Anda di halaman 1dari 13

Trauma Trakeobronkial

Trauma Trakeobronkial
• Cedera traumatis pada trakea atau bronkus
dari tingkat cricoid cartilage ke divisi bronkus
lobar menjadi cabang segmental.
• Cedera trauma trakeobronkial termasuk yang
melibatkan jalur pernapasan antara cricoid
cartilage dan kanan dan kiri batang utama
bifurkasi bronkial.
Etiologi
• Blunt trauma yang disebabkan oleh crushing,
acceleration, deceleration, atau jatuh dari ketinggian.
• Cedera inhalasi yang disebabkan oleh asap, gas
berbahaya atau chemical inhalasi.
• Penetrasi luka tusukan atau tembakan.
• Cedera iatrogenik yang disebabkan oleh intubasi
endotrakeal dengan tabung regular atau double lumen,
bronkoskopi, long term ventilary support, atau
barotrauma, cedera laser, atau cedera selama operasi
yang berdekatan atau berhubungan.
Davies dan Hopkins membagi cidera bronkial
menjadi 2 tipe :
• Tipe I  Cedera pada jalan nafas terbuka langsung
ke rongga pleura, menghasilkan pneumotoraks masif,
yang mungkin refraktor terhadap chest tube
drainage.
• Tipe II  Cedera saluran napas menghasilkan
hubungan sedikit dengan rongga pleural dan ditutup
oleh mediastinum.
Insidensi
• Insidensi pada cedera trakeobronkial sulit di
tetapkan karena beberapa pasien dengan
blunt trauma yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor meninggal
sebelum mencapai rumah sakit.
• Trauma penetrasi secara keseluruhan memiliki
insidensi tertinggi, terutama terjadi karena
cedera trakeobronkial mengikuti cedera pada
daerah servikal (3-6%).
Riwayat dan Pemeriksaan
• Diagnosis awal dimulai dari riwayat terjadinya trauma,
seperti cedera sudden declaration yang berhubungan
dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari
kendaraan, atau dari ketinggian.
• Batuk, stridor, dispnea, hemoptisis, empisema
subkutaneus dan perubahan suara  berhubungan
dengan cedera trakea.
• Dyspnea dan hemoptysis  indikasi diagnosis awal
bronkoskopi.
• Pada kasus trauma termal yang melibatkan nares
external  berhubungan dengan material karbon pada
rongga hidung atau saluran pernapasan.
Pemeriksaan Laboratorium
• PaO2 pada arteri secara signifikan lebih rendah
saat masuk dibandingkan dengan pasien lain
dengan trauma dada  Jumlah PaO2
berhubungan dengan tingkat hiperventilasi &
luas kerusakan ventilasi.
• Hemoglobin & hematokrit secara frekuensi
menurun  akibat dari cedera terkait yang
menghasilkan perdarahan intraabdomen atau
intratoraks
Pemeriksaan Radiologi
• Chest Radiographs  film anteroposterior
atas merupakan pemeriksaan diagnostik yang
penting pada blunt chest trauma.
Yang paling sering ditemukan  Empisema subkutan,
pneumotoraks, pneumomediastinum, dan efusi pleural.
• Computed Tomography  hubungan anatomi
trakea dan batang utama bronkus, tanda-
tanda ruptur, follow up jangka panjang
perbaikan bronkial, adanya granuloma atau
penyempitan.
Kontras Endoscopy

• Bronchography
• Esophagogram
• Angiography
Penatalaksanaan
• Evaluasi awal dari pasien trauma  Resusitasi
ABCs (sesuai dengan ATLS Guidelines),
membuat dan mempertahankan pernapasan
yang adekuat.
• Pada pasien blunt trauma  curigai adanya
gejala dyspnea, hemoptysis, dan empisema
subkutan.
• Trauma saluran pernapasan major  terapi
bedah
Penatalaksanaan
Prinsip Operatif
• Debridement yang adekuat  Debridement bervariasi
berdasarkan pada lokasi & mekanisme cedera.
• Perbaikan mucosa to mucosa
• Beberapa tipe lapisan untuk anastomosis saluran pernapasan.

Post Operatif
• Vigorous tracheobronchial toilet
• Pencegahan infeksi
• Kontrol rasa sakit
• Ventilasi efektif dan oksigenasi
Komplikasi
• Mayoritas komplikasi disebabkan oleh
keterlambatan diagnosis, cedera iatrogenik,
dan kegagalan mengenali cedera yang terkait.
• Cedera bronkial lebih sering terlewatkan dan
dapat menyebabkan infeksi paru-paru,
perluasan kembali paru yang tidak lengkap,
atau penyempitan trakeobronkial
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai