Anda di halaman 1dari 40

NYERI PUNGGUNG BAWAH

Muh. Saadillah
Siti Hardiyanti
Eka Saraswati
Haryanto Kendek Tuling
Oey Robby W
Warren lie
Nur Fadilah

Pembimbing:
dr. Yose Waluyo Sp.KFR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
Pasien dikonsul dari Departemen Neurologi dengan nyeri
punggung bawah

Identitas pasien (20 Oktober 2016)


Nama : Tn. Si
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 79 tahun
Alamat : Perintis kemerdekaan 16, lr 4 No. 8
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Keluhan utama : Nyeri punggung bawah

Anamnesis
Nyeri punggung bawah sejak 6 bulan yang lalu
Nyeri bertambah berat 2 minggu terakhir
Nyeri bertambah berat saat beraktivitas dan perubahan
posisi dari duduk ke berdiri serta mereda saat istirahat
Nyeri tidak menjalar, sifat nyeri seperti tertusuk-tusuk
Tidak ada riwayat trauma sebelumnya
VAS 5/10
Tidak pernah berobat untuk keluhan nyeri punggungnya
Pasien juga merasa pusing berputar sejak 1 bulan lalu,
pusing dipengaruhi perubahan posisi. Sebelumnya ada
riwayat kecelakaan jatuh dari motor.
Riwayat sosiokonomi : pasien bekerja sebagai
petani, tetapi semenjak nyeri tulang
belakangnya muncul, pasien tidak bekerja lagi.

Riwayat penyakit sebelumnya


Trauma : jatuh dari motor
DM : tidak ada
Hipertensi : tidak ada
Pemeriksaan Fisis

STATUS GENERAL
Kompos mentis, ambulasi independent, gaya
jalan normal.
IMT : 25.47 kg/m2
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 150/ 80 mmhg
- Nadi : 80 kali/menit
- Suhu : 370C
- Pernapasan : 20 kali/ menit
Kepala : Telinga (tampak perforasi sekret minimal)
hidung dan tenggorokan kesan normal
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
bening
Thorax :
Cor : iktus kordis tidak terlihat dan teraba, bunyi
murni reguler tidak ada murmur
Pulmo : tidak terdapat massa dan nyeri tekan, bunyi
napas vesikuler tidak ada bunyi napas
tambahan
Abdomen : Liver/Spleen : tidak terdapat
pembesaran
Ektremitas : Ekstremitas atas : Normal
Ekstremitas bawah : Normal
Badan :
Inspeksi : tidak terdapat udem, deformitas,
dan atrofi.
Palpasi : nyeri tekan pada regio lumbal L1-L5
(VAS 5/10)
nyeri tekan pada regio
lumbal L1-L5
(VAS 5/10)
Pemeriksaan Neurologi
Refleks fisiologis : BPR ++/++ KPR ++/++
TPR ++/++ APR ++/++
Refleks patologis : Babinski (-), Chaddock (-),
Hoffman-Tromner (-)
Sensory deficit : (-)
Test Lasegue dan Lasegue silang (-), test Patrick
dan kontra Patrick (-)
Hallpike manuver (+)
Pemeriksaan Radiologi

X-ray Lumbal :
Spondilosis lumbalis
osteofit lateral dan
anterior CV L1-L5 dan
Osteoporosis senilis
Diagnosis
Nyeri punggung bawah et causa spondilosis
lumbalis

Diagnosis Fungsional:
Impairment : Nyeri punggung bawah
Disability : - ADL terganggu (transfer)
Sulit mengubah posisi dari duduk ke berdiri
Handicap : tidak dapat bekerja
Daftar masalah
Medical : - Nyeri tulang belakang
Overweight
Spondilosis lumbalis
Vertigo
Rencana penatalaksanaan rehabilitasi medik
R2 (ADL-transport) : memperbaiki posisi
P. Dx : -
P. Tx : - analgetik
orthostis : korset lumbal
P. Mx : Microwave diathermy dan TENS et
regioparalumbal
P. Ex : strengthening exercise at trunk ekstensor and
abdominal muscle, gantle stretching baretriy exercise
at knee to chest, aerobic exercise (static cycle
modification)
DEFINISI

Spondilosis lumbalis
merupakan perubahan
degeneratif yang
menyerang vertebra lumbal
atau diskus intervertebralis,
sehingga menyebabkan
nyeri lokal dan kekakuan,
atau dapat menimbulkan
gejala-gejala spinal cord
lumbal, cauda equina atau
kompresi akar saraf
lumbosacral
ETIOLOGI
Beberapa penelitian pada osteoarthritis Degenerasi diskus juga berkaitan dengan
telah menjelaskan bahwa proses penuaan aktivitas-aktivitas tertentu. Penelitian
merupakan faktor resiko yang sangat kuat retrospektif menunjukkan bahwa insiden
untuk degenerasi tulang khususnya pada trauma pada lumbar, indeks massa tubuh,
tulang vertebra. Suatu penelitian otopsi beban pada lumbal setiap hari (twisting,
menunjukkan bahwa spondylitis mengangkat, membungkuk, postur jelek
deformans atau spondylosis meningkat yang terus menerus), dan vibrasi seluruh
secara linear sekitar 0% - 72% antara usia tubuh (seperti berkendaraan), semuanya
39 70 tahun. Begitu pula, degenerasi merupakan faktor yang dapat
diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 meningkatkan kemungkinan spondylosis
tahun dan sekitar 98% pada usia 70 tahun dan keparahan spondylosis.

FAKTOR USIA
STRESS

Faktor genetik mungkin mempengaruhi formasi Penelitian Humzah and Soames


osteofit dan degenerasi diskus. Penelitian Spector and menjelaskan bahwa perubahan
MacGregor menjelaskan bahwa 50% variabilitas yang degenerative pada diskus berkaitan
ditemukan pada osteoarthritis berkaitan dengan dengan beban mekanikal dan kinematik
faktor herediter. Kedua penelitian tersebut telah vertebra. Osteofit mungkin terbentuk
mengevaluasi progresi dari perubahan degeneratif dalam proses degenerasi dan kerusakan
yang menunjukkan bahwa sekitar (47 66%) cartilaginous mungkin terjadi tanpa
spondylosis berkaitan dengan faktor genetik dan pertumbuhan osteofit. Osteofit dapat
lingkungan, sedangkan hanya 2 10% berkaitan terbentuk akibat adanya adaptasi
dengan beban fisik dan resistance training. fungsional terhadap instabilitas atau
perubahan tuntutan pada vertebra.

ADAPTASI
FAKTOR GENETIK FUNGSIONAL
EPIDEMIOLOGI
Spondilosis lumbalis muncul pada 27-37% dari populasi yang
asimtomatis.Di Amerika Serikat, lebih dari 80% individu yang berusia
lebih dari 40 tahun mengalami spondilosis lumbalis, meningkat dari 3%
pada individu berusia 20-29 tahun. Di dunia, spondilosis lumbal dapat
mulai berkembang pada usia 20 tahun. Hal ini meningkat, dan mungkin
tidak dapat dihindari, bersamaan dengan usia

Kira-kira 84% pria dan 74% wanita mempunyai osteofit vertebralis, yang
sering terjadi setinggi T9-10. Kira-kira 30% pria dan 28% wanita berusia
55-64 tahun mempunyai osteofit lumbalis. Kira-kira 20% pria dan 22%
wanita berusia 45-64 tahun mengalami osteofit lumbalis
ANATOMI
ANATOMI
PATOFISIOLOGI
Struktur peka nyeri: Sifat nyeri:
Periosteum vertebra Nosiseptif vs neuropatik
Dura mater Nyeri radikuler
Facet joint
Annulus fibrosus
Ligamentum
longitudinalis
Arteri & vena epidural
Gejala Klinik
Manifestasi klinis yang muncul berupa
neurogenik claudication yang mencakup nyeri
pinggang, nyeri tungkai serta rasa kebas dan
kelemahan motorik pada ekstremitas bawah
yang dapat diperburuk saat berdiri dan
berjalan dan diperingan saat duduk atau tidur
terlentang. Karakteristik dari spondilosis
lumbal adalah nyeri dan kekakuan gerak pada
pagi hari.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk melihat
gambaran yang mungkin dapat terlihat, seperti:
Penyempitan ruang discus intervertebralis
Perubahan kelengkuangan vertebrae dan penekanan saraf
Osteofit/Spur formation di anterior ataupun posterior
vertebrae
Pemadatan Corpus vertebrae
Porotik (Lubang) pada tulang
Vertebrae tampak seperti bambu (Bamboo Spine)
Sendi sacroiliaca tidak tampak atau kabur
Celah sendi menghilang
Mielografi
CT
MRI
Spinal canal stenosis-Sagittal MRI
Lumbar Spondylosis
Elektromiografi (EMG) dan nerve conduction
velocity (NCV) hanya digunakan pada keadaan
dengan komplikasi).
TERAPI
Penanganan spondilosis lumbalis bervariasi tergantung penilaian terhadap
kondisi dan gejala pasien. Secara umum ada penanganan bedah dan non-
bedah.

Penanganan non bedah yang bersifat farmakoterapi meliputi pemberian


obat antiradang (NSAID), analgesik, dan obat pelemas otot (muscle
relaxant).

Penanganan non bedah yang bersifat non- farmakoterapi meliputi


pemasangan alat bantu, seperti cervical collar untuk meregangkan dan
menstabilkan posisi, Fisioterapi dan Excercise.

Penanganan bedah baru dapat disarankan apabila terdapat gejala


gangguan neurologis yang mengganggu kualitas hidup penderita.
Penatalaksanaan KFR
Tujuan:
Menghilangkan nyeri
Memperbaiki postur
Mencegah komplikasi disuse & misuse
Penguatan otot punggung abdomen & tungkai
Cegah LBP berulang
Metode
Istirahat
Mengistirahatkan punggung dari berbagai
aktivitas yang dapat memperburuk kondisi
punggung merupakan alternatif yang dapat
dianjurkan. Lama istirahat yang dianjurkan untuk
mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal adalah selama 2 hari. Istirahat yang
terlalu lama tidak dianjurkan karena akan
menyebabkan kelemahan otot. Pasien kemudian
dilatih secara bertahap setelah istirahat untuk
dapat kembali ke aktivitas biasa.
Modalitas dingin
Modalitas dingin dapat digunakan pada pasien
LBP dengan tanda-tanda inflamasi/trauma akut.
Hal ini dilakukan dengan meanruh sebuah
kantong yang berisi es pada daerah yang
mengalami nyeri. Terapi diberikan selama 10-20
menit dengan suhu sekitar 15-20C sebanyak 4-
6x/hari. Terapi ini tidak disarankan apabila pasien
mengalami defisit sensorik yang bermakna.
Modalitas panas
Modalitas panas dapat digunakan pada pasien
LBP dengan tanda-tanda inflamasi/trauma
kronik. Terapi diberikan selama 10-20 menit
dengan suhu sekitar 40-45C sebanyak 2-
4x/hari. Terapi ini tidak disarankan apabila
pasien mengalami defisit sensorik yang
bermakna.
Traksi lumbal
Traksi merupakan proses mekanik menarik
tulang sehingga sendi saling menjauh. Traksi
lumbal dapat menurunkan intensitas nyeri dan
mengurangi spasme otot yang terjadi. Terapi
ini tidak disarankan pada kondisi akut dan
kondisi lainnya seperti spondilosis,
osteoporosis, dll.
Masase
Masase dilakukan untuk melancarkan sirkulasi
di daerah otot yang tegang sehingga
mengalami relaksasi dan diharapkan nyeri
yang dirasakan dapat lebih berkurang.
TENS
Merupakan terapi modalitas listrik yang
digunakan pada pasien LBP untuk mengatasi
nyeri yang timbul. Mekanisme kerjanya dengan
memblok saraf yang menyampaikan rangsang
nyeri dengan stimulasi listrik yang diberikan
diharapkan rangsang listrik tersebut lebih dahulu
dihantarkan melalui serabut saraf yang ukurannya
jauh lebih besar sehingga nyeri yang ada tidak
dihantarkan.
Laser
Merupakan terapi modalitas cahaya yang
digunakan pada pasien LBP. Terapi laser bekerja
menciptakan reaksi biokimia dalam jaringan
tubuh sehingga merangsang sel untuk melakukan
perbaikan diri, meningkatkan sirkulasi darah, dan
mengurangi reaksi peradangan yang terjadi.
Terapi diberikan selama 10-20 menit pada daerah
yang mengalami nyeri.
Ortotis
Pemakaian korset lumbal merupakan jenis ortosis
yang sering digunakan dengan mengurangi
lordosis lumbalis dapat mengurangi gejala LBP
dan meningkatkan jarak saat berjalan. Pada
beberapa pasien, perbaikan yang dirasakan cukup
memuaskan dan jarak saat berjalan cukup untuk
kegiatan sehari-hari. Percobaan dalam 3 bulan
direkomendasikan sebagai bentuk pengobatan
awal kecuali terdapat defisit motorik atau defisit
neurologis yang progresif.
Alat bantu jalan
Alat bantu jalan pada pasien LBP hanya
diberikan apabila pasien memiliki disabilitas
dalam melakukan fungsi ambulasi.
Penggunaan alat bantu jalan tidak disarankan
untuk rutin diberikan pada pasien LBP.
Terapi latihan & proper back mechanism
Proper back mechanism:
Posisikan kepala di titik tertinggi, bahu ditaruh sedikit ke belakang
Duduk tegak 90
Gunakan sepatu yang nyaman
Jika ingin duduk dengan jangka waktu yang lama, istirahatkan kaki di
lantai atau apa saja yang menurut Anda nyaman
Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut
atau jika tidur menyamping, letakkanlah bantal di antara kedua lutut
Hindari berat badan yang berlebihan

Terapi Latihan
1. William flexion exercise
2. Mc kenzie exercise
PENCEGAHAN
Hindari aktivitas atau olahraga dengan benturan tinggi
(high impact). Pilih jenis olah raga yang lebih ringan, serta
mengandalkan peregangan dan kelenturan.
Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat
meningkatkan kekuatan otot, kelenturan, dan jangkauan
gerak.
Jangan melakukan aktivitas dengan posisi yang sama dalam
jangka waktu lama. Sebisa mungkin ubah posisi sambil
beristirahat sejenak. Misalnya waktu menonton TV, bekerja
di depan komputer, ataupun mengemudi.
PENCEGAHAN
Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan
bertumpu pada satu kaki bila berdiri. Jangan membungkuk
bila hendak mengangkat barang berat, lebih baik tekuk
tungkai dan tetap tegak.
Hindari mengangkat beban atau barang yang berlebihan,
terutama saat mengangkat barang dengan menggunakan
punggung.
Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal
ini membantu mencegah terjadinya komplikasi ke tulang
belakang bila terjadi trauma.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bruce M. Lumbar spondylosis. 2007 In : http://www.emedicine.com/neuro/jnl/index.htm. Accses
: 28 October 2016.
2. Thamburaj V. Lumbar spondylosis. 2007. In: http://www.pubmedcentral.nih.gov. Accses : 27
October 2016.
3. Departemen Kesehatan RI. 2002. Standar Operasional Prosedur Rehabilitasi Medik di Rumah
Sakit. Jakarta: Depkes RI
4. Cooper, Grant. 2006. Essential Physical Medicine and Rehabilitation.New Jersey: Humana Press.
5. Rahayu, Sri. 2011. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Spondylosis L4-S1 di RSAL Dr. Ramelan
Surabaya. Karya Tulis Ilmiah: UMS
6. Fajrin, Iniyati. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Infra Red, Tens, dan William Flexion
Exercise pada Kondisi Low Back Pain karena Spondilosis Lumbalis. Karya Tulis Ilmiah: UMS
7. Middleton, Kimberly dan David E.Fish. 2009. Lumbar Spondylosis: Clinical Presentation and
Treatment Approaches. Vol 2:94-104. Pubmed.
8. Price, Sylvia A. Dan Lorraine M.Wilson. 2006. Herniasi Diskus Intervertebralis Dalam Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta.
9. Engstrom JW, Deyo RA. 2015. Harrison's Principles of Internal Medicine 19th Ed. Philadelphia:
McGraw-Hill Education

Anda mungkin juga menyukai