Anda di halaman 1dari 48

CLOSED FRAKTUR TIBIA FIBULA

SEPERTIGA DISTAL SINISTRA


DISUSUN OLEH :
Gwendry Ramadhany
1102010115

PEMBIMBING :
dr. Eka M, Sp.OT., SH., MKES., MHKES

KEPANITERAAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG
2014
IDENTITAS

Nama : An. F. F
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Cijambe, Subang
Tanggal masuk RS : 25 Agustus 2014
Ruang rawat : Ruangan Dahlia kamar 3
ANAMNESIS

(Autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 27 Agustus 2014)


Keluhan utama: Nyeri pada kaki kiri bila digerakkan.

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD Subang dengan keluhan nyeri pada kaki kiri bila digerakan kurang lebih 2 hari
SMRS. Orangtua pasien mengaku hal ini berawal setelah pasien tertimpa kanopi rumah. Menurut pasien kaki
kirinya terasa nyeri bila digerakkan, berkurang jika di istirahatkan, terdapat bengkak dan kelainan bentuk kaki
kiri jika dibandingkan dengan kaki kanan yang normal serta tidak terdapat luka pada kaki kirinya. Setelah
kejadian tersebut orangtua pasien membawa pasien ke klinik dokter, lalu dilakukan pembebatan serta
pemberian obat, dan langsung dirujuk ke RSUD Subang. Orangtua pasien menyangkal pasien diurut.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya
Alergi obat, diabetes melitus, dan asma disangkal

Riwayat penyakit keluarga


Alergi obat, diabetes melitus, hipertensi dan asma disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Vital sign : TD : 110/60 mmHg
HR : 96 x/menit
RR : 28 x/ menit
Suhu : 36,8 C
Status Gizi : Gizi baik

Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Conjunctiva anemis -/-, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks pupil +/+ normal
Leher: Trakea ditengah, Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor : Bunyi jantung normal regular, tidak ada bunyi tambahan
Pulmo : Pergerakan hemitoraks dalam keadaan statis dan dinamis simetris kanan dan kiri, terdengar bunyi
vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Tampak datar simetris, teraba supel , NT/NL -/- ; hepar dan lien tidak teraba besar, tympani pada
seluruh kuadran abdomen, bising usus (+)

Ekstremitas atas : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-


Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema -/+, sianosis -/-
STATUS LOKALIS
a/r cruris sinistra

Look :
Deformitas (+), terlihat perbedaan panjang kaki kiri dengan kaki kanan yang sehat
Edema (+)
Luka (-)

Feel :
Teraba hangat didaerah yang dikeluhkan daripada daerah sekitarnya
Nyeri tekan (+)
Krepitasi (+)
Arteri dorsalis pedis sinistra teraba
Sensibilitas baik
CRT baik

Move : Range of movement terbatas


Fleksi : Nyeri dan terbatas
Ekstensi : Nyeri dan terbatas
Aktif : Terbatas
Pasif : Nyeri dan terbatas
DIAGNOSIS KLINIS

Suspect closed fraktur cruris sinistra


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kesan : closed fraktur


tibia fibula sepertiga
distal sinistra
DIAGNOSIS KERJA
Closed fraktur tibia fibula sepertiga distal sinistra

RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan darah rutin
Persiapan operasi : Ro thorak
PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa
Pemasangan bidai melewati 2 sendi dan di istirahatkan
Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang penyakit
yang diderita pasien serta perawatan pasca operasi.

Medikamentosa
Analgesik : Ketorolac tab 2 x 0.5 mg/KgBB

Operatif
Reduksi terbuka dan fiksasi interna : ORIF
PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang
rawan pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat dimana
pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan
lebih besar daripada orang dewasa, yaitu :

Biomekanik tulang
Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang- lubang dan
sangat mudah dipotong oleh karena kanalis Haversian menduduki
sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang anak-anak
dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi tulang
dibandingkan orang dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak
dan mudah mengalami tegangan dan tekanan sehingga tidak
dapat menahan kompresi.
Biomekanik lempeng pertumbuhan
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang
melekat pada metafisis yang bagian luarnya diliputi oleh
periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus
mamilaris. Untuk memisahkan metafisis dan epifisis
diperlukan kekuatan yang besar.Tulang rawan lempeng
epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.

Biomekanik periosteum
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak
mudah mengalami robekan dibandingkan orang dewasa.
Karakteristik Struktur dan Fungsi Tulang Anak:
Remodelling
Melakukan remodelisasi jauh lebih baik daripada dewasa, mempunyai kemampuan biological
plasticity sehingga dapat terjadi gambaran fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai pada
dewasa, seperti pada fraktur buckle (torus) dan greenstick.

Ligamen
Tensile strength (kekuatan tegangan) pada ligamen anak-anak dan dewasa secara umum sama.

Periosteum
Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa dense, yang pada anak-anak secara
signifikan lebih tebal daripada dewasa. Kraktur tidak cenderung untuk mengalami displace seperti
pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat berguna sebagai bantuan dalam reduksi fraktur dan
maintenance.

Growth Plate
Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antar epifisis (pusat penulangan
sekunder) dan metafisis. Bagian ini juga menjadi satu titik kelemahan dari semua struktur tulang
terhadap trauma mekanik.
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang
lebih besar dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-
anak mempunyai perbedaan fisiologi, yaitu:
Pertumbuhan berlebihan (over growth)
Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada
pertumbuhan panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami
hiperemi pada waktu penyambungan.

Deformitas yang progresif


Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau
angulasi.

Fraktur total
Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya
sangat fleksibel dibandingkan orang dewasa.
DEFINISI FRAKTUR

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang
utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang
ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman dan Nurna, 2009; 26).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang


dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Sjamsuhidayat, 2005; 840).

Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak
mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wongg,
2004 ; 625).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Brunner dan Suddarth, 2002: 2357).
Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas
dari tulang, sering di ikuti
oleh kerusakan jaringan
lunak dengan berbagai
macam derajat, mengenai
pembuluh darah, otot, dan
persarafan.
KLASIFIKASI
Price (1995) Sjamsuhidayat Doenges (2000) Reeves (2001) Smeltzer
(1995) (2002)

Transversal Tertutup Incomplete Tertutup Komplit


Oblik Terbuka Complete Terbuka Tidak komplit
Spiral Fisura Tertutup Komplit Tertutup
Segmental Serong Sederhana Terbuka Retak tak komplit Terbuka
Impaksi Lintang Sederhana patologis Oblik Greenstick
Patologik Kominutif Spiral Transversal
Greenstick Segmental Transversal Oblik
Avulsi Dahan hijau Segmental Spiral
Sendi Kompresi kominutif Kominutif
Beban lainnya Impaksi Depresi
Impresi Kompresi
patologis Patologik
Avulsi
Epifiseal
impaksi
KLASIFIKASI KLINIS FRAKTUR

Fraktur tertutup (simple fracture) adalah


suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)
adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada
kulit dan jaringan lunak
Fraktur komplikasi (comlplicated fracture)
adalah fraktur dengan komplikasi adalah fraktur
yang disertai dengan komplikasi
(malunion,delayed union,non union & infeksi
tulang)
KLASIFIKASI FRAKTUR TERBUKA (Gustillo)

Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo


Tipe I lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm

Tipe II panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak
yang luas.

Tipe IIIa luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari
10 cm dan mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai
kemungkinan komplikasi. contohnya: luka tembak.

Tipe IIIb luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat

Tipe IIIc fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan


penanganan
terhadap vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat
normal kembali.
KLASIFIKASI ETIOLOGI FRAKTUR

Trauma terjadi secara tiba


tiba Fraktur Traumatik

Trauma terjadi terus menerus


pada suatu tempat tertentu Fraktur Stress

Fraktur Patologis
Terjadi karena Kelemahan
tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis pada tulang
ETIOLOGI FRAKTUR

Trauma
Langsung
Trauma yang terjadi langsung pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan tersebut, umunya bersifat komunitif
dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

Tidak langsung
Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur, misalnya pada jatuh dengan tangan ekstensi
dapat menyebabkan fraktur klavikula (membran interoseus).
Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh
TIPE TIPE FRAKTUR

1. Fraktur transversal
Suatu fraktur komplit yang garis patahnya
tegak lurus terhadap sumbu tulang.
2. Fraktur oblik
Fraktur komplit yang melalui korteks
secara diagonal.
3. Fraktur spiral
Bila garis patah terdapat mengelilingi
sepanjang korteks.
5. Fraktur komunitif
Garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
f. Fraktur segmental
Garis patah lebih dari satu, tetapi tidak
berhubungan
LOKALISASI FRAKTUR
LOKALISASI FRAKTUR TIBIA
KLASIFIKASI FRAKTUR DIAFISIS TIBIA

Klasifikasi menurut OTA (Orthopaedic


Trauma Association) :

1. Tipe Simple : spiral, oblik, transversal


2. Tipe Wedge : spiral, bending, fragmen
3. Tipe Kompleks : spiral,segmental,irregular
KLASIFIKASI FRAKTUR DIAFISIS TIBIA
SIMPLE WEDGE SPIRAL
GAMBARAN KLINIS FRAKTUR TIBIA

Sindroma
kompartement
1. Pain
Bengkak nyeri deformitas 2. Pallor
3. Paralysis
4. Parasthesia
5. pulseness
PENATALAKSANAAN

Non
Operatif
Operatif

Reduksi INDIKASI

Immobilisasi
ABSOLUT RELATIF

1. Pemendekan
1. Fraktur terbuka
Pemeriksaan 2. Fraktur tibia+fibula intak
2. Cedera vaskular
3. Fraktur tibia dan fibula
dalam Proses 3. Fraktur dengan sindroma
dengan level yang sama
Penyembuhan kompartemen
4. Cedera Multiple
PENATALAKSANAAN
NON OPERATIF
1. Reduksi
Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara
mengantungkan kaki dengan tarikan atau
traksi.

2. Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai
dapat dirubah dengan gips, dalam 7-10 hari,
atau dibiarkan selama 3-4 minggu.

3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan


Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi
dengan pemeriksaan rontgen tiap 6 atau 8
minggu. Program penyembuhan dengan
latihan berjalan, rehabilitasi ankle,
memperkuat otot kuadrisef yang nantinya
diharapkan dapat mengembalikan ke fungsi
normal.
PENATALAKSANAAN

Operatif
Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:

a. Absolut
- Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan operasi dalam
penyembuhan dan perawatan lukanya.
- Cedera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki jalannya darah di
tungkai
- Fraktur dengan sindroma kompartemen
Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien, juga
mengurangi nyeri.

b. Relatif , jika adanya:


- Pemendekan
- Fraktur tibia dengan fibula intak
- Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama
PENANGANAN OPERASI

1. Intermedullary Nailing
2. ORIF (open Reduction with internal fixation)
3. Fiksasi internal standar
4. Ring Fixator
PENATALAKSANAAN FRAKTUR PADA ANAK

Closed treatment : Mayoritas fraktur pada anak


Ditangani dengan reduksi tertutup dan pembalutan
dengan gips atau traksi. Gips sebaiknya digunakan
pada fraktur yang telah berhasil direduksi. Status
sirkulasi dan neurologis distal dari fraktur harus
diperiksa secara reguler.
Open treatment:
Beberapa indikasi untuk penatalaksanaan operasi pada anak meliputi :
Fraktur displaced epifisis
Fraktur displaced intrartikuler
Fraktur tidak stabil
Multiple fraktur
Fraktur terbuka
Fraktur femur pada remaja
Fraktur leher femur
Fraktur dengan luka bakar
Closed treatment yang gagal atau tidak stabil
Closed treatmen dengan kemungkinan kegagalan yang tinggi
Fraktur patologis
Cidera neurovaskuler
Tipe-tipe fiksasi
open reduction and internal fixsation (ORIF)
closed reduction dan internal fixsation (CRIF) atas indikasi:
1. Fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan yang masif
2. Memberikan fiksasi yang instan dalam kasus politrauma
3. Penatalaksanaan fraktur dengan defisiensi simpanan tulang
atau infeksi

Evaluasi
Menunjukkan perawatan yang rutin pada anak dengan traksi
Menunjukkan adanya sirkulasi, integritas kulit terjaga, fungsi neurologi
normal, dan tidak terjadi infeksi
Observasi aktifitas yang bisa dilakukan anak
PROSES PENYEMBUHAN
Penyembuhan tulang terbagi menjadi 5, yaitu :
Fase Hematoma
Pembuluh darah di sekitar tulang yang mengalami
fraktur robek, akibatnya, tulang disekitar fraktur akan
kekurangan nutrisi dan akhirnya mati sekitar 1-2 mm.
Fase Proliferasi Sel
Pada 8 jam pertama fraktur merupakan masa reaksi
inflamasi akut dengan proliferasi sel di bawah
periosteum dan masuk ke dalam kanalis medulla.
Bekuan hematom diserap secara perlahan dan kapiler
baru mulai terbentuk.
Fase Pembentukan Kalus
Sel yang berproliferasi bersifat kondrogenik dan
osteogenik. Sel-sel ini akan membentuk tulang dan juga
kartilago. Selain itu sel yang berproliferasi tersebut juga
membentuk osteoklas yang memakan tulang-tulang yang
mati.

Massa seluler yang tebal tersebut dan garam-garam


mineralnya terutam kalsium membentuk suatu tulang
imatur yang disebut woven bone. Woven bone ini
merupakan tanda pada radiologik bahwa telah terjadi
proses penyembuhan fraktur
Fase Konsolidasi

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara


perlahan-lahan akan membentuk jaringan tulang yang
lebih kuat oleh aktivitas osteoblas.
Fase Remodeling

Jika proses penyatuan tulang sudah lengkap, maka tulang


yang baru akan membentuk bagian yang menyerupai dengan
bulbus yang meliputi tulang tanpa kanalis medularis. Pada
fase ini resorbsi secara osteoklastik tetap terjadi dan tetap
terjadi osteoblastik pada tulang.
PROGNOSIS

Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis


alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang, tidak
peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan
tulang tersebut.

Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar


patahan tulang, yang disebabkan oleh terputusnya
pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut
dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase
jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada
akhirnya fase konsolidasi.(18)
Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan

1. Pergelangan tangan 3-4 minggu 7. Kaki 3-4 minggu

2. Fibula 4-6 minggu 8. Metatarsal 5-6 minggu

3. Tibia 4-6 minggu 9. Metakarpal 3-4 minggu

4. Pergelangan kaki 5-8 minggu 10. Hairline 2-4 minggu

5. Tulang rusuk 4-5 minggu 11. Jari tangan 2-3 minggu

6. Jones fracture 3-5 minggu 12. Jari kaki 2-4 minggu

Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung


pada lokasi fraktur dan umur pasien.

Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu),


lansia (> 8 minggu).
KOMPLIKASI

Malunion
Nonunion
Infeksi
kerusakan jaringan lunak
Compartment syndrome
DAFTAR PUSTAKA

Apley. A Graham, louis Solomon.Buku Ajar Orthopedi dan fraktur sistem


Alpley. Penerbit widya medika. Jakarta
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Injuries of the forearm and wrist. In:
(Solomon L, Warwick D, Nayagam S. eds.) Apleys System of Orthopaedics and
Fractures. Ninth Edition.UK: Hodder Arnold.2010
Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif
Watampone. Jakarta. 2009.
Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.2005
Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Ekstermitas
Superior: Lengan Bawah. EGC: Jakarta. 2006. Hal: 467
Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai