinfeksi
sebelum konsepsi.
Infeksi transplasenta juga
dapat terjadi, karena sel
terinfeksi membawa virus
dengan muatan tinggi.
Transmisi tersebut dapat
terjadi setiap saat
sepanjang kehamilan
namun infeksi yang terjadi
sampai 16 minggu pertama,
akan menimbulkan penyakit
yang lebih berat.

TRANSMISI PERINATAL
Terjadi karena sekresi melalui saluran genital atau air susu
ibu.
Kira-kira 2-28% wanita hamil dengan CMV seropositif,
melepaskan CMV ke sekret serviks uteri dan vagina saat
melahirkan, sehingga menyebabkan kurang lebih 50%
kejadian infeksi perinatal.
Transmisi melalui air susu ibu dapat terjadi, karena 9-88%
wanita seropositif yang mengalami reaktivasi biasanya
melepaskan CMV ke ASI.
Kurang lebih 50-60% bayi yang menyusu terinfeksi
asimtomatik, bila selama kehidupan fetus telah cukup
memperoleh imunitas IgG spesifik dari ibu melalui
plasenta.
Kondisi yang jelek mungkin dijumpai pada neonatus yang
lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah.

TRANSMISI POSTNATAL
Dapat terjadi melalui saliva, mainan
anak-anak misalnya karena
terkontaminasi dari vomitus.
Transmisi juga dapat terjadi melalui
kontak langsung atau tidak langsung,
kontak seksual, transfusi darah,
transplantasi organ.

MANIFESTASI KLINIS
Umumnya (> 90%) infeksi CMV pada ibu hamil
asimpomatik, tidak terdeteksi secara klinis.
Gejala yang timbul tidak spesifik; demam, lesu,
sakit kepala, sakit otot dan nyeri tenggorok.
Transmisi dari ibu ke janin dapat terjadi selama
kehamilan, infeksi pada kehamilan sebelum 16
minggu dapat mengakibatkan kelainan
kongenital berat, seperti berat badan lahir
rendah, mikrosefali, korioretinitis, retradasi
mental dan motorik, kekurangan kepekaan saraf
sensoris, hepatosplenomegali, ikterus, anemia
hemolitik, purpura.

CYTOMEGALOVIRUS SYMPTOMS

DIAGNOSIS
Metode serologis diagnosa infeksi
maternal primer dapat ditunjukkan
dengan adanya perubahan dari
seronegatif menjadi seropositif (tampak
adanya IgM dan IgG anti CMV)
Metode virologis viremia maternal
dapat ditegakkan dengan menggunakan
uji immuno fluoresen.

DIAGNOSIS PRENATAL
Diagnosis prenatal harus dikerjakan
terhadap ibu dengan kehamilan yang
menunjukkan infeksi primer pada umur
kehamilan sampai 20 minggu.
Diagnosis prenatal metode PCR dan
isolasi virus pada cairan ketuban yang
diperoleh setelah amniosentesis.

KAPAN CURIGA INFEKSI CMV?


Kemungkinan infeksi CMV intrauterin bila
didapatkan :
Oligohidramnion
Polihidramnion
Hidrops fetalis non imun
Asites janin
Gangguan pertumbuhan janin
Mikrosefali
Hidrosefalus

TERAPI DAN KONSELING


Saat ini terminasi kehamilan merupakan
satu-satunya terapi intervensi karena
pengobatan dengan anti virus
(ganciclovir) tidak memberi hasil yang
efektif serta memuaskan.
Dengan demikian konseling, infeksi
primer yang terjadi pada umur
kehamilan 20 minggu setelah
memperhatikan hasil diagnosis prenatal
dapat dipertimbangkan terminasi
kehamilan

PENCEGAHAN
Belum didapatkan obat yang baik untuk mencegah
terjadinya infeksi CMV pada ibu dan janin yang
dikandungnya.
Dapat diusahakan :
1.Memberikan edukasi cara hidup yang higienis, menjauhi
kontak dengan cairan yang dikeluarkan oleh penderita
CMV : urin, saliva, semen dlsb.
2.Bagi ibu, terutama yang melahirkan bayi prematur untuk
berhati-hati dalam memberikan ASI. Bayi prematur
imunitasnya masih rendah. ASI yang mengandung virus
CMV, didinginkan sampai 20oC selama beberapa hari
dapat menghilangkan virus. Cara lain pasteurisasi cepat.
3.Hati-hati pada transfusi darah harus dari donor seronegatif.
4.Vaksinasi memberikani harapan dimasa datang.

DEFINISI
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks
(virus herpes hominis) tipe 1 atau tipe 2
yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit eritematosa
pada daerah dekat mukokutan,
sedangkan infeksi dapat berlangsung
baik primer maupun rekurens.

VIROLOGI
Berdasarkan perbedaan imunologi dapat
dikenali 2 jenis herpes simpleks virus (HSV)
1.HSV tipe 1 (Non genital) : merupakan
penyebab dari luka di bibir (herpes
labialis) dan luka di kornea mata (keratitis
herpes simpleks); biasanya ditularkan
melalui kontak dengan sekresi dari atau di
sekitar mulut.
2.HSV tipe 2 (Genital) menyebabkan herpes
genitalis, biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual.

MANIFESTASI KLINIS
Pada Kehamilan
Bila pada kehamilan timbul herpes genitalis, perlu
mendapat perhatian yang serius, karena melalui plasenta
virus dapat sampai ke sirkulasi fetal serta dapat
menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin.
Herpes simpleks yang kambuh ditandai dengan adanya
kesemutan, rasa tidak nyaman atau rasa gatal, yang
dirasakan beberapa jam sampai 2-3 hari sebelum
timbulnya lepuhan.
Lepuhan (yang bisa saja terasa nyeri) cenderung
membentuk kelompok, yang begabung satu sama lain
membentuk sebuah kumpulan lebih besar.
Beberapa hari kemudian lepuhan mulai mengering dan
membentuk keropeng tipis yang berwarna kekuningan
serta ulkus yang dangkal.

Penyembuhan biasanya dimulai


dalam waktu 1-2 minggu
kemudian dan biasanya sembuh
total dalam waktu 21 hari.
Bila transmisi terjadi pada
trimester I cenderung terjadi
abortus; sedangkan bila pada
trimester II, terjadi prematuritas.
Selain itu dapat terjadi transmisi
pada saat intrapartum.

Herpes Labialis

Herpes Genitalis

Pada Janin
Infeksi HSV pada bayi baru lahir mungkin
didapat selama dalam kandungan, selama
persalinan atau setelah lahir.
Jalur infeksi yang paling sering adalah
penularan HSV bayi selama pelahiran
melalui kontak dengan lesi herpetik pada
jalan lahir.
Untuk menghindari infeksi, dilakukan
persalinan dengan seksio sesarea pada
perempuan hamil yang memiliki herpes
genital.
Sekitar 75% infeksi herpes neonatal
disebabkan oleh HSV-2.
Infeksi herpes neonatus hampir selalu
simptomatik.

Bayi dengan herpes neonatus terdiri


dari tiga katagori penyakit :
1. Lesi setempat di kulit, mata dan
mulut
2. Ensefalitis dengan atau tanpa
terkenanya kulit setempat
3. Penyakit diseminata yang
mengenai banyak organ,
termasuk sistem saraf pusat.
Prognosis terburuk (angka mortalitas
sekitar 80%) terdapat pada bayi
dengan infeksi diseminata; banyak
diantaranya mengalami ensefalitis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan sitologik
Tes kultur virus
Tes PCR
Tes Serologi

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala-gejalanya yang timbul di bagian
tubuh tertentu dan khas untuk herpes
simpleks.
Hasil serologi yaitu Anti-HSV II IgG dan
IgM sangat penting untuk mendeteksi
secara dini terhadap kemungkinan
terjadinya infeksi oleh HSV II dan
mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi
bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

PENATALAKSANAAN
Edukasi
Pasien dengan herpes genital harus
dinasehati untuk menghindari hubungan
seksual selama gejala muncul dan
selama 1 sampai 2 hari setelahnya dan
menggunakan kondom antara
perjangkitan gejala.

Terapi
Pengobatan dapat mengurangi
simptom, mengurangi nyeri dan ketidak
nyamanan secara cepat yang
berhubungan dengan perjangkitan,
serta dapat mempercepat waktu
penyembuhan.
Antiviral : Acyclovir, Famciclovir,
Valacyclovir.
Ketiga obat ini mencegah multiplikasi
virus dan memperpendek lama erupsi.
Pengobatan peroral, dan pada kasus
berat secara intravena adalah lebih
efektif. Pengobatan hanya untuk
menurunkan durasi perjangkitan.

Topikal : Penciclovir krim 1% (tiap 2


jam selama 4 hari) atau Acyclovir
krim 5% (5 kali sehari selama 5
hari).
Idealnya, krim ini digunakan 1 jam
setelah munculnya gejala,
meskipun juga pemberian yang
terlambat juga dilaporkan masih
efektif dalam mengurangi gejala
serta membatasi perluasan daerah
lesi.

PENCEGAHAN
Memakai kondom dari awal sampai akhir
setiap kali melakukan hubungan seks
(dengan penderita herpes genitalis).
Hindari kontak langsung dengan air liur
yang terinfeksi.
Hindari kontak langsung dengan
penderita.

Anda mungkin juga menyukai