Anda di halaman 1dari 67

Laporan Kasus

Dalila
Shelia Desri Wulandari
Try Febriani Siregar
Outline

Pendahuluan
Status Pasien
Tinjauan Pustaka
Analisis Masalah
Pendahuluan

Gangguan jiwa merupakan gangguan


pada pikiran, perasaan, atau perilaku
yang mengakibatkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik


yang paling sering.

Hampir 1% penduduk di dunia menderita


skizofrenia selama hidup mereka.
Status Pasien
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. T bin S
Tanggal Lahir/Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penyadap karet
Pendidikan : Tamat SMA
Agama : Islam
Alamat : Talang Balai, Muara Enim
Status Perkawinan : Duda
Warga Negara : Indonesia
STATUS INTERNUS
-Keadaan Umum
Sensorium : Compos mentis
Suhu : 36,5C
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Turgor : < 2 detik
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 163 cm
Status Gizi : Normoweight
-Sistem Kardiovaskular : tidak ada kelainan
-Sisem Respiratorik : tidak ada kelainan
-Sistem Gastrointestinal: tidak ada kelainan
-Sistem Urogenital : tidak ada kelainan
-Kelainan Khusus : tidak ada kelainan
STATUS NEUROLOGIKUS
-Motorik:
Tonus : eutoni
Klonus : tidak ada
Refleks fisiologis : +/+ normal
Refleks patologis : -/-
Kekuatan :otot lengan +5/+5, otot tungkai +5/+5
-Sensibilitas : tidak ada kelainan
-Susunan Saraf Vegetatif : tidak ada kelainan
-Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
-Kelainan khusus : tidak ada kelainan
Alloanamnesis
Identitas
Nama : Tn H
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Pendidikan : Tamat D3
Agama : Islam
Alamat : Palembang
Hubungan dengan pasien : Paman
Sebab Utama
Os melakukan percobaan bunuh diri dengan menggorok lehernya
2 minggu yang lalu
Keluhan Utama
Os sering mendengar bisikan-bisikan
Riwayat Perjalanan Penyakit
6 bulan yang lalu, os mengeluh sering mendengar bisikan-bisikan yang
mengomentari tentang diri os dan sering mengancam dan memerintah os. Os
merasa dirinya dikontrol dan dikuasai oleh bisikan-bisikan tersebut. Os mengaku
merasa banyak orang yang ingin mencelakai dan menjatuhkan os. Os mengaku
belajar ilmu untuk kekebalan tubuh agar tidak mempan disayat, tidak mempan
ditembak dan dicelakai. Os mengaku pernah mengamuk-ngamuk tanpa alasan
yang jelas. Os merasa kesulitan tidur akibat bisikan-bisikan yang didengar os. Di
rumah, os jarang bicara dan tampak sering melamun. Os masih dapat makan dan
minum dan mengurus dirinya sendiri.

2 minggu yang lalu, os semakin sering mendengar bisikan-bisikan yang


mengancam dan menyuruh os untuk bunuh diri. Os mengaku tanpa sadar
menggorok lehernya sendiri dengan pisau dapur. Os lalu ditolong oleh keluarga os
dan dibawa ke RSUD Muara Enim dan dirujuk ke RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Os dirawat selama 9 hari. Os lalu rawat jalan ke Poliklinik RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang dan dikonsulkan ke Poli Jiwa.
Riwayat Premorbid
Bayi : lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh dukun
Anak-anak : pendiam, suka menyendiri, percaya takhayul
Remaja : pendiam, suka menyendiri, curiga, percaya takhayul
Dewasa : pendiam, tertutup, curiga, percaya takhayul

Riwayat Kebiasaan dan Penyakit Dahulu


Riwayat trauma kepala : tidak ada
Riwayat demam tinggi : tidak ada
Riwayat kejang : tidak ada
Riwayat darah tinggi dan kencing manis : tidak ada
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat asma : tidak ada
Riwayat penggunaan NAPZA : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat Pendidikan
SD : tamat SD
SMP : tamat SMP
SMA : tamat SMA

Riwayat Pekerjaan
Os bekerja sebagai penyadap karet di kebun orangtua os.

Riwayat Perkawinan
Os pernah menikah sebanyak 1 kali, namun berpisah dengan istri
os setelah menjalani pernikahan selama 1 bulan. Os tidak
memiliki anak.
Riwayat Keluarga
Os merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Darah tinggi ada (ayah os)

Status Ekonomi
Status ekonomi menengah ke bawah
Autoanamnesis Interpretasi
Pemeriksa Pasien
(Psikopatologi)
Assalammualaikum, Pak Waalaikumsalam (Pasien menatap -compos mentis
(pemeriksa tersenyum sambil mata pemeriksa dan menjabat tangan -kooperatif, perhatian
menatap mata pasien dan pemeriksa) ada
mengajak bersalaman) -verbalisasi jelas
-cara bicara lancar
saya dokter muda disini, boleh boleh -kontak fisik, mata,
ngobrol sebentar, Pak? dan verbal ada

namanya siapo Pak? Tohirin


-Daya ingat terganggu
umurnyo berapo 30 tahun (os berpikir lama sebelum
menjawab)
rumahnyo dimano? Talang Balai

Bapak tau sekarang lagi ado di RS dok


dimano?
-Orientasi tempat dan
Hari ini hari apa pak? Tanggal dan Dak tau dok orang baik
bulan berapa? -Disorientasi waktu

siapo yang bawa Bapak kesini? Mamang aku


Interpretasi
Pemeriksa Pasien
(Psikopatologi)
Bapak tau dak kenapa dibawa kemarin gorok leher RTA baik
kesini oleh keluarga? Daya konsentrasi
baik
Kenapa lehernya digorok, Pak? Saya disuruh Discriminative insight
baik
Siapa yang nyuruh, Pak? Ada suara yang nyuruh saya. Delusion of control
Halusinasi akustik
Suaranya seperti apa, Pak? Suara lanang. katonyo,Gorok leher
kau!!
Bapak sudah sering dak Sudah sering. Ado yang berbisik-bisik. Delusion of control
sebelumnya dengar suara-suara Aku ni ado yang menguasai
itu?

Bisikannya seperti apa? Aku ni galak diejek-ejek dan


diperintoh
Bapak pernah liat dak orang yang
bersuara itu? Dak pernah cuma suara be. Katek
uwongnyo.
Bapak ado masalah atau beban Waham curiga
pikiran dak akhir-akhir ini? Dak pulo dok. Cuman aku ni banyak
yang nak jatuhin. Aku ni belajar ilmu
dok
Interpretasi
Pemeriksa Pasien
(Psikopatologi)
Belajar ilmu apa pak? Belajar ilmu biar idak mempan disayat, Illogical thought
ditembak, biar kuat, aku ni la belajar
lamo.
Jadi bapak belajar ilmu kebal cak Iyo.
itu yo?

Sejak kapan bapak belajar ilmu Sejak dulu, umur 15 tahun. Saya
kebal? berguru di Talang Balai

Bapak dulu banyak teman dak Adolah. Dak pulo banyak.


waktu kecil? Bapak pemalu dak?

Bapak banyak musuh dak? Cuman aku ini banyak yang nak
celakai.
Bapak ada masalah dak sama
orangtuanya, keluarganya? Idak. Aku ni sayang samo keluargo

Ada gak di keluarganya yang galak


dengar bisikan-bisikan, cak Dak ado rasonyo.
Bapak?
Bapak dulu pernah menikah ya?
Interpretasi
Pemeriksa Pasien
(Psikopatologi)
Bapak dulu pernah menikah ya? Iyo. Tapi dak lamo. Abis itu kami pisah
baik-baik.

Bapak sekarang masih begawe Idak. Kemarin kan baru selesai dirawat
dak? dari rumah sakit.

Tidurnya cak mano, Pak? Makan Aku kalo tidur gelisah, dok. Makan
samo minum gimana, Pak? galak.

Makannya masih galak ya berarti. Iyo, Dok. Samo-samo dok


Oke, Pak. Terimakasih yo, Pak,
sudah mau ngobrol-ngobrol. Nanti
jangan lupa kontrol lagi ke sini yo,
Pak.
KEADAAN UMUM
Kesadaran/Sensorium : Compos Mentis terganggu
Perhatian : Ada
Sikap : Kooperatif
Inisiatif : Ada `
Tingkah Laku Motorik : Normoaktif
Ekspresi Fasial : Cenderung bengong (tatapan kosong)
Verbalisasi : Jelas
Cara Bicara : Lancar
Kontak Psikis :- Kontak Fisik : Ada, adekuat
- Kontak Mata : Ada, adekuat
- Kontak Verbal: Ada, adekuat
KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)
Keadaan Afektif : tumpul
Hidup Emosi
Stabilitas : Stabil
Kedalaman : Normal
Pengendalian: Terkendali
Adekuat-Inadekuat: Adekuat
Echt/Unecht : Echt
Einfuhlung : Bisa dirabarasakan
Arus emosi : normal
Keadaan dan Fungsi Intelek
Daya ingat (amnesia, dsb) : Terganggu
Daya Konsentrasi : Adekuat
Orientasi : disorientasi waktu
Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah : Sesuai
Discriminative Judgement : Cukup
Discriminative Insight : Kurang
Dugaan taraf intelegensi : IQ rata-rata
Kemunduran intelektual (demensia, dsb) : Tidak ada

Kelainan Sensasi dan Persepsi


Ilusi : Tidak ada
Halusinasi : Ada, halusinasi akustik
Os sering mendengar bisikan yang memerintahkan os untuk bunuh diri.
-Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas : Normal
Mutu proses berpikir : Kurang jelas dan kurang tajam
Arus Pikiran
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : cukup
Hendaya berbahasa : Tidak ada
Flight of ideas : Tidak ada
Inkoherensi : Tidak ada
Sirkumstansial : Ada
Tangensial : Tidak ada
Terhalang : Tidak ada
Terhambat : Ada
Perseverasi : Tidak ada
Verbigerasi : Tidak ada
Isi Pikiran
Pola Sentral : Tidak ada
Waham : Ada. Waham curiga, Waham kejar, delusion
of control
Ide terfiksir : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
Hipokondria : Tidak ada
Konfabulasi : Tidak ada
Perasaan inferior : Tidak ada
Perasaan berdosa/salah : Tidak ada
Rasa permusuhan/dendam : Tidak ada
Kecurigaan : Ada
Lain-lain : Tidak ada
Pemilikan Pikiran
Obsesi : Tidak ada
Alienasi : Tidak ada

Bentuk Pikiran
Autistik : Tidak ada
Dereistik : Tidak ada
Simbolik : Tidak ada
Paralogik : Tidak ada
Simetrik : Tidak ada
Konkritisasi : Tidak ada
Lain-lain : Ada, magical thought (illogical thought)
Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
Abulia/Hipobulia : Tidak ada
Vagabondage : Tidak ada
Katatonia : Tidak ada
Kompulsi : Tidak ada
Raptus/Impulsivitas : Tidak ada
Mannerisme : Tidak ada
Kegaduhan Umum : Tidak ada
Autisme Tidak ada
Deviasi Seksual : Tidak ada
Logore : Tidak ada
Ekolalia : Tidak ada
Ekopraksi : Tidak ada
Mutisme : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt): Ada
Reality Testing Ability: ada
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
-AKSIS I : F20.0 Skizofrenia paranoid dengan tentamen suicide
-AKSIS II : Z.03.2 Tidak ada diagnosis
-AKSIS III : laserasi laring post repair
-AKSIS IV : stresor tidak diketahui
-AKSIS V : GAF Scale 70-61 (6 bulan yang lalu)
GAF Scale 20-11 (2 minggu yang lalu)
GAF Scale 60-51 (saat diperiksa)

DIAGNOSIS DIFERENSIAL
-Gangguan skizofreniform
-Gangguan skizoafektif
TERAPI
Psikofarmaka
Clozapine tab 25 mg 1 x sore hari
Haloperidol tab 1,5 mg 2 x tab
Triheksafenidil tab 2 mg 2 x tab
Psikoterapi
Konseling : menjelaskan pada pasien tentang penyakitnya
Edukasi : memotivasi pasien dan menganjurkan pasien untuk selalu
minum obat secara teratur agar penyakitnya terkontrol dan menjelaskan
kepada pasien apa yang akan terjadi jika obat tidak diminum
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang sekitar tentang
penyakit pasien sehingga tercipta dukungan sosial dalam lingkungan
yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan
PROGNOSIS

Prognosis buruk : usia muda, stressor tidak diketahui, duda


Prognosis baik : onset akut, gejala positif.
Quo ad vitam : Dubia
Quo ad functionam : Dubia
Tinjauan Pustaka
Skizofrenia
Tentamen Suicide
Skizofrenia
schizen phren
terpisah/
jiwa
pecah

skizofrenia pecahnya atau ketidakserasian antara


afeksi, kognitif dan perilaku

Skizofrenia paranoid subtipe yang paling umum


dan paling stabil, dimana waham dan halusinasi
auditorik jelas terlihat.
Sejarah
Benedict Morel (1809-1926), dmence prcoce untuk
pasien dengan penyakit yang dimulai pada masa remaja
yang mengalami perburukan.
Karl Ludwig Kahlbaum (1828-1899) menggambarkan
gejala katatonia
Ewold Hacker (1843-1909) menulis mengenai perilaku
aneh atau kacau (bizzzare) pada pasien dengan hebefrenia.
Emil Kraepelin (1856-1926) membagi skizofrenia dalam
beberapa jenis berdasarkan gejala utama pasien.
Eugen Bleuler (1857-1939) mengajukan istilah
skizofrenia, yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses berpikir,
perasaan, dan perbuatan.
*4 A Bleuler : asosiasi, afek, autisme dan
ambivalensi
Epidemiologi
DSM-IV-TR, insidensi tahunan skizofrenia antara 0,5-5,0/10.000
dengan beberapa variasi geografik
Menyerang <1% populasi, biasanya bermula <25 tahun,
berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua
kelas sosial.
Terjadi pada 15 - 20/100.000 individu per tahun, dengan risiko
morbiditas 0,85% (pria/wanita) dan kejadian puncak pada akhir
masa remaja atau awal dewasa.
Laki-laki memiliki onset skizofrenia yang lebih awal daripada wanita;
(Lk 15-25th, Pr 25-35th)
Pria cenderung mengalami hendaya akibat gejala negati
Wanita cenderung memiliki kemampuan fungsi sosial yang lebih
baik sebelum awitan penyakit.
Hasil akhir pasien skizofrenia wanita lebih baik dibandingkan
pria.
Etiologi
Faktor Neurobiologis
Faktor Genetika
Faktor Neuroanatomi Struktural
Faktor Neurokimia
Faktor Psikososial
Faktor Keluarga dan Lingkungan
Faktor Stressor
Manifestasi Klinis
ICD-10, gambaran klinis pada pasien skizofrenia paranoid
(F20.0) didominasi oleh adanya gejala-gejala paranoid, seperti:
Waham kejar (presecution)
Waham rujukan (reference)
Waham merasa dirinya tinggi/istimewa (exalted birth)
Waham perubahan tubuh
Waham cemburu
Suara-suara halusinasi yang bersifat mengancam atau
memerintahkan pasien
Halusinasi pendengaran non-verbal, seperti tertawa, bersiul, dan
bergumam
Halusinasi bentuk lainnya, seperti penghiduan, pengecapan,
penglihatan, sensasi somatik seksual atau sensasi somatik
lainnya
Patofisiologi

Gambar 1. Lima jalur dopamin pada otak.


Jalur Mesolimbik

Gambar 2. Jalur mesolimbik dopamin pada otak yang menyebabkan gejala positif.
Jalur Mesokortikal

Gambar 3. Jalur mesokortikal dopamin pada otak


Jalur Nigrostriatal

Gambar 4. Jalur nigrostriatal dopamin pada otak


Jalur Tuberoinfundibular

Gambar 5. Jalur tuberoinfundibular dopamin pada otak.


Hipotesis Dopamin

Gambar 8. Hipotesis dopamin pada skizofrenia.


Diagnosis
Berdasarkan DSM-IV, kriteria pasien skizofrenia, yaitu:
Berlangsung paling sedikit enam bulan
Penurunan fungsi yang cukup bermakna, yaitu
dalam bidang pekerjaan, hubungan interpersonal,
dan fungsi kehidupan pribadi
Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk
yang khas selama periode tersebut
Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan
skizoafektif, gangguan mood mayor, autisme, atau
gangguan organik.
Diagnosis
Berdasarkan PPDGJI-III, pedoman diagnostik skizofrenia paranoid (F20.0), yaitu :
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol
Diagnosis Banding
Gangguan skizofreniform
gejalanya sama dengan skizofrenia, namun
berlangsung sekurang-kurangnya 1 bulan,
tetapi kurang dari 6 bulan
akan kembali ke fungsi normal ketika
gangguan hilang
Gangguan skizoafektif
sindrom manik atau depresif terjadi
bersamaan dengan gejala utama skizofrenia
Tatalaksana
Non-farmakologis Farmakologis
Rawat Inap Obat anti-psikosis
Psikoterapi Dopamine Receptor
Sosioterapi Antagonist (DRA) atau
anti-psikosis generasi I
(APG-I)
Serotonin-dopamine
Antagonist (SDA) atau
anti-psikosis generasi
II (APG-II)
Dopamine Receptor Antagonist
Serotonin-dopamine Antagonist
Prognosis
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset lambat Onset muda
Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus
Onset akut Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual, dan Riwayat sosial, seksual, dan
pekerjaan pramorbid yang baik pekerjaan pramorbid yang buruk
Gejala gangguan mood (terutama Perilaku menarik diri, autistik
gangguan depresif)
Menikah dan telah berkeluarga Tidak menikah, bercerai, atau
janda/duda
Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofrenia
(tidak ada keluarga yang menderita
skizofrenia)
Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk untuk
(terutama dari keluarga) untuk kesembuhan pasien
kesembuhan pasien
Gejala positif Gejala negative
Jenis kelamin perempuan Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga tahun
Tentamen Suicide
Tentamen Suicidum
upaya yang dilakukan dengan tujuan menghabisi nyawa sendiri.

Gagasan Bunuh Diri


pikiran atau ide untuk menghabisi nyawa sendiri, biasanya terdapat pada
seseorang yang peka terhadap stresor, dapat terjadi pada segala usia, dan dapat
berlangsung untuk waktu yang lama tanpa suatu upaya bunuh diri

Perilaku Bunuh Diri


perilaku yang disengaja atau tidak, dapat membahayakan diri sendiri.
Epidemiologi

Usaha bunuh diri Berhasil bunuh diri


Pria : wanita Pria : wanita
1:3 3:1

Risiko Bunuh Diri


Tidak Menikah : Menikah
Risiko Bunuh Diri
>> pengangguran
2:1
Etiologi
Episode depresi: beberapa dari pasien menggunakan obat antidepresi merka untuk
membunuh diri. Obat SSRI baru aman dalam hal ini
Gangguan Kepribadian kepribadian paranoid dan kepribadian ambang (emosi tak
stabil).
Insomnia berat walaupun tanpa disertai depresi dapat meningkatkan resiko bunuh
diri.
Penggunaan alkohol dan obat-obatan sering juga merupakan perilaku bunuh diri
dalam jangka panjang maupun singkat bila digunakan secara berlebihan.
Skizofrenia disertai suasana perasaan yang depresif, gagasan bunuh diri, gangguan
proses pikir (waham), mutilasi diri.
Skizofrenia dengan halusinasi perintah yang memerintahkan untuk bunuh diri.
Individu dengan orientasi homoseksual mempunyai resiko bunuh diri terutama pada
remaja (dengan konflik identities), dan lanjut usia yang depresif dan/atau alkaholik.
Penyakit fisik yang mengancam kehidupan, seperti kanker, AIDS atau yang disertai
rasa nyeri yang berat dan kronis, atau yang menimbulkan kecacatan.
Gangguan Stres Pasca Trauma yang disertai rasa malu, putus asa, atau rasa berdosa
(misalnya akibat perkosaan, penganiayaan, penjarahan, penculikan dll).
Ada riwayat anggota keluarga yang bunuh diri.
Hidup seorang diri disertai rasa kesepian
Kematian pasangan hidup.
Problem ekonomi.
Faktor Risiko
Data Epidemiologik

Bercerai, janda > membujang > menikah


Umur lebih dari 45 tahun
Pria > wanita
Kulit putih > non kulit putih
Baru kehilangan (orang yang dicintai, kesehatan,
uang, dan pekerjaan)
Protestan > Katolik atau Yahudi
Musim semi, musim gugur > musim panas >
musim dingin.
Faktor Risiko
Data Historik

Riwayat keluarga dengan perilaku bunuh diri


Usaha atau perilaku bunuh diri sebelumnya

Keadaan Medis Penyerta

Keadaan sakit kronis atau terminal


Nyeri kronis
Insomnia berat, persisten
Hipokondriasis
Faktor Risiko
Keadaan Psikologik Terakhir

Kontrol impuls yang buruk


Pengujian realitas buruk
Psikosis Depresi

Perilaku Bunuh Diri


Cara dan metode letal
Maksud yang serius persisten
Keinginan dan catatan bunuh diri tertulis
Konteks resiko tinggi (tinggal sendiri, tidak ada
dukungan sosial)
Tatalaksana
Perbaiki keadaan umum
Terapi farmakologik tergantung diagnosa yang
mendasari percobaan bunuh diri
Gagasan bunuh diri pada pasien alkoholik
biasanya akan membaik dalam beberapa hari
abstinensi
Gagasan bunuh diri pada pasien skizofrenia harus
diperhatikan secara serius.
Rawat inap jangka panjang dianjurkan bagi
pasien dengan kecendrungan mutilasi diri
Tatalaksana
Penurunan Kesadaran
Lakukan pemeriksaan fisik diagnostik, khususnya terhadap
tanda-tanda vital
Bila perlu lakukan resusitasi jantung-paru (airway-breathing-
circulation)
Bila perlu rawat di ICU.
Atasi kondisi fisik akibat tindakan bunuh dirinya, seperti
pendarahan,keracunan, luka terbuka, patah tulang, trauma
kapitis.
Lakukan pemeriksaan penunjang yang perlu untuk membantu
penegakan diagnosis
Setelah kesadarannya compos mentis lakukan evaluasi
psikiatrik dengan sikap yang suportif, tidak menghakimi atau
menyalahkan, atau rujuk ke fasilitas psikiatrik.
Compos Mentis
Mengatasi gangguan fisik, bila ada.
Melakukan assessment perilaku bunuh diri pasien :
Bila serius rawat dengan pengawasan yang ketat atau
rujuk ke fasilitas psikiatrik
Bila bersifat dramatisisasi lakukan psikoterapi
individual atau realitionship therapyatau rujuk
Bila disertai depresi, beri terapi antidepresan dan/atau
rujuk
Bila diduga berkaitan dengan gangguan kepribadian,
rujuk ke fasilitas psikiatrik untuk evaluasi kepribadian
dan psikoterapi
Bila dilatar belakangi oleh skizofrenia dengan bunuh
diri atau depresi pasca skizofrenia perlu dirujuk ke
Analisis Kasus
Tn. T bin S, laki-laki, 28 tahun, datang ke poliklinik jiwa
RSUP Dr. Mohammad Hoesin dengan keluhan utama
sering mendengar bisikan-bisikan. Pasien ditemani oleh
pamannya Tn. H, wanita, 45 tahun yang membawa
pasien berobat karena pasien melakukan percobaan
bunuh diri dengan menggorok lehernya 2 minggu
yang lalu. Wawancara dan observasi dilakukan pada
Jumat, 12 Mei 2015 pukul 14.00 WIB di Klinik Jiwa RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pemeriksa dan
pasien berhadapan dengan posisi pasien duduk di kursi.
Pasien memakai kemeja biru dan celana panjang warna
hitam. Wawancara dilakukan dengan menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Palembang.
6 bulan yang lalu, os mengeluh sering mendengar bisikan-bisikan yang
mengomentari tentang diri os dan sering mengancam dan memerintah os.
Os merasa dirinya dikontrol dan dikuasai oleh bisikan-bisikan tersebut. Os
mengaku merasa banyak orang yang ingin mencelakai dan menjatuhkan
os. Os mengaku belajar ilmu untuk kekebalan tubuh agar tidak mempan
disayat, tidak mempan ditembak dan dicelakai. Os mengaku pernah
mengamuk-ngamuk tanpa alasan yang jelas. Os merasa kesulitan tidur
akibat bisikan-bisikan yang didengar os. Di rumah, os jarang bicara dan
tampak sering melamun. Os masih dapat makan dan minum dan
mengurus dirinya sendiri. 2 minggu yang lalu, os semakin sering
mendengar bisikan-bisikan yang mengancam dan menyuruh os untuk
bunuh diri. Os mengaku tanpa sadar menggorok lehernya sendiri dengan
pisau dapur. Os lalu ditolong oleh keluarga os dan dibawa ke RSUD Muara
Enim dan dirujuk ke RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Os dirawat
selama 9 hari. Os lalu rawat jalan ke Poliklinik RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang dan dikonsulkan ke Poli Jiwa.
Dari riwayat premorbid ditemukan pasien memiliki
kepribadian pendiam, suka menyendiri, tertutup,
curiga dan percaya takhayul. Dari autoanamnesis
diperoleh yakni kesadaran os kompos mentis,
perhatian os baik, ekspresi fasial echt, verbalisasi
jelas, dan kontak mata ada, daya ingat baik,
orientasi tempat, waktu, dan orang baik,
diskriminatif insight kurang, dan ada rasa curiga.

Pada status internus dan status neurologikus


semua dalam batas normal.
Pada status psikiatrikus pada keadaan umum didapatkan kesadaran
kompos mentis terganggu, perhatian adekuat, sikap kooperatif, inisiatif
ada, tingkah laku motorik normoaktif, ekspresi fasial bengong (tatapan
kosong), verbalisasi jelas, cara bicara lancar, ada kontak fisik, mata, dan
verbal. Pada keadaan khusus ditemukan afek tumpul, hidup emosi
eutimik, pengendalian terkendali, adekuat, echt, skala diferensiasi normal,
einfuhlung bisa dirabarasakan, arus emosi normal. Keadaan dan fungsi
intelek semua dalam batas normal. Ditemukan kelainan sensasi dan
persepsi berupa halusinasi akustik, os mendengar bisikan-bisikan yang
mengomentari os dan memerintah os. Keadaan proses berpikir mutu
proses berpikir kurang jelas dan kurang tajam dan terdapat hendaya
berbahasa berupa sirkumstansial dan terhambat. Pada isi pikiran
didapatkan kelainan berupa waham curiga, waham kejar, dan waham
kendali (delusion of control), bentuk pikiran didapatkan adanya illogical
thought, keadaan dorongan instinktual dan perbuatan tidak ada. RTA tidak
terganggu.
Berdasarkan uraian di atas pasien didiagnosis multiaksial
dengan Axis I: F.20.0 skizofrenia paranoid. Hal ini
didasarkan atas keluhan pasien berupa halusinasi
auditorik (akustik). Pasien sering mendengar bisiskan-
bisikan yang mengomentari dan menyuruh pasien untuk
mengorok leher. Pasien juga menunjukkan waham curiga,
waham kejar, dan waham kendali. Pasien merasa banyak
orang yang ingin mencelakai dan menjatuhkan pasien.
Pasien merasa pikirannya dikuasai atau dikendalikan oleh
suara-suara yang pasien dengar selama ini. Pada saat
diwawancarai, pasien menjawab pertanyaan dengan
berputar-putar tapi mencapai maksud perkataannya
(sirkumstansial) dan menjawab pertanyaan agak lama
dan berjeda (terhambat). Pada pasien ditemukan afek
tumpul.
Berdasarkan wawancara dan paparan tersebut, pasien telah
memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid yaitu:
memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia, yaitu
waham, halusinasi, bicara kacau (sirkumstansial dan
terhambat), dan gejala negatif (afek tumpul) yang terjadi
selama 6 bulan.
Preokupasi dengan waham atau halusinasi auditorik yang
menetap
Tidak ada hal berikut yang prominem: bicara kacau
(sirkumstansial dan terhambat), perilaku kacau atau
katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai
Keluhan pasien yang sudah terjadi selama 6
bulan dapat menyingkirkan diagnosis dari
skizofreniform yang berlangsung sekurang-
kurangnya 1 bulan dan kurang dari 6 bulan.
Gejala pasien berupa waham dan halusinasi
pada pasien lebih menonjol dibandingkan
gejala afektif sehingga menyingkirkan
diagnosis gangguan skizoafektif.
Pada aksis II, didiagnosis sebagaiZ.03.2. Tidak ada
diagnosis aksis II. Hal ini berdasarkan hanya
ditemukannya keluhan pasien berupa curiga tanpa
dasar yang cukup bahwa orang lain mau mencederai
pasien. Dengan demikian gangguan kepribadian
paranoid belum bisa ditegakkan.

Pada aksis III, pasien didiagnosis dengan laserasi laring


post repair. Pada kasus ini laserasi laring terjadi akibat
percobaan bunuh diri yang dilakukan pasien dengan
mengorok lehernya kurang lebih 2 minggu yang lalu.
Pasien ditatalaksana dengan prosedur bedah.
Aksis IV stresor tidak diketahui. Aksis IV
merupakan berbagai keadaan yang dapat
menjadi faktor penyebab seseorang mengalami
gangguan kejiwaan. Keadaan-keadaan tersebut
misalnya masalah pada keluarga, lingkungan
sosial, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, interaksi
dengan hukum/kriminal, dan psikososial atau
lingkungan lain. Pada kasus ini, pasien tidak
memiliki masalah yang dapat menyebakan pasien
mengalami keadaan tersebut.
Aksis V GAF Scale 70-61 (6 bulan yang lalu), GAF Scale
20-11 (2 minggu yang lalu), GAF Scale 60-51 (saat
diperiksa). Skala 70-61 pada 6 bulan yang lalu
menunjukkan keadaan dengan beberapa gejala ringan
dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, atau
secara umum masih baik. Pasien tergolong ke dalam GAF
70-61 karena gejala pada pasien baru muncul dapat
digolongkan ringan. Secara fungsional pasien
digolongkan mengalami disabilitas fungsi dengan derajat
ringan. Pasien masih bisa bekerja, melakukan aktivitas
sehari-hari sendiri dan berinteraksi sosial setidaknya
keluarga. Meski pasien masih sering merasa curiga
banyak orang yang ingin mencelakai dirinya, pasien
masih mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik.
Skala 20-11 pada 2 minggu yang lalu, menunjukkan
keadaan dengan bahaya mencederai diri/orang lain,
disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri. Pasien tergolong ke dalam GAF 20-11
karena pasien tanpa sadar mengorok lehernya sendiri
dengan pisau dapur. Pasien dirawat di RSUP dr. Moh.
Hussin Palembang.

Skala 60-51 pada saat diwawancara menunjukkan


keadaan dengan gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang. Pasien masih menunjukkan gejala positif
namun sudah berkurang. Pasien bisa kembali makan
dan minum sendiri, namun belum bisa kembali ke
pekerjaannya.
Terapi yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan
psikoterapi, sosioterapi dan farmakoterapi yaitu Clozapine tab
25 mg 1 x sore hari, Haloperidol tab 1,5 mg 2 x tab, dan
Triheksaphenidil tab 2 mg 2 x tab.
Pada prinsipnya penanganan pasien dengan gangguan psikiatri
dapat diatasi dengan psikoterapi. Psikoterapi pada skizofrenia
paranoid bertujuan untuk mengurangi penderitaan dan
ketidakmampuan serta secara tidak langsung mneghilangkan
gejala positif atau gejala negatif. Sosioterapi bertujuan untuk
membantu pasien agar dapat kembali berinteraksi dengan
lingkungan-sosial, dan lingkungan. Yang terpenting adalah
dukungan dari keluarga dan orang sekitar yang harus
mendapat penjelasan sehingga mengerti tentang penyakit
pasien untuk menciptakan dukungan sosial dalam lingkungan
yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.
Pada pasien ini diberikan obat antipsikotik tipikal dan atipikal. Pemberian
obat antipsikotik ini mempertimbangkan gejala psikotik yang dominan.
Pemberian obat antipsikotik tipikal generasi I(haloperidol) untuk
menghilangkan gejala positif (waham, halusinasi). Antipsikotik golongan
tipikal ini mempunyai afenitas tinggi dalam menghambat peningkatan
dopamin pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor
antagonist). Pemberian obat antipsikotik generasi I menimbulkan efek
samping berupa gejala ekstrapiramidal seperti distonia akut, akathisia,
sindrom parkinson (tremot, bradikinesia, dan rigiditas). Maka dari itu
penting diberikan obat antikolinergik yaitu triheksaphenidil sebagai
antidotum. Pemberian obat antipsikotk atipikal generasi II (clozapine)
bertujuan untuk menghilangkan gejala negatif berupa afek tumpul dan
proses pikir lambat). Antipsikotik atipikal ini berafinitas terhadap serotonin
5 HT2 receptors sehingga bisa menghilangkan gejala negatif.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai