Anda di halaman 1dari 29

PENGKAJIAN PADA ANAK DENGAN KEKERASAN

( FISIK, MENTAL, DAN SEKSUAL ) DAN MTBS

Nama Saya Adalah

Ranti Oktavia
19001004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CERIA BUANA
2021
ANAK UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MTBS
Penilaian Tanda dan Gejala
a.Pneumonia
b.Diare
c.Demam
d.Demam Berdarah Dengue
(DBD)
e.Masalah Telinga
f.Masalah Status Gizi
g.Anemia.
h.Memeriksa Status Imunisasi.
Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan

1.Klasifikasi Pneumonia
2.Klasifikasi Dehidrasi
3.Klasifikasi Dehidrasi Persisten
4.Klasifikasi Disentri
5.Klasifikasi Risiko Malaria
6.Klasifikasi Campak
7.Klasifikasi Demam Berdarah Dengue (DBD)
8.Klasifikasi Masalah Telinga
9.Klasifikasi Status Gizi
10.Klasifikasi Anemia
Penentuan Tindakan Pengobatan

1.Pneumonia
1.Dehidrasi
2.Klasifikasi Diare Persisten
1.Klasifikasi jika Diare 14 hari atau lebih.
2.Klasifikasi Risiko Malaria
3.Klasifikasi Campak
4.Klasifikasi Demam Berdarah Dengue (DBD)
5.Klasifikasi Status Gizi
6.Klasifikasi Anemia
7.Klasifikasi Status Immunisasi
Pemberian Konseling

Pada pemberian konseling untuk anak


umur 2 bulan samapai dengan 5 tahun pada
umumnya adalah konseling tentang:

a. Konseling Pemberian Makan pada Anak

Pada konseling untuk pemberian makan


anak, harus mengajurkan ibu memberikan
makan untuk anak sehat maupun sakit sesuai
tahapan usia anak, yaitu seperti pada
Untuk anak sampai umur 6 bulan

1. Berikan air susu ibu (ASI) sesuai


keinginan anak, paling sedikit 4 kali
sehari pada pagi, siang maupun
malam.
2. Jangan diberikan minuman lain
selain ASI.
Untuk anak umur 6 sampai 9 bulan

1. Teruskan pemberian ASI.


2. Mulai memberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) seperti
bubur susu, pisang, papaya lumat
halus, air jeruk, air tomat saring.
3. Secara bertahap sesuai dengan
pertambahan umur, berikan bubur
tim lumat, ditambah kuning telur/
ayam/ikan/tempe/tahu/daging
sapi/wortel/ bayam/kacang hijau/
santan/minyak.
Untuk umur 9 sampai 12 bulan

• Teruskan pemberian ASI.


• Berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang lebih seperti bubur
nasi, nasi tim, nasi lembek.
• Tambahkan telur/ayam/ikan/ tempe//tahu/ daging sapi/wortel/
bayam/santan/kacang hijau/ minyak.
• Setiap hari (pagi, siang, malam) diberikan makan sbb:
– 9 bln : 3x9 sdm peres
– 10 bln : 3x10 sdm peres
– 11 bln : 3x11 sdm peres
• Beri makanan selingan 2x sehari diantara waktu makan (buah, biskuit,
kue).
Untuk umur 12 sampai 24 bulan

1. Teruskan pemberian ASI.


2. Berikan makanan keluarga
secara bertahap sesuai
dengan kemampuan anak.
3. Berikan 3x sehari
sebanyak 1/3 porsi makan
orang dewasa terdiri dari
nasi, aluk pauk, sayur,
buah.
4. Beri makanan selingan
kaya gizi 2x sehari
diantara waktu makan
(biskuit, kue).
Untuk umur 24 bulan atau lebih

1. Berikan makanan
keluarga 3x sehari,
sebanyak 1/3- 1/ porsi
makan orang dewasa
yang terdiri dari nasi,
lauk-pauk, sayur dan
buah.
2. Berikan makanan
selingan kaya gizi 2x
sehari diantara waktu
makan.
BAYI MUDA KURANG DARI 2 BULAN

Penilaian Tanda dan Gejala

a.Kemungkinan Penyakit Berat atau Infeksi Bakteri


b.Diare
c.Ikterus
d.Kemungkinan berat badan rendah dan/atau masalah pemberian
ASI.
Penentuan Klasifikasi dan tingkat Kegawatan

Klasifikasi penyakit sangat berat atau Infeksi Bakteri berat

Pada klasifikasi infeksi bakteri dapat


diklasifikasikan menjadi infeksi bakteri. Infeksi
local berat apabila ditemukan nanah pada daerah
mata, tali pusat atau pada umbilicus terjadi
kemerahan yang meluas sampai ke kulit perut.
Infeksi bacteri local apabila ditemukan adanya
nanah yang keluar dari mata, daerah tali pusat atau
umbilicus tampak kemerahan, pustul di kulit.
Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare dehidrasi sedang atau


ringan apabila ditemukan tanda seperti
gelisah atau rewel, mata cekung serta turgor
kulit jelek. Klasifikasi diare tanpa dehidrasi
apabila hanya ada salah satu tanda pada
dehidrasi berat atau ringan.
Klasifikasi Iktrus

Adanya kuning pada hari pertama


(kurang dari 24 jam) setelah lahir atau
ditemukan pada umur lebih dari 14 hari atau
tinja berwarna pucat serta pada daerah
telapak kaki dan tangan tampak kekuningan.
Kemudian klasifikasi ikterus apabila terdapat
tanda dan gejala kuning pada umur ≥ 24 jam
sampai ≤ 14 hari dan kuning tidak sampai
telapak tangan atau kaki dan klasifikasi tidak
ada ikterus jika tidak ada tanda kuning.
Mencegah Infeksi

– Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.


– Bersihkan tali pusat jika basah atau kotor dengan air matang, kemudian
keringkan dengan kain bersih dan kering. INGATKAN menjaga tali
pusat selalu bersih dan kering.
– Jaga kebersihan tubuh bayi dengan memandikannya setelah suhu
stabil. Gunakan sabun dan air hangat, bersihkan seluruh tubuh dengan
hati-hati.
– Hindarkan bayi baru lahir kontak dengan orang sakit, karena sangat
rentan tertular penyakit.
– Minta ibu untuk memberikan kolostrum karena mengandung zat
kekebalan tubuh.
– Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin hanya ASI saja
sampai 6 bulan. Bila bayi tidak bisa menyusu, beri ASI perah dengan
menggunakan sendok. Hindari pemakaian botol dan dot karena dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran cerna.
Memberi ASI Saja Sesering Mungkin

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah dan memegang bayi.


b. Minta ibu untuk membreri ASI saja sesering mungkin minimal 8 kali
sehari, siang maupun malam.
c. Menyusui dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian.
d. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya.
e. Jika bayi telah tidur selama 2 jam, minta ibu membangunkannya dan
langsung disusui.
f. Minta ibu untuk meletakkan bayi di dadanya sesering mungkin dan
tidur bersama ibu.
g. Ingatkan ibu dan anggota keluarga lain untuk membaca kembali hal-
hal tentang pemberian ASI di Kartu Nasihat Ibu atau buku KIA.
h. Minta ibu untuk menayakan hal-hal yang kurang dipahami.
KEKERASAN FISIK, MENTAL DAN SEKSUAL

Kekerasan terhadap anak adalah suatu


tindakan penganiayaan atau perlakuan salah
pada anak dalam bentuk menyakiti fisik,
emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan
eksploitasi untuk kepentingan komersial yang
secara nyata atau pun tidak dapat
membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup,
martabat atau perkembangannya WHO
Bentuk Kekerasan pada Anak

• Kekerasan fisik, yaitu


• Kekerasan psikis/emosi
• Kekerasan seksual
• Kekerasan sosial
(penterlantaran)
Kekerasan Fisik pada Anak

Kekerasan fisik adalah apabila anak-anak


disiksa secara fisik dan terdapat cedera yang
terlihat pada badan anak akibat adanya
kekerasan, Kekerasan anak secara fisik dapat
berupa penyiksaan, pemukulan, dan
penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa
menggunakan benda-benda tertentu, yang
menimbulkan luka-luka fisik atau kematian
kepada anak.
Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis adalah situasi perasaan tidak aman dan


nyaman yang dialami anak. Kekerasan psikis dapat berupa
menurunkan harga diri serta martabat korban; penggunaan
kata-kata kasar; penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan
orang di depan orang lain atau di depan umum, melontarkan
ancaman dengan kata-kata dan sebagainya.
Bentuk kekerasan psikis, antara lain: dihina, dicaci maki,
diejek, dipaksa melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki,
dibentak, dimarahi, dihardik, diancam, dipaksa bekerja menjadi
pemulung, dipaksa mengamen, dipaksa menjadi pembantu
rumah tangga, dipaksa mengemis,
Kekerasan seksual

Kekerasan seksual adalah apabila anak


disiksa/diperlakukan secara seksual dan juga
terlibat atau ambil bagian atau melihat aktivitas
yang bersifat seks dengan tujuan pornografi,
gerakan badan, film, atau sesuatu yang
bertujuan mengeksploitasi seks dimana
seseorang memuaskan nafsu seksnya kepada
orang lain.
Tanda-tanda Kekerasan Seksual pada Anak

1. Orang tua, anggota keluarga, dan guru


perlu waspada jika menemukan
perubahan- perubahan seperti : adanya
keluhan fisik seperti sakit kepala, nyeri
kalau buang air besar atau buang air
kecil. Nyeri, bengkak, pendarahan atau
iritasi di daerah mulut, genital, atau
dubur yang sukar dijelaskan kepada
orang lain.
2. Ada anak setelah mengalami kekerasan
seksual menjadi takut, marah, mengisolasi
diri, sedih, merasa bersalah, merasa malu,
dan bingung. Ada anak tiba-tiba merasa
takut, cemas, gemetar atau tidal menyukai
orang atau tempat tertentu. Atau anak tiba-
tiba menghindari keluarganya, temannya
atau aktivitas yang biasa dilakukannya.
3. Anak anak tiba- tiba menjadi agresif, tidak
disiplin, tidak mau sekolah atau hanya
mengurung diri di kamar. Ada anak
melarikan diri dari rumah ke rumah
temannya, atau ke keluarga lainnya yang
dirasakan bisa memberikan perlindungan
kepada dirinya. Atau anak melarikan diri
dari ketakutannya dengan merokok,
menggunakan narkoba, dan alkohol.
4. Beberapa anak memperlihatkan gejala-gejala
lainnya seperti meniru perilaku seksual orang
dewasa, melakukan aktivitas seksual menetap
dengan anak-anak lain, dengan dirinya sendiri
(masturbasi atau onani), dengan bonek atau
dengan binatang peliharaannya.
Penyebab terjadinya Kekerasan pada Anak

a. Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah


laku, autisme, anak terlalu lugu, memeiliki tempramen lemah,
ketidaktahuan anak terhadap hak- haknya, anak terlalu bergantung
kepada orang dewasa. Kondisi tersebut membuat anak mudah
diperdayai.
b. Kemiskinan keluarga, orang tua menganggur, penghasilan tidak
cukup, banyak anak. Kondisi ini banyak menyebabkan kekerasan
pada anak
c. Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya
perceraian, ketiadaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga tanpa
ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara
ekonomi.
e. Keluarga yang belum matang secara psikologis, (unwanted child),
anak yang lahir diluar nikah.
f. Penyakit parah atau gangguan mental pada salah satu atau kedua
orang tua, misalnya tidak mampu merawat dan mengasuh anak
karena gangguan emosional dan depresi.
g. Sejarah penelantaran anak. Orang tua semasa kecilnya mengalami
perlakuan salah cenderung memperlakukan salah anak-anaknya.
h. Kondisi lingkungan sosial yang buruk, pemukiman kumuh,
tergusurnya tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap
tindakan eksploitasi, pandangan terhadap nilai anak yang terlalu
rendah, meningkatnya faham
Faktor social budaya yang bisa menjadi penyebab kekerasan
pada anak:

• Kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilai matrealistis


• Kondisi sosial-ekonomi yang rendah
• Adanya nilai dalam masyarakat bahwa anak adalah milik orang tua
sendiri
• Status wanita yang dipandang rendah
• Sistem keluarga patriarkhal
• Pengangguran (unemployment),
• Penyakit (illness),
• Kondisi perumahan buruk (poor housing conditions),

Anda mungkin juga menyukai