idiopatik didapat ditandai dengan adanya makula putih yang meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung melanosit, misalnya rambut, mata (FKUI, 2007). Epidemiologi Insiden yang dilaporkan bervariasi antara
0,1 sampai 8,8%. Dapat mengenai semua
ras dan kelamin. Awitan terbanyak sebelum umur 20 tahun. Ada pengaruh faktor genetik. Pada penderita vitiligo, 5% akan mempunyai anak dengan vitiligo. Riwayat keluarga vitiligo bervariasi antara 20-40% (FKUI, 2007). Etiologi Penyebab tidak diketahui, biasanya didapat (akuisita) kendati dapat pula bersifat familial (autosom dominan). Kemungkinan kelainan ini memiliki dasar imunologi, neurokimia, krisis emosi dan trauma fisis (Kowalak, J.P. et al, 2011, hal 703) PATOGENESIS
@ Hipotesis autoimun : adanya
hubungan antara vitiligo dengan tiroiditis hashimoto, anemia pernisiosa, dan hipoparatiroid @ Hipotesis neurohumoral : melanosit terbentuk dari neuralcrest, maka diduga faktor neural berpengaruh @ Autositotoksik @ Pajanan terhadap kimiawi : Depigmentasi kulit dapat terjadi terhadap pajanan mono benzil eter hidrokinon dalam sarung tangan atau detergen yang mangandung fenol Manifestasi klinis :
@ Makula berwarna putih
@ Kadang-kadang terlihat makula hiopomelanotik selain makula epigmentasi. @ tepi lesi yang meninggi, eritema dan gatal, disebut inflamator. @Lesi bilateral dapat simetris atau asimetris. Bentuk vitiligo : @ Lokalisata : - fokal -segmental -mukosal @ Generalisata: -akrovasial -vulgaris -campuran Diagnosis :
1. Evaluasi klinis : anamnesis dan
gambaran klinis. 2. Pemeriksaan histopatologis : dengan pewarnaan hematoksilineosin tidak ditemukan melanosit 3. Pemeriksaan biokimia Pengobatan : 1. menggunakan kamuflase (cover mask) 2. menghindari sinar matahari 3. pengobatan sistemik : trimerilpsoralen atau metoksi- psoralen 4. kortikosteroid : inhibitor kalsineurin, takrolimus Konsep Asuhan Keperawatan Vitiligo
Identitas Pasien : nama,
umur, alamat, pekerjaan, Keluhan utama :bercak hipopigmentasi Riwayat penyakit sekarang didapatkan lesi macula yang hipomelanotik di daerah terbuka, misalnya muka, punggung tangan, macula melanosit pada daerah hiperpigmentasi, misalnya axial, inguinal, aerola dan genitalia, daerah yang sering terkena gesekan seperti : punggung tangan, kaki, siku lutut, tumit, juga banyak. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit keluarga : pada vitiligo 30-40% mempunyai riwayat keluarga Riwayat Psikososial Pemeriksaan Fisik B1(Brain) : tidak ada kelainan B2 (Blood) : tidak ada kelainan B3 (Brain) : ada uveitis (pada vitiligo), epitel pigmentasi pada retina B4 (Bladder) : tidak ada kelainan B5 (Bowel) : tidak ada kelainan B6 (Bone & integumen) : terdapat bercak putih biasanya pada daerah diatas jari, periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung, tibialis anterior, dan pergelangan tangan bagia fleksor Diagnosa keperawatan 1. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain. 2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan warna kulit. 3. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi (penyebab perjalanan penyakit) pencegahan, pengobatan dan perawatan kulit. Intervensi keperawatan
Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan
dengan penmapilan dan respon orang lain. Tujuan : individu mampu beradaptasi dengan kondisinya Kriteria hasil : -Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menrima keadaan diri -Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri -Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi -Menguatka kembali dukunganpositif dari diri sendiri -Mengutaran perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat -Tampak tidak memperhatikan kondisi -Menggunkan teknik penyembunyiak kekurangan dan menekankan teknik nuntuk meningkatkan penampilan. Intervensi : a. Kaji adanya gangguan konsep diri (menghindari kontak mata, ucapan merendahkan diri sendiri). R/ gangguan konsep diri menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi klien. B. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan R/ terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahamna klien terhadap kondisi kulitnya. C. Berikan kesempatan pengungkpan perasaan R/ klien membutuhkan pengalaman di dengarkan dan dipahami. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas d. Mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya R/ membrikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memuihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien. E. Dukung upaya klien untuk mmeperbaiki citra diri seperti merias, merapikan R/ mmembantu meningktakan penerimaan diri dan sosialisasi f. Mendorong sosialisasi dengan orang lain R/ Membantu meningktkan penerimaan diri dan sosialisasi