Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau
Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada
malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas.
Penyakit scabies banyak berjangkit di: lingkungan yang padat penduduknya, lingkungan
kumuh, lingkungan dengan tingkat kebersihan kurankg. Skabies cenderung tinggi pada
anak-anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa.
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai
akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas
Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes
Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor,
transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan perut, tidak berwarna,
yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200
mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki depan dan
2 pasang lainnya kaki belakang. Siklus hidup dari telur sampai menjadi dewasa
berlangsung satu bulan. Sarcoptes scabiei betina terdapat cambuk pada pasangan kaki ke-
3 dan ke-4. Sedangkan pada yang jantan bulu cambuk tersebut hanya dijumpai pada
pasangan kaki ke-3 saja.
Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain sosial ekonomi
yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual dan sifatnya promiskuitas (ganti-
ganti pasangan), kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah
infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung,
adapun cara penularannya adalah:
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal
tersering, sedangkan pada anak- anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur,
pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun
demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan
penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah
selimut
Kasus adalah seorang anak perempuan berusia 3 tahun 6 bulan datang dengan
keluhan gatal seluruh tubuh terutama pada kaki dan tangan dialami sejak 1 minggu
terakhir, keluhan ini dialami beberapa kali dalam setahun terakhir, gatal dialami terutama
pada malam hari, penatalaksanaan kasus dilakukan di poli umum Puskesmas
Rappokalling dengan bimbingan dari dokter staf pengajar, departemen kedokteran
keluarga. Masalah kesehatan yang terkait dengan faktor yang berpengaruh diidentifikasi
dengan memperhatikan konsep Mandala of Health, dan diselesaikan dengan pendekatan
keluarga dan komunitas untuk penyelesaian faktor yang berpengaruh. Pendekatan
tersebut diterapkan secara menyeluruh, paripurna, terintegrasi dan berkesinambungan
sesuai konsep dokter keluarga.
Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan
keluarga serta faktor – faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada
pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta
pertisipasi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

Ilustrasi Kasus
Anak A datang ke poli umum Puskesmas Rappokalling dibawa oleh ibunya
dengan keluhan gatal – gatal di seluruh tubuh selama 1 minggu terakhir, gatal dirasakan
terutama pada malam hari, terutama pada daerah tangan dan kaki, keluhan ini sudah
sering dialami dalam 1 tahun terakhir, gatal sudah pernah diobati di Puskesmas
Rappokalling dengan krim anti tungau, selain pasien, anggota keluarga lainnya yaitu
kakak yang tinggal serumah juga memiliki keluhan serupa. Pasien sering menggaruk
bagian yang gatal hingga timbul koreng dan bekas luka. Pasien menggunakan handuk
secara bergantian dengan kakaknya yang memiliki keluhan yang sama.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit ringan,
status generalis dalam batas normal, status gizi pasien buruk: berat badan 10 kg, tinggi
badan 90 cm. status dermatologik: di seluruh tubuh terutama pada tangan dan kaki
terdapat papul multiple berukuran milier sewarna kulit sebagian eritematosa, terdapat
pula pustul, erosi, dan ekskoriasi yang ditutupi krusta merah kehitaman
Pasien merupakan anak kedua dari orang tua dengan usia produktif yang tinggal
di rumah yang tidak layak huni, rumah yang terdiri dari 1 kamar tidur yang bergabung
dengan dapur dan kamar mandi yang berukuran 3x3 dan ruang tamu yang berukuran 1x3
dengan ventilasi rumah yang kurang, cahaya matahari tidak dapat masuk kedalam rumah
karna rumah tersebut dikelilingi oleh rumah yang lebih tinggi, kebersihan dan kerapian
rumah kurang. Air minum didapatkan dari air ledeng yang di masak.
Pendapatan kepala keluarga (KK) +/- 1.000.000/ bulan dengan biaya pengeluaran
perbulannya sama besar dengan pendapatannya, pasien tidak memiliki tabungan masa
depan maupun tabungan kesehatan, pasien mendapatkan bantuan kesehatan dari
pemerintah yaitu kartu KIS.
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi, digunakan konsep
mandala of health (gambar 1). Diagnosis holistic yang ditegakkan pada pasien adalah
sebagai berikut. Pada poin I, alasan kedatangan: gatal – gatal di seluruh tubuh terutama
pada tangan dan kaki sejak 1 minggu terakhir dengan harapan gatal – gatal bisa hilang
dan tidak timbul lagi, keluarga memiliki kekhawatiran tentang penyakit gatal ini yang
sering berulang dalam 1 tahun terakhir. Pada poin II, diagnosis kerja yang ditegakkan
adalah skabies. Pada poin III didapatkan masalah perilaku berupa hygiene pasien dan
keluarga kurang. Pada poin IV didapatkan masalah pendapatan keluarga yang kurang dan
tidak adanya tabungan masa depan dan tabungan kesehatan. Pada poin V lingkungan fisik
yang buruk menjadi tempat berkembang biak bagi tungau.
Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan terhadap pasien, keluarga dan
lingkungannya. Pada pasien dan kakaknya diberikan krim permetrin 5% yang dioleskan
pada seluruh tubuh (dari leher hingga ujung kaki), anti histamine yaitu cetirizine 1x½,
dan diberikan edukasi terhadap keluarga tentang skabies (penyebab, gejala, cara
penularan, dan terapi), dan mengenai hygiene pribadi serta lingkungan, pasien diberikan
motivasi untuk merendam air panas seluruh pakaian di rumah yang kemungkinan
terdapat tungau sarcoptes scabiei terutama yang digunakan dalam 1 minggu terakhir.
Tindakan untuk mengatasi masalah lingkungan antara lain dengan melakukan
penyuluhan mengenai skabies yang dihadiri oleh kader, wakil dari Puskesmas, dan para
warga. Pada kesempatan tersebut juga disampaikan pentingnya menjaga hygiene
lingkungan dan perilaku berobat yang baik.

no Masalah Skor GAYA


Upaya HIDUPpenyelesaian Resume Hasil Akhir Skor
awal Pemenuhan kebutuhan Perbaikan akhir
primer
1 Fungsi Biologis 2 - Edukasi
Prioritas utama
mengenai - Terselenggaranya 4
- Kakak pasien menderita penyakit
Alokasi khusus dan penyuluhan
penyakit yang sama pencegahannya - Keluhan berkurang
dengan pasien melalui penyuluhan - Keluarga berniat
- Status gizi pasien yang - Pengobatan menambahkan porsi
buruk 3 - Pemberian makan yang makanan lebih dari 4
FAMILY
lebih dari sebelumnya sebelumnya
- Pemberian susu - Keluarga berniat
untuk memberikan
Perilaku Kesehatan susu tiap hari
-higiene pribadi dan
2 Fungsi ekonomi
lingkungan kurang.
dan 2 - motivasi
Pasien untuk - KK berniat untuk 3
pemenuhan kebutuhan - menambah
Gatal seluruh tubuh kerja lebih giat
- pendapatan keluarga yang - Pemeriksaan fisik
penghasilan dengan
Status generalis DBN - Keluarga berniat Pelay
rendah memanfaatkan waktu Jarak
Status dermatologik papul menyisihkan
- keluarga tidak memiliki 3 multiple, luang
milier eritematosa, pendapatan untuk
4
tabungan seluruh -tubuh terutama tangan
motivasi mengenai tabungan Lingkungan kerja
dan kaki, pustul erosi dan
perlunya
ekskoriasi
memiliki Tidak ada
tabungan
3 Faktor prilaku kesehatan 3 - edukasi mengenai - Keluarga mencuci 3
keluarga higiene baju dan merendam air
Lingkungan fisik
- hygiene pribadi dan hangat - pakaian
ventilasi 1 dan
lingkungan kurang minggu penerangan
terakhir di dalam
rumah kurang
- Banyak pakaian
4 Lingkungan keluarga 2 - memperbaiki ventilasi - pintuditumpuk
rumah dan
belum 2
digantung
- ventilasi dan penerangan di dan penerangan dibuka dan kipas
di sembarang tempat
dalam rumah. dengan membuka angin belum
- Banyak pakaian ditumpuk pintu rumah pada dibersihkan,
dan digantung di 2 siang hari dan ventilasi dan
sembarang tempat menggunakan kipas penerangan dalam
angin
Pemukiman padat yang
dengan sanitasiselalu
buruk rumah masih kurang 2
dibersihkan - pakaian masih
- edukasi untuk mencuci ditumpuk dan
dan menyetrika baju digantung di
yang tertumpuk. sembarang tempat
Total skor : 14 22
Rata – rata Skor : 2,4 3
Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah
Skor 1 tidak dilakukan, keluarga menolah, tidak ada partisipasi.
Skor 2 keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan); penyelesaian
Masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.
Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan,
penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider.
Skor 4 Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider
Skor 5 Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.

Pembahasan
Studi kasus dilakukan pada pasien An. A, usia 3 tahun 6 bulan, dengan keluhan
gatal di seluruh tubuh terutama pada tangan dan kaki sejak 1 minggu yang lalu, pasien
merupakan anak kedua dari pasangan usia produktif. Penyebab keadaan ini adalah
lingkungan rumah yang padat, hygiene lingkungan dan hygiene perorangan yang kurang
yang dapat menjadi tempat hidup tungau sarcoptes scabiei.
Diagnosa skabies pada pasien ditegakkan atas dasar keluhan gatal pada seluruh
tubuh terutama pada daerah tangan dan kaki yang dirasakan terutama pada malam hari
dan ditemukannya gejala gatal serupa pada anggota keluarga yang tinggal serumah
dengan pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi berupa papul – papul milier
sewarna kuit sebagian eritematosa tersebar di seluruh tubuh terutama di daerah kaki dan
tangan, sela jari tangan dan kaki, sebagian berupa pustul, erosi dan ekskoriasi. Penegakan
diagnosis skabies dilakukan atas dasar terpenuhinya 2 dari 4 tanda cardinal, yaitu pruritus
nokturna, menyerang manusia secara berkelompok, ditemukan terowongan, dan
ditemukannya tungau. Diagnosis pasti ditetapkan dengan menemukan tungau atau telur,
namun tungau sulit ditemukan.
Pada kunjungan ke PKM pertama kali terapi medikamentosa yang diberukan
adalah permetrin krim 5% yang dioleskan pada seluruh tubuh kecuali bagian wajah. Hal
ini sesuai dengan tatalaksana skabies. Pasien juga diberikan antihisamin untuk
mengurangi rasa gatal yaitu cetirizine 1 x ½. Permetrin sebagai anti skabies lebih poten
jika dibandingkan dengan linden (gameksan) atau krotamiton, juga lebih poten dan aman
pada bayi dan anak. Obat ini efektif untuk kasus skabies yang gagal dengan pengobatan
skabies lain khususnya linden. Penularan skabies terutama melalui kontak langsung yang
erat, maka untuk keberhasilan terapi seluruh keluarga yang tinggal 1 rumah harus diobati
dengan anti skabies secara serentak.
Penularan melalui kontak tidak langsung seperti melalui perlengkapan tidur,
pakaian atau handuk memegang peranan penting, maka dilakukan edukasi kepada
keluarga pasien untuk mencuci pakaian, sprei, gorden dan menjemur sofa dan tempat
tidur. Hal ini dilakukan untuk mematikan semua tungau dewasa dan telur sehingga tidak
terjadi kekambuhan.
Dalam menatalaksana pasien, seorang dokter perlu memperhatikan pasien
seutuhnya, tidak hanya tanda dan gejala penyakit namun juga psikologisnya. Pembinaan
keluarga yang dilakukan pada kasus ini tidak hanya mengenai penyakit pasien tapi juga
mengenai masalah – masalah lainnya seperti fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
keluarga, perilaku kesehatan keluarga dan lingkungan.
Masalah ekonomi yang dialami adalah tidak adanya tabungan keluarga. Hal ini
karena rendahnya pendapatan keluarga sehingga hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari dan berakibat pada gizi pasien yang buruk. Keluarga dimotivasi
untuk menambah sumber pendapatan tambahan dengan bekerja lebih giat lagi karena
pekerjaan KK sebagai pendulang emas. Masalah lingkungan rumah pada keluarga adalah
ventilasi dan penerangan di dalam rumah yang masih kurang serta banyaknya pakaian
bertumpuk dan di gantung di sembarang tempat, yang merupakan lingkungan yang baik
untuk berkembang biaknya parasit seperti sarcoptes scabiei. Keluarga dimotivasi untuk
memperbaiki ventilasi dan penerangan dengan membuka pintu rumah pada siang hari dan
menggunakan kipas angin yang selalu dibersihkan, serta selalu mencuci dan menyetrika
pakaian digunakan dan menyimpannya dalam lemari
Intervensi yang dilakukan terhadap lingkungan adalah memberi penyuluhan
mengenai skabies (gejala, penatalaksanaan, penyebaran penyakit, dan pencegahannya)
terhadap warga masyarakat dalam satu RW.

Anda mungkin juga menyukai