Anda di halaman 1dari 27

ABDOMINAL TUBERCULOSIS : A DIAGNOSTIC

DILEMMA

OLEH :
Haryono Citra

PEMBIMBING :
Dr. Erina Outry Siregar, Sp. B(K)BD
PENDAHULUAN
Tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa kronis yang
disebabkan oleh bakteri aerobik mycobacterium Tuberculosis

Masih menjadi masalah diseluruh dunia walaupun


penemuan organisme penyebab sudah diketahui

Tuberkulosis paru merupakan bentuk paling umum,


tetapi setiap dari bagian tubuh dapat terlibat
dengan penyakit ini
Tuberkulosis abdominal kurang umum di negara barat, tetapi
merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang

Tuberkulosis abdominal merupakan enam dari tuberkulosis


ekstra paru yang paling umum

Mycobacterium dapat mencapai


Hematogen
saluran pencernaan melalui Menelan dahak
Perkontinuitatum
Gambaran klinis Tuberkulosis abdominal tidak
sepsifik dan samar

Tempat predileksi tuberkulosis abdominal


adalah regio ileosekal

Tuberkulosis abdominal mempunyai 3 bentuk


morfologi :
Hipertropic
Ulceratif
Kombinasi Ulcero-hipertopic
Komplikasi tuberkulosis abdominal :
Obstruksi
Perforasi
Untuk mendiagnosa tuberkulosis abdominal di
rangkaian sumber daya yang terbatas selain dari
anamnesa, gambaran klinis, dan pemeriksaan
penunjang, Pentingnya pemeriksaan Histopatologi
dari jaringan biopsi dapat membantu menegakkan
diagnosa dan manajemen awal
Dan dalam penelitian ini juga bertujuan untuk :
Mengevaluasi variasi klinis, gambaran radiologis,
temuan mikrobiologi dan untuk menentukan
peran pemeriksaan histopatologi dalam
menegakkan diagnosa tuberkulosis abdomen
dalam sumber daya yang terbatas atau kurang
dan menganalisis kepatuhan dan respon
terhadap terapi anti tuberkulosis
Bahan Dan Metode
Semua kasus yang didiagnosa tuberculosis
abdominal, termasuk saluran pencernaan,
peritoneum, kelenjar getah bening mesenterika,
atau organ solid lainnya yang terdapat dalam
abdomen yang diambil
Informasi rincian pasien diambil dalam bentuk :
Data demografi
Rincian klinis
Hasil laboratorium
Hasil pengobatan
Pewarnaan Ziehl-Neelsen
Diagnosis tuberculosis abdominal dibuat pada semua
kasus yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

Pewarnaan asam cepat positif untuk


M.Tuberculosis di spesimen asites/biopsi.
Identifikasi caseating granulomas dari
pemeriksaan histopatologi dari spesimen
eksisi/reseksi abdomen.
Respon terhadap pengobatan anti
tubercolosis
Hasil
Total 48 pasien didiagnosis sebagai kasus
tuberkulosis abdominal dengan didominasi oleh
28 laki-laki dan 20 perempuan (laki-
laki:perempuan = (1.4:1)
S. No. Kelompok Jumlah Kasus (laki-laki + Perempuan %
Umur
1 0-20 9 (4 Laki-laki + 5 Perempuan ) 19

2 21-40 27 (16 Laki-laki + 11 Perempuan) 56

3 41-60 12 (8 Laki-laki + 4 Perempuan) 25

Total 48 (28 Laki-laki + 20 Perempuan) 100

(Tabel/Fig-1). Distribus Kasus Bedasarkan Umur


Prsentasi Klinis Jumlah Kasus %
Nyeri Perut 48 100
Anoreksia 47 98
Demam 42 88
Obstruksi Usus 42 88
Perforasi 31 65
Asites 19 40
Mual dan Muntah 12 25
(Tabel/Fig-2). Presentasi klinis Dari Pasien
Laboratorium
Temuan laboratorium mengungkapkan peningkatan
LED pada 34 pasien dan anemia pada 22 pasien
Tes kulit mantoux dilakukan pada 31 kasus dan hanya
ditemukan positif pada 9 kausus
Dalam 19 kasus dimana cairan asites yang tersedia
dianalisis lebih lanjut dengan Acid Fast Stain and
mycobacterium culture. Cairan asites adalah eksudat di
semua kasus dan hanya pada 8 kasus menunjukkan AFB
positif
Pada kultur, pertumbuhan bakteri tuberkulosis hanya
terlihat pada 2 kasus dengan media Lowenstein Jensen.
Radiologi
Semua pasien yang dilakukan pemeriksaan
foto radiologis polos dada dan 10 kasus
memiliki temuan gambaran radilogis yang
abnormal termasuk lesi kavitas, efusi pleura,
dan limfadenopati.
Pemeriksaan Patologi
Pemeriksaan patologi dilakukan pada 45 pasien dan
reseksi usus yang merupakan prosedur bedah umum
yang dilakukan dalam kasus tuberkulosis abdomen
diikuti biopsi kelenjar getah bening dan biopsi usus,
Tubercular enteritis dijumpai 39 kasus dengan
keterlibatan yang paling umum pada regio ileosekal.
Perforasi dijumpai pada 31 kasus dari total 39 kasus
tubercular enteritis dan paling umum dijumpai di ileum
Hasil Mikroskopis Jaringan

Hasil mikroskopis dari semua 45 kasus


mengungkapkan temuan karakteristik patologi
konsisten dengan tuberculosis termasuk inflamsi
granulomatous (n=45), sel Giant Langhans
(n=38), Caseous Necrosis (n=22), dan AFB
positif (n=5). Tidak ada satu pun dari kasus yang
menunjukkan pewarnaan PAS positif.
Hasil Pengobatan
Pengobatan anti tuberculosis dimulai pada
semua 48 kasus. Semua kasus memberikan
respon yang baik kecuali satu kasus yang
berkembang menjadi osteomyelitis di
pergelangan kaki selama pengobatan.
DISKUSI
Tuberkulosis abdomen dapat mengenai semua
umur. Studi yang dilakukan Sharma MP et al,
pasien yang paling sering tekena adalah antara
usia 21-45 tahun. Dalam studi ini juga
menunjukkan angka kasus yang paling besar
(n=27) dikelompok usia ini (56%).
Studi ini menunjukkan dominasi laki-laki lebih
banyak dari pada perempuan dan sam dengan
hasil studi yang dilakukan oleh Rajput MJ et al.
Manifestasi klinis tubekulosis abdominal cukup
beragam. Serupa dengan laporan sebelumnya
nyeri perut (100%) merupakan presentasi klinis
palin umum dalam studi serta diikuti oleh
anoreksia (98%). Dalam sebuah studi yang
dilakukan oleh Sharma MP et al, demam tercatat
setengah dari pasien sementara di studi ini lebih
tinggi 88% dari kasus menunjukkan demam.
Dalam studi ini ditemukan kelainan foto polos
dada sebanyak 10 kasus. Arif et al dan Rajput MJ
et al mengobservasi tuberkulosis paru yang
sudah ada sebelumnya di 20% dan 33.95% pada
masing-masing pasien.
Dalam studi ini ditemukan tempat yang paling
sering terlibat adalah regio ileosekal dari kasus
tuberkulosis abdominal dan striktur
merupakan manfestasi umum yang dijumpai.
Temuan ini sesuai dengan literatur
sebelumnya.
Pada studi ini dapat juga didiagnosa melalui
pemeriksaan histopatologi pada sebagian besar
kasus (93%).
Kesimpulan
Karena presentasi klinis tuberkulosis
abdominal yang tidak spesifik dan samar-
samar dan kriteria diagnosa yang terbatas,
maka diagnosis harus didukung oleh
pemeriksaan tambahan dan dengan analisa
retrospektif dengan mengacu pada klinis,
penyakit yang medasari dan temuan X-ray.
Kami juga menekankan pentingnya
pemeriksaan histopatologi dalam menegakkan
diagnosis dalam seumber daya yang terbatas.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai