Anda di halaman 1dari 17

KANKER PROSTAT

Kelompok 6
1. Henny E. Tasya Kalla
2. Qomariah A. Ruminsir
3. Yoel Woraid
Devinisi

Kanker prostat merupakan kanker yang berkembang pada


kelenjar prostat yang terdapat pada sistem reproduksi laki-
laki. Faktor utama adalah usia. Kanker prostat berkembang
lebih sering pada usia di atas 50 tahun dan jarang dijumpai
pada umur kurang dari 40 tahun, tetapi menjadi lebih
sering seiring dengan bertambahnya usia. Kanker prostat
dapat berakibat nyeri, susah buang air kecil, problem saat
mengadakan hubungan seks, disfungsi ereksi, dan gejala lain
lain.
Prevalensi

Di Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di tiga RS


pusat pendidikan (Jakarta, Solo dan Bandung) selama 8
tahun terakhir adalah 1.102 pasien dengan rata-rata usia 67
tahun. Stadium penyakit tersering saat datang berobat
adalah stadium lanjut sebesar 59,3% kasus, dan terapi
primer yang terbanyak dipilih adalah orkhiektomi sebesar
31,1 %, obat hormonal 182 (18%), prostatektomi radikal 89
(9%), radioterapi 63 (6%), sisanya adalah pemantauan aktif,
kemoterapi dan kombinasi. Modalitas diagnostik yang
digunakan terutama biopsi 57.9%.

Patofisiologi
Prostat normal terdiri dari sel sekretori asinar yang berubah
ketika diinvasi oleh kanker. Tipe sel patologi utama adalah
adenokarsinoma (lebih dari 95% kasus).
Kanker prostat dapat dibagi berdasarkan tingkatan. Tumor
yang berdiferensiasi dengan baik tumbuh secara perlahan,
sedangkan tumor yang berdiferensiasi dengan tidak baik
tumbuh cepat dan memiliki prognosis yang tidak baik.
Penyebaran metastatik dapat muncul melalui perluasan
local, pengosongan limfatik, atau diseminasi hematogen.
Metastase rangka dari penyebaran jauh. Paru-paru, hati, otak,
dan kelenjar adrenal merupakan tempat paling umum dari
keterlibatan viseral, namun organ-organ ini biasanya tidak
terlibat pada tahap awal.
Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, meskipun beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan
kadar hormon testosteron. Kanker prostat merupakan penyebab kematian
akibat kanker no 2 pada pria.

Kanker prostat dikelompokkan menjadi :


Stadium A : benjolan/tumor tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik,
biasanya ditemukan secara tidak sengaja setelah pembedahan prostat
karena penyakit lain.
Stadium B : tumor terbatas pada prostat dan biasanya ditemukan pada
pemeriksaan fisik atau tes PSA.
Stadium C : tumor telah menyebar ke luar dari kapsul prostat, tetapi belum
sampai menyebar ke kelenjar getah bening.
Stadium D : kanker telah menyebar (metastase) ke kelenjar getah bening
regional maupun bagian tubuh lainnya (misalnya tulang dan paru-paru).
Faktor Resiko

1. Usia Lanjut
2. Hormon Testoteron
3. Ras
4. Riwayat keluarga
5. Pola makan
6. Virus
Tanda dan Gejala
Kanker prostat pada stadium dini sering tidak
memberikan gejala apapun. Penyakit awalnya
berkembang lambat, akan tetapi pada tahap yang lebih
lanjut akan muncul gejala seperti:

1. Sering kencing terutama malam hari


2. Sulit memulai kencing
3. Tidak bisa kencing
4. Aliran kencing lemah atau tersendat-sendat
5. Nyeri atau panas saat kencing
6. Gangguan ereksi
7. Nyeri saat ejakulasi
8. Terdapat darah dalam urine
9. Nyeri atau kaku di punggung bawah, panggul atau
paha atas
Diagnosis

Diagnosis kanker prostat sering melibatkan kombinasi dari


tiga tes:
1. Pemeriksaan colok dubur: Sebagai dari pemeriksaan fisik
dokter memasukkan jari yang dilumasi ke dalam rektum
(dubur) dan terasa ke arah depan tubuh Anda.
2. Prostat spesifik antigen (PSA) tes darah: mengukur tes
darah PSA tingkat protein yang ditemukan dalam darah yang
diproduksi oleh kelenjar prostat. Tes PSA dapat
menunjukkan kemungkinan peningkatan kanker prostat.
3. Biopsi Prostat: Biopsi mengacu pada prosedur yang
melibatkan mengambil sampel dari jaringan dalam tubuh.
Terapi Non-farmakologi dan Farmakologi

Non-Farmakologi

1. Menjaga berat badan


2. Olahraga
3. Mengonsumsi makanan yang bergizi tinggi
4. Mengonsumsi makanan/minuman yang
berasal dari biji-bijian
5. Memperbanyak konsumsi makanan yang
bervitamn C tinggi
6. Mengurangi makanan yang berlemak
Terapi Farmakologi

1. FINASTERID
Interaksi Obat : Uji lab, kadar serum PSA menurun kira-
kira pada 50% pasien dengan hiperplasi jinak prostatik
yang di tangani dengan finasterid.

2. LEUPROLID ASETAT
Interaksi Obat : Uji lab, karena leuprolid menekan sistem
pituitary gonadal, uji diagnostic fungsi pituitari
gonadotropik dan gonadal ketika penangganan dan hingga
12 minggu setelah pemberhentikan depot leuprolid atau
implant dapat menyesatkaan.
3.GOSERELIN ASETAT
Uji lab, administrasi goserelin pada dosis terapeutik
menyebabkan suspensi pada sistem pitutari gonadal.
Karena suspensi ini, tes diagnostic fungsi pituitary-
gonadotropik dan gonadal yang dilakukan ketika
penangganan dan hingga permulaan menstruasi dapat
menunjukkan hasil yang menyesatkan. Fungsi normal
biasanya kembali dalam 12 minggu setelah penangganan
dihentikan.

4.FLUTAMID
Warfarin : peningkatan waktu protrombin telah diketahui
pada pasien yang menerima terapi warfrin jangka panjang
setelah flutamide. Oleh karena itu pemantauan waktu
protrombin secara ketat direkomendasikan dan
penyesuaian dosis antikoagulan mungkin diperlukan
ketika flutamid diberikan bersama warfarin.
5.BIKALUTAMID
Interaksi Obat : Antikoagulan, bikalutamid in vitro dapat menggantikan
antikoagulan kumarin (seperti warfarin), dari tempat pengikatan protein
mereka. Direkomendasikan jika bikalutamid dimulai pada pasien yang sudah
menerima antikoagulan kumarin, pemantauan waktu protrombin secara ketat
dan penyesuaian dosis antikoagulan diperlukan.
6. NILUTAMID

In vitro nilutamid telah menunjukkan inhibisi aktivitas isoenzim


sitokrom hati dan dapat menurunkan metabolisme senyawa
yang membutuhkan sistem ini. Obat dengan batasan terapeutik
yang rendah, seperti antagonis vitamin K, fenitoin dan teofilin
dapat memiliki eliminasi yang ditunda dan meningkatkan waktu
paruh serum mereka sehingga mengarah ke kadar toksik. Dosis
obat-obatan ini atau lainnya dengan metabolisme yang mirip
mungkin dibutuhkan untuk dimodofikasi jika mereka
diadministrasikan secara bersamaan dengan nilutamid. Sebagai
contoh ketika antagonis vitamin K diadministrasikan secara
bersamaan dengan nilutamid, secara seksama pantau waktu
protrombin dan jika diperlukan mengurangi dosis antagonis
vitamin K.
7. AMINOGLUTETIMID
- Antikoagulan : Efek antikoagulan dapat menurun.
- Deksametason : Kemungkinan kehilangan supresi adrenal
yang dinduksi deksametason. Jika kortikostreroid
dibutuhkan, gantikan dengan hidrokortison.
- Digitoksi : Bersihan digitoksin dapat meningkat.
- Medroksiprogesteron : kadar serum medroksiprogesteron
dapat menurun.
- Teofilin : Kerja teofilin dapat menurun.
8. ASAM ZOLEDRONAT
9. STRONTIUM
10. PREDNISON
11. SAMARIUM LEKSIDRONAM
Kemoterapi, potensi toksisitas aditif sumsum tulang
dari samarium dengan kemoterapi atau radiasi
external beam belum pernah dipelajari. Jangan
memberikan samarium bersamaan dengan
kemoterapi atau terapi radiasi external beam
kecuali manfaat melebihi resiko. Jangan memberikan
samarium setelah salah satu penanganan tersebut
hingga terdapat waktu yang cukup untuk pemulihan
sumsum tulang.
12. DOSETAKSEL
In vitro telah menunjukkan bahwa metabolisme
dosetaksel mengkin dapt dirubah oleh pemberian
bersamaan dengan senyawa yang menginduksi, menhibisi
atau metabolisme oleh sitokrom seperti, siklosporin,
ketokonazol, eritromisin, dan troleandomisin. Hati-hati
penggunaan obat-obatan tersebut ketika menangani
pasien yang diberi dosetaksel karena terdapat potensi
intraksi yang signifikan. Berdasarkan temuan in vitro,
tampaknya nhibitor atau substrat dapat mengarah pada
peningkatan substansial dari konsentrasi darah
dosetaksel.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai