Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS JUNI 2017

PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA PENATALAKSANAAN HERPES ZOSTER

NAMA : Andhyka Haryanto Tumimomor

Nim : C111 12 894

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas dan Keluarga

Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin

Makassar

2017
Pendahuluan

Infeksi virus varicella-zoster (VVZ) yang menyebabkan varisela atau cacar air dapat
menyerang hampir setiap individu di seluruh dunia. Setelah sembuh dari varisela, virus
menetap laten pada ganglia radiks dorsalis yang dapat mengalami reaktivasi menjadi herpes
zoster (HZ), atau yang lebih dikenal dengan nama shingles atau dompo. Herpes zoster
merupakan penyakit kulit yang bercirikan timbulnya ruam kulit dengan distribusi
dermatomal dan disertai rasa nyeri yang hebat.

Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia dan dapat muncul sepanjang tahun
karena tidak dipengaruhi oleh musim. Tidak ada perbedaan dalam morbiditas antara pria
dan wanita. Berdasarkan studi di Eropa dan Amerika Utara, diperkirakan ada sekitar 1,5-3
per 1000 orang per tahun pada segala usia dan kejadian meningkat tajam pada usia lebih
dari 60 tahun yaitu sekitar 7-11 per 1000 orang per tahun. Insiden herpes zoster meningkat
seiring bertambahnya usia, di mana lebih dari 2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari 50 tahun
dan kurang dari 10% di bawah 20 tahun. Meningkatnya insidensi pada usia lanjut ini
berkaitan dengan menurunnya respon imun dimediasi sel yang dapat pula terjadi pada
pasien imunokompromais seperti pasien HIV-AIDS, pasien dengan keganasan, dan pasien
yang mendapat obat imunosupresi. Namun, insidensinya pada pasien imunokompeten pun
besar. Herpes zoster sendiri meskipun bukan penyakit yang life-threatening, namun dapat
menggangu pasien sebab dapat timbul rasa nyeri. Lebih lanjut lagi nyeri yang dialami saat
timbul lesi kulit dapat bertahan lama, hingga berbulan-bulan lamanya sehingga dapat
menggangu kualitas hidup pasien suatu keadaan yang disebut dengan neuralgia paska
herpetika (NPH).

Tujuan utama terapi pada pasien herpes zoster adalah untuk membatasi berkembangnya
penyakit, durasi dan peningkatan rasa sakit dan lesi di dermatom primer, mencegah
penyakit di tempat lain, dan mencegah NPH.

Kasus adalah seorang laki laki berusia 63 tahunyang datang dengan keluhan muncul vesikel
pada pundaknya selama 3 hari satu tahun, baru pertama kali ini berobat. Penatalaksanaan
kasusdilakukan di Puskesmas Rappokaling oleh dokter muda FKUH dengan bimbingan
dokterstaf pengajar, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas.Masalah kesehatan yang
terkait dengan faktor yangberpengaruh diidentifikasi dengan memperhatikan konsep
Mandala of Health , dan diselesaikan dengan pendekatanindividual untuk penatalaksanaan
klinisnya dan pendekatankeluarga dan komunitas untuk penyelesaian faktor
yangberpengaruh. Pendekatan tersebut diterapkan secaramenyeluruh, paripurna,
terintegrasi dan berkesinambungansesuai konsep dokter keluarga.

Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan keluarga
serta faktor-faktoryang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan
keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dankeluarga serta partisipasi keluarga
dalam mengatasi masalahkesehatan.

Ilustrasi kasus

Seorang Pria datang ke puskesmas maradekaya dengan keluhan muncul vesikel pada leher
dan pundaknya dan menjalar ke dadanya. Keluhan dirasakan sudah 3 hari, vesikel pertama
muncul di leher kemudian menjalar ke pundak dan dada. Lesi dirasakan panas dan terasa
nyeri bila diraba. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada. Riwayat keluhan yang
sama dalam keluarga tidak ada. Riwayat terkena cacar air sebelumnya disangkal.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit ringan, status
generalis dalam batas normal. Status gizi pasien baik : berat badan 65 kg, tinggi badan 170
cm. Status dermatologik : tampak vesikel berisi cairan di leher, pundak, dan dada pasien.
Juga terdapat plakat eritem di daerah sekitar vesikel.

Pasien adalah ayah dari 4 anak dan 8 orang cucu, dimana 2 anak dan 4 cucu saja yang
tinggal di sebuah rumah layak huni semi permanen berukuran 8m x 10 m yang memiliki 2
tingkat dan 3 kamar tidur serta 1 WC, sementara 2 anak yang lain tinggal di papua bersama
4 orang cucu yang lainnya. Sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah, penerangan baik,
ventilasi baik terdapat 4 buah jendela di lantai bawah dan 2 buah jendela di lantai atas.
Kebersihan dan kerapihan rumah tertata baik. Fasilitas dapur memiliki pertalatan yang
cukup lengkap.Air minum dan masak didapat dengan memasak air PDAM. Saluran air
dialirkan ke got depan rumah. Ada tempat sampah di dalam rumah sehingga rumah terlihat
rapi dan bersih.

Kegiatan di rumah tidak terbatas hanya untuk makan tidur dan mandi karena ada 4 orang
cucunya yang berada di rumah, sehingga ada anggota keluarga yang lebih banyak
beraktivitas di rumah juga.

Gaji kepala keluarga (KK) Rp.700.000,- / bulan dan berprofesi sebagai tukang becak.
Keluarga pasien memiliki kartu jaminan kesehatan (BPJS). Selama ini keluarga berobat ke
layanan kesehatan jika keluhan sudah benar-benar mengganggu dan tidak teratasi dengan
obat warung.

Dalam menetapkan maslaah serta faktor yang mempengaruhi, digunakan konsep Mandala
of Health. Diagnosis holistic yang ditegakkan pada pasien adalah sebagai berikut. Pada poin
I, alasan kedatangan : vesikel berisi cairan yang terasa panas dan nyeri bila ditekan yang
berada di leher, pundak dan dada. Pada poin II, diagnosis kerja yang ditegakkan adalah
herpes zoster. Pada poin III, didapatkan masalah perilaku berupa perilaku berobat yang
buruk. Pada poin IV didapatkan masalah pendapat keluarga yang kurang. Padapoin V,
ditetapkan skala fungsional pasien derajat 3 yang sesuai dengan usia pasien.

Tindakan yang dilakukan memliputi tindakan terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.
Pada pasien diberikan obat minum acyclovir 400 mg 4 kali sehari dan salep acyclovir yang
dioleskan 2 kali sehari sesudah mandi dan dilakukan edukasi terhadap keluarga tentang
herpes zoster ( penyebab, gejala, cara penularan, terapi) dan mengenai hygiene pribadi
serta lingkungan. Keluarga diberikan motivasi untuk memisahkan pencucian pakaian yang
dipakai penderita dan keluarga salama masa pengobatan.

Tindakan untuk mengatasi masalah lingkungan antara lain dengan melakukan penyuluhan
mengenai Varicella zoster dan herpes zoster yang dihadiri oleh kader, wakil Puskesmas dan
para warga. Pada kesempatan tersebut juga disampaikan pentingnya menjadi hygiene
lingkungan dan perilaku berobat yang baik.

Hasil pembinaan yang telah dilakukan dievaluasi dengan menggunakan indeks koping,
dengan hasil peningkatan skor dari menjadi . Hasil tersebut dapat dilihan pada tabel 1

Gaya hidup
Pemenuhan kebutuhan
primer : prioritas utama

Lingkungan psiko-sosio-ekonomi
Perilaku kesehatan Pendatan keluarga rendah
Hygiene lingkungan kurang FAMILY Kehidupan axial dengan lingkungan ->
Berobat hanya jika ada keluhan baik

PASIEN
-Vesikel berisi cairan yang
terdapat pada pundak, leher Lingkungan kerja
PELAYANAN KESEHATAN
dan dada. Terasa nyeri dan Tidak ada masalah
-jarak rumah ke fasilitas
panas.
kesehatan dekat
Status Generalis dalam batas
normal

FAKTOR BIOLOGI LINGKUNGAN FISIK


-Pasangan KK dan keluarga tidak Ventilasi dan penerangan rumah
ada menderita herpes zoster baik

KOMUNITAS
-Pemukiman padat dengan sanitasi buruk
NO MASALAH SKOR UPAYA PENYELESAIAN RESUME HASIL SKOR
AWAL PERBAIKAN AKHIR
1 FUNGSI BIOLOGIS 2 -Edukasi mengenai -terselenggara 4
Pasangan KK dan penyakti tentang penyuluhan
anggota keluarga pencegahan dan -tidak ada
tidak tidak ada pengobatan keluarga
menderita varicella menderita
zoster dan herpes penyakit yang
zoster sama
2 FUNGSI EKONOMI 2 -motivasi untuk Istri berniat 3
-Pendapatan keluarga menambah memanfaatkan
rendah penghasilan dengan waktu luang
memanfaatkan waktu untuk
luang memperoleh
penghasilan
tambahan
3 FAKTOR PERILAKU -edukasi hygiene -keluarga 3
KESEHATAN -edukasi dan motivasi mencuci baju
KELUARGA untuk memeriksa terpisah dengan
-Higiene Lingkungan 3 kesehatan berkala penderita.
kurang -keluarga ingin
-Berobat jika hanya 3 memeriksa 3
ada keluhan kesehatan
berkala
4 LINGKUNGAN Mempertahankan Mempertahankan
RUMAH 3 ventilasi dan ventilasi dan 3
Ventilasi dan penerangan rumah penerangan
penerangan rumah rumah
baik

Total skor : 13 Skor akhir : 16


Rata-rata skor : 2.6 Rata-rata skor akhir 3.2

Pembahasan

Studi kasus dilakukan pada pasien laki-laki, bernama Patahuddin, usia 63 tahun, datang
dengan keluhan muncul vesikel berisi cairan pada leher, pundak dan dada pasien. Penyebab
keadaan ini adalah disebabkan reaktivasi virus herpes zoster pada masa laten ang
sebelumnya didahului dengan infeksi varicella zoster sebelumnya.

Penegakan diagnosis herpes zoster umumnya didasari gambaran klinis. Komponen utama
dalam penegakan diagnosis adalah terdapatnya (1) gejala prodromal berupa nyeri, (2)
distribusi yang khas dermatomal, (3) vesikel berkelompok, atau dalam beberapa kasus
ditemukan papul, (4) beberapa kelompok lesi mengisi dermatom, terutama dimana terdapat
nervus sensorik, (5) tidak ada riwayat ruam serupa pada distribusi yang sama
(menyingkirkan herpes simpleks zosteriformis), (6) nyeri dan allodinia (nyeri yang timbul
dengan stimulus yang secara normal tidak menimbulkan nyeri) pada daerah ruam.

Pada kunjungan ke puskesmas Rappokaling pada awalnya, pasien diberikan obat acyclovir 4
x 400 mg , obat acyclovir salep dan vitamin B kompleks yang sudah merupakan standar
pengobatan pada pasien dengan herpes zoster.

Penularan melalui kontak tidak langsung pada pasien yang belum terpapar varicella zoster
melalui baju yang dipakai setiap hari, sehingga diedukasi untuk mencuci terpisah pakaian
yang digunakan setiap hari.

Dalam menatalaksana pasien, seorang dokter perlumemperhatikan pasien seutuhnya, tidak


hanya tanda dangejala penyakit namun juga psikologisnya. Pembinaankeluarga yang
dilakukan pada kasus ini tidak hanya mengenaipenyakit pasien, tetapi juga mengenai
masalah-masalahlainnya seperti fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhankeluarga,
perilaku kesehatan keluarga, dan lingkungan

Masalah ekonomi yang dialami adalah penghasilan rendah, sehingga hanya cukup untuk
kebutuhan primer. Keluarga dimotivasi supaya dapat menambah pendapatan keluarha
sehingga cukup untuk membeli kebutuhan sekunder lainnya. Masalah lingkungan rumah
pada keluarga ini tidak ada dimana ventilasi dan penerangan rumah sudah baik.

Intervensi yang dilakukan terhadap lingkungan adalah penyuluhan mengenai varicella zoster
dan herpes zoster terhadap warga masyarakat dalam 1 RW dan dalam lingkungan RW itu,
tidak ditemukan pasien dengan keluhan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai