IAI AL-KHOZINY BUDURAN SIDOARJO 2016 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Dalam kenyataannya, pendidikan telah mampu membawa manusia ke arah kehidupan yang lebih beradab. Pendidikan juga merupakan investasi yang paling utama bagi bangsa, apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang. Pembangunannya hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Lembaga pendidikan yang menerapkan manajemen mutakhir bisa dikatakan merupakan lembaga pendidikan modern. Begitu pula jika suatu lembaga atau institusi pendidikan dikatakan maju apabila mempunyai fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan yang memadai berkaitan dengan proses pendidikan ataupun akademik, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, yang berkaitan langsung dengan proses pendidikan, seperti gedung, kelas, media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak berkaitan langsung, seperti halaman sekolah, kebun, taman, dan jalan menuju sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan dan pendayagunaan dan pengelolaannya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Rumusan masalah 1. Apakah pengertian fasilitas pendidikan? 2. Bagaimana problematika fasilitas pendidikan? Pengertian Fasilitas Pendidikan Dalam khazanah peristilahan pendidikan sering disebut-sebut istilah sarana dan prasarana pendidikan. Kerap kali istilah itu digabung begitu saja menjadi sarana-prasarana pendidikan. Dalam bahasa Inggris sarana dan prasarana itu disebut dengan facility (facilities). Jadi, sarana dan prasarana pendidikan akan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi (memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Sarana pendidikan adalah segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang Problematika Fasilitas Pendidikan di Indonesia Salah satu penyebab terjadinya permasalahan sarana dan prasarana di Indonesia yaitu pemerataan pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan. Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini. Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Permasalahan sarana dan prasarana ini sering dijumpai pada daerah daerah yang terpencil atau pedalaman ,seperti pedalaman kalimantan. Dampak yang Timbul Dari Permasalahan Sarana dan Prasarana Sekolah Dengan keterbatasan sarana dan prasarana tersebut dapat dikatakan bahwa lembaga pendidikan kurang memfasilitasi bakat dan minat siswa dalam mengembangkan diri. Akibat tidak tersedianya fasilitas tersebut para pelajar mengalokasikan kelebihan energinya tersebut untuk hal-hal yang negatif, misalnya tawuran antar pelajar, kelompok- kelompok kriminal yang umumnya meresahkan masyarakat. Setidaknya ada dua dampak dari kurangnya sarana dan prasaranan pendidikan yaitu: 1. Rendahnya Mutu Output Pendidikan 2. Kenakalan Remaja dan Perilaku yang Menyimpang Solusi dari Permasalahan sarana dan prasarana yang Terbatas A. Konsep Pokok Teori Gestalt banyak bertentangan dengan teori Sigmund Freud. Jika Psikoanalisa memandang manusia secara mekanistik, maka Frederick memandang manusia secara holistic. Freud memandang manusia selalu dikuasai oleh konflik (intrapsychic conflict) awal masa anak-anak yang ditekan, maka Perls memandang manusia pada situasi saat ini. Sehingga Gestalt lebih menekankan pada pada apa yang dialami oleh klien saat ini daripada hal-hal yang pernah dialami oleh klien, dengan kata lain, Gestalt lebih memusatkan pada bagaimana klien berperilaku, berpikiran dan Teori Terapi Gestalt B. Proses Konseling Garis garis besar terapi Gestlat sebagai berikut: 1. Fase pertama: membentuk pola pertemuan terapeutik 2. Fase kedua: melaksanakan pengawasan 3. Fase ketiga : klien didorong untuk mengatakan perasaan- perasaannya 4. Fase terakhir : klien harus memiliki ciri-ciri yang menunjukan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. Teori Rational Emotive Therapy (RET) A. Konsep Pokok Konsep dasar teori ini adalah bahwa pola berpikir manusia itu sangat dipengaruhi oleh emosi, demikian pula sebaliknya. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan atau sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang instrinsik. Sedangkan pikiran pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu pikiran seseorang. (Surya, 1988) Teori Rational Emotive Therapy (RET) B. Proses Konseling Aktif - direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya. Kognitif - eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional. Emotif - ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien. Kondisional, artinya bahwa hubungan dalam terapi rasional-emotif dilakukan dengan membuat kondisi-kondisi tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling Teori Konseling Behavioristik A. Konsep Pokok Teori ini dikembangkan oleh Arnold Lazarus (lahir 1932). Behaviour Therapy and Beyond merupakan salah satu buku dari buku-buku awal Lazarus yang membicarakan terapi behavioral- kognitif, yang secara berturut-turut menjadi pendekatannya yang sistematis dan komprehensif dengan sebutan multidimensional therapy Teori Konseling Behavioristik B. Proses Konseling Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980,190), konseling behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Konselor berperan membantu dalam proses belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien dapat mengubah perilakunya serta memecahkan masalahnya. Sedangkan pemahaman diperlukan pada saat membentuk pengalaman belajar. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN KONSELING 1. Pendekatan Psikoanalitik 2. Pendekatan Eksistensial-Humanistik 3. Pendekatan Client-Centered 4. Pendekatan Gestalt 5. Pendekatan Analisis Transaksional 6. Pendekatan Tingkah Laku 7. Pendekatan Rasional Emotif 8. Pendekatan Realitas Pendekatan Psikoanalitik Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman- pengalaman dini. Motif dan Konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Adapun perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi. Pendekatan Eksistensial- Humanistik Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, ketika sendirian dan ketika berada dalam hubungan dengan oranglain, keterhinggan dan kematian dan kecendrungan untuk mengaktualkan diri. Pendekatan Gestalt Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwah manusia memiliki suatu kecendrungan ke arah berfungsi penuh. dalam konteks hubungan konseling, klien mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan bergerak kearah peningkatan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan. Pendekatan Analisis Transaksional Manusia terdorongke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan serta tingkah laku. Pandangannya antideterministik dalam arti individu dipandang memiliki kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan Pendekatan Client-Centered Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan ulang.meskipun manusia dapat menjadi korban dari putusan-putusan dini dan skenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran. Pendekatan Tingkah Laku Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya Pandangan Determistik, dalam arti, tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian. Pendekatan Rasional Emotif Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecendrungan-kecendrungan kearah berpikir curang. mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif tingkahlaku tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganalisis, melakukan, dan memutuskan ulang. modelnya adalah didaktif direktif, tetapi dilihat sebagai reduksi. Pendekatan Realitas Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik. Menurut Prof. Dedi Supriadi (2004:213),berdasarkan agendanya, bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok(group). bimbingan dan konselingbyang dilakukan secara individual disebut "bibingan individu", sedangkan bimbingan dan konseling yang dilakukan secara berkelompok disebut "bimbingan TERIMA KASIH KELOMPOK I M. CHOIRUL KURNIAWAN DOSEN PEMBINA 2011791101941 DOSEN PEMBINA : MUSHODDAQ, PUJI WALUYO M.Pd.I 2011791101963 PUTRA BAGUS SETIAWAN 2011791101934 MUHAMMAD SAAT 2011791101930 M. NASRULLOH AS SAFA 2011791101935 SALIKIN 2013791102876 NOER EKA RIZQI AHMADI 2011791101956