Sulfur dan phosphorus pada nickel dan nickel paduan dapat menyebabkan hot
cracking. Teknik peleburan(pengelasan) untuk menghasilkan sambungan nickel dan
nickel paduan di desain tetap menahan element ini pada level rendah. Jelasnya,
kandungan sulfur dan phosphorus pada beberapa baja khusus paling tinggi
ditetapkan. Konsekuensinya, dilusi harus dikontrol hati-hati bilamana penyambungan
baja pada nikel paduan dengan logam filler nickel paduan untuk mencegah hot
cracking di logam las.
Kebanyakan logam las nickle-base dapat gunakan untuk dilusi Fe tetapi harus
dibatasi pengelasan. Logam las elektroda pembungkus nickel atau nickel khomium
dapat ditolelir sampai 40% dilusi Fe. Batangan logam filler nickel atau nickel
khomium, walaupun, dilusion harus dijaga sekitar 25%.
Batas penerimaan dilusi Fe pada berbagai macam logam las nickel-copper,
tergantung pada proses pengelasan. Dengan SMAW, dilusi Fe sampai perkiraan 30%
dapat ditolerir. Logam SAW tidak boleh dilusi lebih besar dari 25%
Korosi dan tahan oksidasi,
sambungan dua dua bahan memiliki sifat korosi spesifik, hal ini harus dipertimbangkan
oleh desainer dalam menetapkan pemilihan bahan.
Contoh, sambungan las bahan berbeda sel galvanik dapat menyebabkan korosi pada
logam paling anodik (deret volta) atau pada sambungan. Phasa perbedaan
mikrostruktur, antar sel terlokalisasi dapat menghasilkan korosi galvanik di level
struktur mikro . Untuk menghindari korosi galvanik, komposisi logam las dapat diatur
dengan pemberian pencegah korosi (protection cathodic) pada logam dasar yang
sangat berpengaruh pada serangan galvanik. Walaupun, persyaratan desain lain tidak
harus kompromikan secara pada hal itu.
Ketentuan, beberapa bentuk lain pencegahan harus digunakan.
Suatu sel galvanik diasosiasikan dengan suatu baja kekutan tinggi (high-strength steel)
dapat mempromote hydrogen embrittlement di HAZ jika baja ini sel katoda. Hydrogen
embrittlement harus dipertimbangkan jika service temperature akan berkisar batas (-
40 s.d 95)0C, dan sambungan las ini dalam daerah rakitan tegangan tertinggi.
Pembetukan residual stresses di dalam daerah las kadang-kadang cenderung
mempromote hydrogen embrittlement dan korosi retak tegang (stress-corrosion
cracking)
Dengan proses gas shielding, logam las nickel-copper dilusi Fe toleransi lebih
rendah, khususnya jika las dilakukan stress relief. Batas maksimum untuk
dilusi Fe dalam sambungan las 10% jika hal ini akan digunakan sebagai
sambungan dan 5% bilamana hal ini di stress relief. Buttering layer logam las
nickel atau nickel-copper harus dipakai untuk permukaan baja bertujuan
menghindari batas yang berlebihan
Logam las nickel-copper memiliki maksimum dilusi toleransi untuk khrom
kira-kira 8%. Konsekwensinya logam filler nickel-copper tidak boleh
digunakan untuk sambungan paduan nickel-copper pada stainless steel
Paduan cobalt-base pada baja. Metallurgically, paduan cobalt-Base memiliki
kesamaan dengan paduan nickel-chromium pada temperature tinggi respek
untuk dilas. Bilamana sambungan paduan cobalt dengan stainless steel,
direkomendasikan filler metal dengan komposisi sama paduan cobalt. Filler
metal paduan nickel cocok untuk beberapa penggunaan. Di dalam kasus ini,
pemilihan filler metal, proses pengelasan, dan prosedur pengelasan untuk
penggunaan harus dilakukan pengujian yang sesuai.
Perbedaan komposisi kimia material berbeda (dissimilar-metal) dapat juga karena
masalah korosi temperatur tinggi. Variasi komposisi pada antarmuka antara logam-
logam yang berbeda dapat terjadi dalam oksidasi selektif ketika pengoperasian
pada temperatur tinggi di udara (atmosfir terbuka) dan formasi takikan lokasi ini.
seperti takikan adalah potensial timbul tegangan dalam sambungan dan dapat
menyebabkan kegagalan jangka panjang, oksidasi antarmuka las kondisi termal
siklus.