Anda di halaman 1dari 19

BIOEKOLOGI DAN REPRODUKSI SIPUT

GONGGONG (Strombus canarium


LINNAEUS, 1785)

OLEH :
TAKSONOMI DAN SINONIM
Sistematik klasifikasi siput gonggong Strombus canarium
(Linnaeus, 1758) Zipcodezoo (2013) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Sorbeoconcha
Famili : Strombidae
Genus : Strombus
Spesies : Strombus canarium (Linnaeus, 1758)

Laevistrombus canarium (Linnaeus, 1758), Laevistrombus turturella (Roding, 1798), Strombus


turturella (Roding, 1798), Strombus isabella (Lamarck, 1822), Strombus vanikorensis (Quoy
dan Gaimard, 1834), Strombus taeniatus (Quoy dan Gaimard, 1834), Strombus gibbus
(Martini Issel and T. Canefri, 1876), Strombus vanicorensis (Quoy, 1885)
DESKRIPSI SIPUT GONGGONG Strombus canarium
(LINNAEUS, 1758)
Memiliki cangkang berbentuk asimetri seperti
kerucut, terdiri dari tiga lapisan periostraktum,
lapisan prismatik yang terdiri dari kristal
kalsium karbonat dan lapisan nakre (lapisan
mutiara).
Gonggong berjalan dengan perut dan biasanya
menggulung seperti ulir memutar ke kanan.
Bentuk kepala jelas, mempunyai tentakel, mata
dan radula serta probosis yang besar yang
berguna untuk menyapu dan menyedot
makanan.
Operkulum berbentuk pipih memanjang dan
bergerigi, yang berfungsi ganda untuk
melindungi tubuh yang berada dalam
cangkang, dan sebagai alat bantu berpindah
tempat.
HABITAT DAN DAERAH PERSEBARAN
Habitat siput gonggong adalah substrat
lumpur berpasir yang banyak ditumbuhi
tumbuhan bentik seperti lamun dan makro
algae, mulai dari batas surut terendah hingga
kedalaman 6 m (Abbott, 1960).
Salinitas berkisar antara 26 32 , pH antara
7,1 8,0, oksigen terlarut 4,5 6,5 ppt,
kecerahan air 0,5 3,0 meter serta suhu
berkisar antara 26 30oC (Amini, 1986).
Pemilihan habitat ini mengikuti ketersediaan
makanan berupa detritus dan makro algae
serta kondisi lingkungan yang terlindung dari
gerakan massa air.
Siput gonggong mempunyai penyebaran Indo-
Pasifik Barat, dari India selatan dan Sri Lanka
ke Melanesia, utara ke selatan Jepang dan ke
Queensland dan Kaledonia Baru.
HABITAT DAN DAERAH PERSEBARAN

Peta Penyebaran Siput Gonggong Strombus canarium (Linnaeus, 1758)


(http://www.sealifebase.org, 2013)
KEBIASAAN MAKANAN

Menurut Sugiarti dkk., (dalam Siddik, 2011),


Siput Gonggong (Strombus canarium) hidup
sebagai deposit feeder, mempunyai probosis
yang besar untuk menyapu dan menyedot
endapan di dasar perairan.
Kebiasaan makan siput gonggong yang
cenderung herbivor yaitu memakan algae yang
biasanya terdapat pada detritus.
Jenis fraksi sedimen sangat erat kaitannya
dengan kelimpahan siput Gonggong
(S.canarium).
Semakin tinggi kandungan bahan organik
didalam substrat dasar, maka semakin banyak
pula ketersediaan makanan (Arianti, 2013).
Siput Gonggong di salah satu habitatnya
(Siddik, 2011)
PERTUMBUHAN

Pola pertumbuhan cangkang siput gonggong


seperti pada moluska umumnya dipengaruhi
oleh pertumbuhan mantel, dimana organ ini
berperan dalam penyerapan bahan
pembentuk cangkang.
Bertumbuhannya bagian bibir cangkang
(parietal) mengelilingi dan membungkus
cangkang yang lebih tua ke arah kanan
bawah, sehingga panjang cangkang juga
bertambah.
Tepi bibir cangkang ini akhirnya akan tumbuh Amini dan Pralampita (1987) yaitu pada kelas
melebar ke arah luar dan proses penebalan ukuran panjang 65-71 mm, pertumbuhan relatif
panjang Gonggong di alam dapat mencapai 2 mm
cangkang berjalan semakin cepat. Keadaan
bulan-1.
ini menandakan, bahwa individu telah mulai Iskandar dan Yuliansyah (1996) mencatat
memasuki stadia dewasa. pertumbuhan relatif siput Gonggong di alam pada
kelas ukur 20-40 mm adalah sebesar 6,7-10 mm
bulan-1.
Muhlis et al. (2004) mencatat bahwa Gonggong yang
dipelihara pada keramba tancap memiliki rata-rata
pertumbuhan panjang sebesar 1,82 mm bulan-1.
ASPEK REPRODUKSI
NISBAH KELAMIN
Nisbah kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan betina dalam suatu
populasi. Nisbah 1:1 yaitu 50% jantan dan 50% betina merupakan suatu kondisi yang ideal.

Menurut penelitian Cob et al. (2008c),


kelimpahan siput gonggong betina
lebih tinggi daripada laki-laki. Nisbah
kelamin keseluruhan per bulan
(jantan : betina) adalah 1 : 1,73.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Sidik (2011) di Teluk Klabat, diperoleh siput gonggong
yang dewasa, berjenis kelamin jantan berjumlah 652 individu (35%) dan jenis betina 940
individu (51%) serta anakan (veliger) berjumlah 267 individu (14%). Rasio kelamin (sex ratio)
antara siput jantan dan betina selama pengamatan berkisar antara 1 : 1,46.
SISTEM REPRODUKSI
Sistem reproduksi seksual siput gonggong berdasarkan alat kelamin jantan dan betina
(dioecious) terdapat pada individu yang berbeda.

Secara morfologi organ reproduksi terdiri atas organ reproduksi luar dan organ reproduksi
dalam.

Organ reproduksi luar tersebut


adalah penis pada siput jantan
dan genital pore (lubang genital)
dan vagina (female opening) pada
siput betina
Organ reproduksi dalam

Anatomi gonad Strombus


canarium secara makrokopis,
gonad dewasa dapat dibedakan
antara jantan dan betina.
Testis dan seminal vesicle terlihat
jelas pada jantan, sedangkan
ovarium, oviduct dan fallopian
tube ada pada betina.
Gonad jantan dan betina terlihat
sama selama masa juvenile.

Gonda Jantan Gonad Betina


DIMORFISME SEKSUAL

Pada studi terbaru menunjukkan bahwa dimorfisme seksual terjadi pada masa-masa awal, selama
masa ontogeni spesies.
Karakter seksual pertama kali muncul yaitu, panjang cangkang jantan yang lebih kecil daripada betina.
Siput jantan yang matang gonad juga panjang cangkangnya lebih kecil daripada betina.
Sekarang Cob et al. (2008d), mengatakan dimorfisme seksual terlihat jelas dalam populasi S.
canarium, namun hanya terlihat ketika siput mencapai tahap dewasa di mana pembentukan dan
penebalan tepi pinggir cangkang yang menonjol.
TINGKAT KEMATANGAN GONAD

Menurut Sidik (2011), perkembangan gonad merupakan bagian dari proses reproduksi sebelum terjadi
pemijahan. Tingkat kematangan gonad pada siput gonggong berdasarkan morfologi gonad dibagi
menjadi empat tahap dan diakhiri dengan tahapan memijah.

Fase awal perkembangan gonad (TKG I) jenis kelamin siput gonggong sangat sulit dibedakan, pada
fase ini panjang cangkang siput gonggong umumnya berukuran < 38 mm, organ kelaminnya belum
berkembang.

Pada ukuran cangkang > 38 mm, organ testis dan ovarium mulai terlihat (TKG II), testis ditandai
dengan warna kekuning-kuningan dan ovarium ditandai dengan warna kecoklatan.

Perkembangan gonad dewasa (TKG III) ditandai dengan membesarnya volume bagian testis dan
ovarium, warna testis semakin oranye dan warna ovarium semakin coklat dan menempati hampir
sepertiga gonad.

Pada siput gonggong, ukuran panjang cangkang siput gonggong jantan dewasa kelamin berkisar
antara 44 51mm dan siput betina dewasa berkisar antara 47 54 mm. Dan mencapai kematangan
gonad (TKG IV) pada panjang cangkang untuk jantan 51 mm dan betina 54 mm.
Penelitian yang dilakukan Cob et al. (2008d) yang
UKURAN SAAT MATANG GONAD dilakukan di Merambong Shoal, Johor Straits,
Malaysia.
Panjang minimal cangkang pada saat karaktek
seksual muncul adalah 30 mm pada jantan dan 32
mm pada betina dan kedua jenis kelamin dapat
ditentukankan dengan pasti pada saat panjang
cangkang lebih dari 41 mm.
SX50 (probabilitas individu dapat berkelamin (0,5))
berada di 38,33 0,41 mm untuk jantan dan 37,15
0,31 mm untuk betina.
SL50 (panjang di mana kemungkinan individu matang
(0,5)) untuk jantan panjang cangkang adalah 54,14
0,86 mm dan panjang cangkang untuk betina adalah
58,51 1,02 mm.
Morfologi cangkang yang digunakan untuk pengukuran LIP50 (ketebalan tepi luar cangkang di mana
linear. Batasan tepi luar cangkang ditunjukkan oleh kemungkinan individu matang (0,5)) nilai sisi tepi
panah: (a) sisi posterior dan, (b) sisi lateralis dari tepi
luar cangkangnya (Lip) (Cob et al, 2008b).
luar cangkang adalah sekitar 0,69 0,0003 mm
untuk jantan dan 0,80 0,014 mm untuk betina.
FEKUNDITAS
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Sidik (2011), menunjukkan bahwa siput gonggong melakukan
pemijahan di alam pada bulan Mei dan Juni.

Jumlah koloni telur siput gonggong yang di


lepaskan ke alam (Sidik, 2011).

Jumlah koloni kapsul yang dihasilkan siput gonggong berjumlah 173 kapsul pada bulan Mei, di bulan
Juni didapatkan 79 kapsul dan bulan Juli sebanyak 70 kapsul.

Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh seekor induk betina berkisar
antara 75 ribu hingga 95 ribu butir (Sidik, 2011).
DIAMETER TELUR

Bentuk telur siput gonggong


(Dody, 2012)

Hasil penelitian yang dilakukan Bond dkk (2010), jumlah telur yang dihasilkan rata-rata
sebanyak 65.675 butir per ekor dan berdiameter rata-rata sebesar 248,2 m.
Selanjutnya dilaporkan juga bahwa jumlah telur (fekunditas) yang dihasilkan berkisar 48.745-
70.594 butir dengan diameter telur yang dicatat oleh Cob et al. (2009b) adalah berkisar 388,68-
438,3 m.
Sedangkan Dody (2012) mencatat bahwa satu induk siput dapat memijah 75-95 ribu butir telur.
Telur berbentuk bulat dengan rata-rata ukuran diameternya adalah 220 m.
PERKEMBANGAN EMBRIO

Fase-fase perkembangan siput gonggong mulai dari telur hingga mencapai larva/anakan (Dody, 2012)
Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong

Tahap dan waktu perkembangan siput gonggong mulai dari pemijahan, perkembangan embrio
dan larva hingga mencapai dewasa (Dody, 2012).

Anda mungkin juga menyukai