Anda di halaman 1dari 15

Aspek Hukum,

Medikolegal dan
Prosedur Merujuk
Pasien Bertatus
Tahanan
Yono Suhendro
102013002
Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara-Jakarta Barat-Indonesia
yonosuhendro@gmail.com
Skenario 4
Seorang laki-laki, pasien lama anda, datang ke tempat praktek anda. Ia menyapa dengan baik
seperti biasanya, dan kemudian meminta tolong kepada Anda untuk melakukan sesuatu. Kakak
kandungnya saat ini sedang diperiksa oleh kejaksaan karena diduga telah melakukan tindak pidana
korupsi, dengan status tahanan. Ia sebenarnya menderita penyakit jantung yang telah lama
dideritanya, penyakit lever dan, penyakit lutut kanannya (osteochondritis genu) sehingga ia
mengalamai hambatan dalam berjalan. Pasien lama Anda tersebut menunjukkan kepada Anda data-
data medik kakaknya. Pasien lama Anda terseut mendengar bahwa di Jepang terdapat seorang
profesor ortopedi yang sangat mahir dalam menangani penyakit lututnya. Oleh karena itu ia
meminta kepada Anda untuk dapat membuatkan surat pengantar ke profesor di Jepang tersebut.
Istilah yang Tidak Diketahui
-
Rumusan Masalah
Seorang laki-laki meminta surat
rujukan ke Jepang untuk kakaknya
yang berstatus tahanan.
Mind Map
Hipotesis
Surat rujukan obat tidak dapat diberikan
kepada laki-laki tersebut.
Aspek Hukum dan Medikolegal
UU No. 36 tahun 2012 bab V menyebutkan mengenai
pembukaan rahasia kedokteran.
UU Kesehatan nomor 36 tahun 2011, pasal 150 (1)
pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan penegakan hukum
(visum et repertum psychiatricum) hanya dapat dilakukan oleh
dokter spesialis kedokteran jiwa pada fasilitas pelayanan
kesehatan. (2) Penetapan status kecakapan hukum seseorang
yang diduga mengalami gangguan kesehatan jiwa dilakukan oleh
tim dokter yang mempunyai keahlian dan kompetensi sesuai
dengan standar profesi
Pasal 21 ayat (1) KUHAP adalah unsur perlunya penahanan
dilakukan atau disebut juga syarat subjektif. Syarat subjektif
diletakkan pada keadaan yang menimbulkan adanya kekhawatiran
tersangka atau terdakwa melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti atau mengulangi tindak pidana.
Surat Rujukan Berobat untuk
Tahanan
Mengingat Pasal 33 Undang-undang No.5 I Tahun 1991 tentang Kejaksaan RI, dan untuk
mengantisipasi hal-hal diatas, dengan ini diberikan petunjuk sebagai berikut :
1.Ijin berobat ke luar negeri hanya dapat diberikan terhadap kondisi-kondisi dan jenis
penyakit tertentu yang belum dapat diobati di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia
2.Ijin berobat ke luar negeri bagi tersangka/terdakwa hanya dapat diberikan oleh Jaksa
Agung RI setelah memenuhi syarat-syarat tertentu.
3.Ijin berobat ke luar negeri harus diajukan oleh tersangka/terdakwa atau keluarganya
setelah mendapatkan rekomendasi dari dokter sepesialis penyakit yang bersangkutan,
dan dilengkapi surat keterangan resmi dari Rumah sakit Pemerintah yang ditunjuk untuk
dapat memberikan rujukan guna berobat ke luar negeri (Rumah Sakit Umum Pusat Cipto
MangunKusumo Jakarta) dengan penjelasan bahwa rumah sakit di Indonesia belum
dapat memberikan pelayanan medis / pengobatan terhadap penyakit yang diderita oleh
tersangka/terdakwa
4. Ijin berobat ke luar negeri diajukan kepada Jaksa Agung RI, melalui jalur berjenjang
(Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi, Jaksa Agung Muda yang bersangkutan)
dengan menjelaskan nama dan alamat lengkap rumah sakit di luar negeri yang akan
merawat tersangka/terdakwa agar sewaktu-waktu dapat dihubungi.
5. Harus ada jaminan dari tersangka/terdakwa dan keluarganya bahwa
tersangka/terdakwa yang bersangkutan akan segera kembali ke Indonesia setelah
rumah sakit yang bersangkutan memberikan keterangan bahwa tersangka/terdakwa
dapat dirawat kembali di Indonesia.
6. Kejaksaan yang menangani perkara tersangka/terdakwa yang berobat ke luar negeri
wajib memantau dan meminta perkembangan hasil pengobatan tersangka/terdakwa
dari rumah sakit di luar negeri yang bersangkutan, sekurang kurangnya I (satu ) bulan
sekali, dan meminta penjelasan masih perlu atau tidaknya tersangka/terdakwa
dirawat di rumah sakit tersebut. Laporan hasil pemantauan dikirim setiap bulan
kepada Jaksa Agung RI., tembusan kepada Jaksa Agung Muda Intelijen dan Jaksa
Agung Muda yang bersangkutan.
Fitness to Stand Trial
seseorang (terperiksa) akan diajukan ke
sidang pengadilan, terlebih dulu harus
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.Apakah sidang dapat dilaksanakan
(applicable)?
2.Apakah sidang tidak berbahaya
(harmful) bagi terperiksa?
3.Apakah sidang bermanfaat (beneficial)?
Fitness to be Detained
Kelayakan seseorang untuk ditahan atau suatu ukuran
kemampuan seseorang secara medis untuk menjalani
penahanan. Pemeriksaan kelayakan pada kasus ini dapat
diperiksa oleh dokter kejaksaan atau dokter forensic baik
melalui permintaan kejaksaan maupun penasihat hukum
kondisi kesehatannya layak untuk penahanan, maka
tersangka akan ditahan di tempat tahanan yang disiapkan,
bila kondisi kesehatan tersangka tidak memungkinkan
untuk penahanan, maka tersangka akan dirawat di rumah
sakit dengan pengawasan dari pihak kepolisian dan atau
kejaksaan.
Pemeriksaan
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkursi
Auskultasi
Pemeriksaan Penunjang
1. Jantung: darah lengkap, enzim jantung, EKG
2. Liver: tes fungsi hati, USG
3. Osteochondritis genu: laboratorium darah, radiologi
Interpretasi
Seseorang dapat ditahan dengan melakukan
pemeriksaan kelayakan oleh dokter kejaksaan atau
oleh dokter kedokteran forensik baik melalui
permintaan perjaksaan maupun penasihat hukum
tersangka. Para dokter penilai ini akan menilai kondisi
kesehatan fisik dan mental tersangka, bila secara
medis kondisi kesehatan layak untuk penahanan,
maka tersangka akan ditahan di tempat tahanan yang
disiapkan, bila kondisi kesehatan tersangka tidak
memungkinkan untuk penahanan, maka tersangka
akan dirawat di rumah sakit dengan pengawasan dari
pihak kepolisian dan atau kejaksaan.
Pada kasus ini dokter tidak memberikan surat keterangan
dokter atau dalam hal ini surat pengantar berobat ke
Jepang. Hal ini dia tidak lakukan karena menurutnya tidak
sesuai dengan Kode Etik Profesi Kedokteran di Indonesia,
dimana dokter tidak boleh boleh memberikan surat
keterangan dokter tanpa melakukan pemeriksaan medis
terlebih dahulu. Jika dia melakukan hal tersebut dan ada
pihak ketiga yang dirugikan maka dokter dan orang yang
menggunakan surat keterangan tersebut bisa dikenakan
sanksi pidana.
Kesimpulan
Dokter tidak memberikan surat pengantar
berobat untuk kakak pasien yang tertuduh
sebagai tindak pidana korupsi karena
melanggar Kode Etik Profesi Kedokteran
Indonesia yang dimana dokter tidak boleh
memberikan surat keterangan dokter
tanpa melakukan pemeriksaan medis
terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai