Gejala
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella
pneumonia adalah napas cepat dan napas sesak,
karena paru meradang secara mendadak.
Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan
sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2
bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali
permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai
kurang dari 5 tahun.
Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau
(juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau
penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam
(severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun.
Gejala yang lain, yaitu apabila pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara napas
bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih dari
10.000 atau kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan
respon imun rendah, gejala pneumonia tidak
khas, yaitu berupa gejala non pernafasan
seperti pusing, perburukan dari penyakit yang
sudah ada sebelumnya dan pingsan.
Biasanya frekuensi napas bertambah cepat
dan jarang ditemukan demam.
Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat
diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik
yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin,
carbenicillin, amoxicilline, dll.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella
pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5%
terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 92% terhadap ampisilin.
Gambaran Epidemiologi
Bakteri Klebsiella terdapat di mana-mana.
Koloninya bisa ditemukan di kulit, kerongkongan,
ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini
juga bisa ada pada luka steril dan air kencing
(urin).
Sebenarnya, bakteri golongan ini mungkin saja
ada sebagai flora alami penghuni usus besar
dan kecil.
Adapun pergerakan bakteri ini ke organ lain
dikaitkan dengan lemahnya daya tahan
penderita dan dapat menyebabkan penyakit
bronchitis.
Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan
Klebsiella oxytoca beserta penyakitnya
tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain
halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis.
Bakteri penyebab penyakit rhinoschleroma
ini tidak ada di Amerika Serikat. Ia hanya
ada di Eropa timur, Asia selatan, Afrika
tengah, dan Amerika latin.
Hal ini terjadi karena bakteri Klebsiella
pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak
terdapat di negara-negara miskin yang
mempunyai lingkungan jelek.
Gejala
Diare dan mengalami demam ringan.
Secara umum, kematian kasus (case-fatality
rate) berkisar antara 40-80 % pada bayi baru
lahir yang mendapat diagnosis infeksi berat
karena penyakit ini.
Infeksi otak yang disebabkan karena E.
sakazakii dapat mengakibatkan infark atau
abses otak (kerusakan otak) dengan
bentukan kista, gangguan persarafan yang
berat dan gejala sisa gangguan
perkembangan.
Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau
anak di antaranya adalah diare, kembung,
muntah, demam tinggi, bayi tampak
kuning, kesadaran menurun (malas
minum, tidak menangis), mendadak biru,
sesak hingga kejang.
Bayi prematur, berat badan lahir rendah
(kurang dari 2.500 gram) dan penderita
dengan gangguan kekebalan tubuh adalah
individu yang paling berisiko untuk
mengalami infeksi ini.
Meskipun juga jarang bakteri patogen
ini dapat mengakibatkan bakterimeia
dan osteomielitis (infeksi tulang) pada
penderita dewasa.
Pada penelitian terakhir didapatkan
kemampuan 12 jenis strain E.
sakazakii untuk bertahan hidup pada
suhu 58 derajat celsius dalam
pemanasan rehidrasi susu formula.
Pencegahan
Enterobacter sakazakii dalam susu
formula akan mati pada suhu di atas
60C.
Pengobatan
Bila terjadi infeksi saluran urine,
obatnya
trimethoprimsulfametoksasol. Obat
itu digunakan dalam bentuk
kombinasi karena sifatsinergisnya.