Anda di halaman 1dari 22

BAKTERI Klebsiella

Herlina, SKM, M.Kes

PRODI D IV ANALIS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
Klasifikasi
Kingdom: Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Orde : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus: Klebsiella
Species: K. pneumonia
Morfologi, ciri / karaktristik
Bentuk batang, Gram negatif
Ukuran 0,5 1,5 x 1 2
Mempunyai selubung yang lebarnya 2 3 x ukuran
kuman
Tidak berspora, tidak berflagela
Menguraikan laktosa
Membentuk kapsul baik invivo atau invitro,
sehingga koloni berlendir (mukoid)
Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat
menutupi antigen O, berdasarkan antigen ini
ditemukan 70 tipe.
Klebsiella pneumonia
Kuman ini mempunyai sifat sama dengan
E. coli, terdapat di air, tanah, sampah dan
lain sebagainya.
Dibedakan pada tes IMVic
E. coli : ++--
Klebsiella aerogenes : --++
Sifat-Sifat Bakteri
Klebsiella pneumonia dapat
memfermentasikan laktosa.
Pada test dengan indol, Klebsiella
pneumonia akan menunjukkan hasil negatif.
Klebsiella pneumonia dapat mereduksi
nitrat. dan banyak ditemukan di mulut, kulit,
dan saluran usus, namun habitat alami dari
Klebsiella pneumonia adalah di tanah.
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan
pneumonia.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella
pneumonia dapat berupa pneumonia
komuniti atau community acquired
pnuemonia.
Pneumonia komuniti adalah pneumonia
yang di dapatkan dari masyarakat.
Strain baru dari Klebsiella pneumonia
dapat menyebabkan pneumonia
nosokomial atau hospitality acquired
pneumonia, yang berarti penyakit
peumonia tersebut di dapatkan saat
pasien berada di rumah sakit atau tempat
pelayanan kesehatan.
Klebsiella pneumonia umumnya
menyerang orang dengan kekebalan tubuh
lemah, seperti alkoholis, orang dengan
penyakit diabetes dan orang dengan
penyakit kronik paru-paru.
Perjalanan Bakteri
Masuk dalam tubuh per oral, infeksi pada
saluran urine biasanya setelah kateterisasi
Pada pasien usila atau pasien dengan
respon imun rendah, pneumonia tidak
khas, yaitu berupa gejala non pernafasan
seperti pusing, perburukan dari penyakit
yang sudah ada sebelumnya dan pingsan.
Biasanya frekuensi napas bertambah cepat
dan jarang ditemukan demam.
Patogenitas
Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan
organisme terhadap fagositosis dan pembunuhan oleh
serum normal.
Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang
tidak berkapsul (pada hewan coba)
Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada
infeksi oportunistik
Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi
enterotoksin (pernah diisolasi dari penderita tropical
sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT
(heat-labile enterotoksin) dari E.coli,kemampuan
memproduksi toksin ini diperantarai oleh plasmid
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan
penyakit karena mempunyai dua tipe
antigen pada permukaan selnya:
Antigen O
Antigen O adalah lipopolisakarida yang
terdapat dalam sembilan varietas.
Antigen K
Antigen K adalah polisakarida yang
dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari
80 varietas.
Kedua antigen ini meningkatkan
patogenitas Klebsiella pneumonia.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu
memproduksi enzim ESBL (Extended
Spektrum Beta Lactamase) yang dapat
melumpuhkan kerja berbagai jenis
antibiotik.
Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal
dan menjadi sulit dilumpuhkan.
Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella
pneumonia pada pasien rawat inap dapat
melalui 3 cara, yaitu :
Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang
mengandung koloni kuman patogen.
Penyebaran kuman secara hematogen ke
paru
Penyebaran melalui udara oleh aerosol
atau droplet yang mengandung mikroba.

Gejala
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella
pneumonia adalah napas cepat dan napas sesak,
karena paru meradang secara mendadak.
Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan
sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2
bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali
permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai
kurang dari 5 tahun.
Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau
(juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau
penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam
(severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun.
Gejala yang lain, yaitu apabila pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara napas
bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih dari
10.000 atau kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan
respon imun rendah, gejala pneumonia tidak
khas, yaitu berupa gejala non pernafasan
seperti pusing, perburukan dari penyakit yang
sudah ada sebelumnya dan pingsan.
Biasanya frekuensi napas bertambah cepat
dan jarang ditemukan demam.
Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat
diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik
yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin,
carbenicillin, amoxicilline, dll.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella
pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5%
terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 92% terhadap ampisilin.
Gambaran Epidemiologi
Bakteri Klebsiella terdapat di mana-mana.
Koloninya bisa ditemukan di kulit, kerongkongan,
ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini
juga bisa ada pada luka steril dan air kencing
(urin).
Sebenarnya, bakteri golongan ini mungkin saja
ada sebagai flora alami penghuni usus besar
dan kecil.
Adapun pergerakan bakteri ini ke organ lain
dikaitkan dengan lemahnya daya tahan
penderita dan dapat menyebabkan penyakit
bronchitis.
Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan
Klebsiella oxytoca beserta penyakitnya
tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain
halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis.
Bakteri penyebab penyakit rhinoschleroma
ini tidak ada di Amerika Serikat. Ia hanya
ada di Eropa timur, Asia selatan, Afrika
tengah, dan Amerika latin.
Hal ini terjadi karena bakteri Klebsiella
pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak
terdapat di negara-negara miskin yang
mempunyai lingkungan jelek.
Gejala
Diare dan mengalami demam ringan.
Secara umum, kematian kasus (case-fatality
rate) berkisar antara 40-80 % pada bayi baru
lahir yang mendapat diagnosis infeksi berat
karena penyakit ini.
Infeksi otak yang disebabkan karena E.
sakazakii dapat mengakibatkan infark atau
abses otak (kerusakan otak) dengan
bentukan kista, gangguan persarafan yang
berat dan gejala sisa gangguan
perkembangan.
Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau
anak di antaranya adalah diare, kembung,
muntah, demam tinggi, bayi tampak
kuning, kesadaran menurun (malas
minum, tidak menangis), mendadak biru,
sesak hingga kejang.
Bayi prematur, berat badan lahir rendah
(kurang dari 2.500 gram) dan penderita
dengan gangguan kekebalan tubuh adalah
individu yang paling berisiko untuk
mengalami infeksi ini.
Meskipun juga jarang bakteri patogen
ini dapat mengakibatkan bakterimeia
dan osteomielitis (infeksi tulang) pada
penderita dewasa.
Pada penelitian terakhir didapatkan
kemampuan 12 jenis strain E.
sakazakii untuk bertahan hidup pada
suhu 58 derajat celsius dalam
pemanasan rehidrasi susu formula.
Pencegahan
Enterobacter sakazakii dalam susu
formula akan mati pada suhu di atas
60C.

Pengobatan
Bila terjadi infeksi saluran urine,
obatnya
trimethoprimsulfametoksasol. Obat
itu digunakan dalam bentuk
kombinasi karena sifatsinergisnya.

Anda mungkin juga menyukai