Anda di halaman 1dari 24

PENATALAKSANAAN PENYAKIT KUSTA

DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA

B3
Marcelinus Angriawan (102018006)
Yohanes Leo Caroli Hutagaol (102018081)
Jeremy Christopher (102018125)
Sindo Setiawani Parassa Putri (102017167)
Mary Engelita Pangerapan (102018033)
Angelique Agatha Suzanne (102018075)
Cindy Carissa (102018094)
SKENARIO 4

Kedokteran keluarga
Seorang Bapak (45 tahun) membawa anaknya laki laki yang berumur 14 tahun ke
Puskesmas untuk berobat. Di punggung dan lengan anaknya terdapat bercak- bercak
keputihan. Dokter menduga anak ini terkena kusta karena ia berasal suatu wilayah yang
memang endemis kusta. Dokter melakukan kunjungan rumah untuk memeriksa seluruh
anggota keluarga dan memeriksa kondisi rumahnya. Keluarga Bapak tersebut tinggal di
rumah ukuran 4x4 m di pemukiman padat penduduk. Lantai rumah sebagian masih tanah.
Sinar matahari sulit masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah lembab. Di rumah itu dihuni
oleh 5 orang yang terdiri dari bapak, ibu, dan 3 orang anaknya yang masing masing berumur
14 tahun (laki-laki), 9 tahun (perempuan) dan 6 tahun (laki-laki). Ternyata ibu dari anak-
anak tersebut pernah diobati kusta 3 tahun lalu tapi tidak selesai, juga menderita darah
tinggi. Bapaknya pernah menderita TBC dan sedang dalam proses pengobatan. Keluarga ini
jarang memakai alas kaki, dan anak-anak sering bermain tanpa alas kaki. Anak terkecil
memiliki perut buncit tapi badannya kurus.
RUMUSAN MASALAH

• Laki-laki 14 tahun bercak-bercak putih pada punggung dan lengan diduga kusta.
• Keadaan rumah ukuran 4x4 m di pemukiman padat penduduk, lantai sebagian
masih tanah, sinar matahari sulit masuk ke dalam rumah, keadaan rumah lembab
dan dihuni oleh 5 orang.
• Ibunya pernah diobati kusta 3 tahun lalu tapi tidak selesai.

HIPOTESIS

Dengan pendekatan dokter keluaarga diharapkan dapat menurunkan angka insidens


penyakit kusta 
Mind Pendekatan
dokter

Map keluarga

Penatalaksaan
masalah
Memberikan
kesehatan
usulan Kusta
keluarga secara
mengenai Dalam
biopsikosocial
pemutusan Keluarga
dengan
rantai penyakit
pendekatan
keluarga
Upaya
promotif,
preventif,
kuratif pada
agent, host,
environment
KUSTA

• Definisi : penyakit infeksi kronik karena Mycobacterium leprae, afinitas pertamanya


adalah saraf perifer 🡪 kulit, mukosa traktus respiratorius bagian atas, 🡪 organ lain
(kecuali susunan saraf pusat)
• Pathogenesis : M leprae pathogenesis dan daya invasi yang rendah, penyakit
imunologik
• Gejala Klinis : Lesi kulit (kurang berpigmen, kemerahan / berwarna tembaga), bentuk
(datar, menonjol / nodul), tunggal / multipel,hilangnya sensasi pada kulit, Apusan kulit
• Etiologi : Kuman penyebab Mycobacterium leprae ukuran 3-8 μm x 0,5 μm, tahan
asam dan alkohol serta positif-Gram, sifat intraselular obligat.
KUSTA

• Epidemiologi :
❖Distribusi Penderita Kusta secara Geografi : Insidensi kusta di dunia akhir tahun 2017
= 193.118 kasus , angka prevalensi = 0,3/10.000 penduduk. Indonesia di peringkat 3 di
dunia setelah India (385.485 kasus) & Brazil (25.218 kasus) , jumlah Penderita Kusta
tahun 2017 = 15.910 Penderita Kusta
KUSTA

• Epidemiologi
❖Distribusi Penderita Kusta di Indonesia Menurut Waktu
Prevalensi dan penemuan kasus baru statis tiap tahun
KUSTA

Epidemiologi
❖Distribusi Penderita Kusta Menurut Faktor Manusia
• Etnik atau Suku : Myanmar ( etnik Burma > etnik India), Indonesia –
• Faktor Sosial Ekonomi : sosial ekonomi lemah.
• Distribusi Menurut Usia : bayi sampai usia lanjut (3 minggu sampai lebih dari 70 tahun), >>
usia muda & produktif
• Distribusi Menurut Jenis Kelamin : Indonesia (laki-laki dan perempuan relatif seimbang)
KUSTA

Hal-hal yang Berkaitan Dengan Kejadian Kusta


• Agent : Mycobacterium leprae
• Sumber Penularan : manusia (Indonesia), armadillo (Amerika)
• Cara Keluar dari Pejamu : mukosa hidung manusia (saluran napas bagian atas)
• Cara Penularan : kontak yang lama dengan Penderita Kusta
• Cara masuk ke dalam pejamu : saluran pernapasan bagian atas & kontak kulit yang lama
• Pejamu (host) : faktor infeksi, malnutrisi dan menurunnya kekebalan tubuh
• Lingkungan : lingkungan tempat tinggal terlalu padat, jarak antar rumah terlalu dekat, tidak
memiliki ventilasi, pencahayaan, & sanitasi yang baik
KUSTA

Cara Penemuan Penderita Kusta

❖Penemuan pasif : pasien datang berobat ke puskesmas/pelayanan


kesehatan lainnya atas kemauannya sendiri / saran dari orang lain
Penemuan aktif : Pemeriksaan kontak, Rapid village survey (RVS),
Chase survey, Pemeriksaan anak SD dan sederajat, Leprosy
eliminaton campaign (LEC), Special action program for
elimination leprosy (SAPEL)
Dokter yang bertanggung jawab
KEDOKTERAN melaksanakan pelayanan kesehatan
KELUARGA personal, terpadu, berkesinambungan dan
Definisi proaktif yang dibutuhkan oleh pasiennya
dalam kaitan sebagai anggota dari satu unit
keluarga serta komunitas tempat pasien itu
berada.

Sifat Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif


Kedokteran
Keluarga
Tujuan Terwujud-nya keadaan sehat bagi setiap
Umum anggota keluarga.

Tujuan Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan


pelayanan kedokteran yang lebih efektif dan
Khusus efisien.
PRINSIP PELAYANAN KEDOKTERAN
KELUARGA :

❖ Pelayanan holistik & komprehensif


❖ Pelayanan kontinu
❖ Pelayanan mengutamakan upaya pencegahan
❖  Pelayanan koordinatif & kolaboratif
❖ Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai
bagian integral dari keluarganya
❖ Pelayanan mempertimbangkan keluarga, lingkungan
kerja & lingkungan tempat tinggalnya
❖ Pelayanan menjunjung tinggi etika & hukum
❖ Pelayanan yang dapat diaudit & dapat
dipertanggungjawabkan
❖ Pelayanan sadar biaya & mutu
PENATALAKSANAAN SECARA BIOPSIKOSOSIAL
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA

Bio 🡪 pengobatan, psikososial 🡪 konseling &


edukasi
• Konseling  • Edukasi  
Membantu pasien menyadari Memberikan informasi kesehatan
& memanfaatkan potensi kepada pasien mengenai penyakit
mentalnya seoptimal mungkin kusta: penyebab, pengobatan,
hendaya, dan disabilitas yang
🡪 meningkatkan kualitas
terjadi serta pencegahan
penyesuaian diri & disabilitas, serta informasi
lingkungan, mengurangi mengenai penggunaan alat
tingkat antisosial pasien kusta pelindung diri & faktor risiko
dan disabilitas. lingkungan :
Lantai Rumah

Pencahayaan 
Kelembaban 

Ventilasi 
Kepadatan Penghuni
Rumah 
Ketinggia
RUMAH SEHAT

 Luas ruang tidur minimal


8m2 dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari dua
orang tidur dalam satu
ruang tidur, kecuali anak
Limbah cair tidak dibawah umur 5 tahun.
mencemari sumber air
Tersediannya sarana Limbah padat dikelola
Air bersih dengan penyimpanan makanan dengan baik
kapasitas minimal 60 liter yang aman dan hygiene.
per orang setiap hari.

Kualitas Udara
RUMAH SEHAT

Kualitas air harus memenuhi


persyaratan kesehatan air Bahan bangunan tidak
bersih dan/atau air minum melepaskan zat yang berbahaya
menurut kemenkes. Tidak ada vektor penyakit. bagi kesehatan.

Luas lubang ventilasi alamiah Pencahayaan dapat menerangi


yang permanen minimal 10% seluruh ruangan dengan
luas lantai. intesitas terbaik, tidak
menyilaukan mata.
USAHA PROMOTIF, PREVENTIF DAN KURATIF
TERHADAP HOST, AGENT DAN ENVIRONMENT

Usaha Promotif

❑ Tujuan umum : meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap dan tindakan pasien, keluarga dan
masyarakat untuk mendukung upaya pengendalian penyakit kusta. 
❑ Tujuan khusus : meningkatkan pengetahuan pasien, keluarga dan masyarakat tentang penyakit
kusta termasuk pengobatan dan pencegahan kecacatan kusta. Selain itu, mengatasi masalah stigma
terhadap kusta di masyarakat 

Sasaran :
✔ Sasaran Primer : Pasien kusta, keluarga pasien, tetangga pasien, masyarakat 
✔ Sasaran Sekunder : Kader , Tokoh masyarakat, Tokoh dan kelompok agama, Petugas kesehatan,
Organisasi, Lembaga Swadaya Masyarakat
✔ Sasaran Tersier : Kepala Wilayah/Daerah, Pimpinan dan atau anggota DPRD, Penyandang dana
USAHA PROMOTIF, PREVENTIF DAN KURATIF
TERHADAP HOST, AGENT DAN ENVIRONMENT

Penyuluhan

Ada obat yang dapat Sekurang-kurangnya 80% dari Enam dari tujuh kasus kusta
menyembuhkan semua orang tidak mungkin tidaklah menular pada orang
penyakit kusta terkena kusta lain

Kasus-kasus menular tidak Diagnosis dan


akan menular setelah pengobatan dini dapat
diobati kira-kira 6 bulan mencegah sebagian
secara teratur besar cacat fisik
Usaha Preventif
• mempertahankan seseorang yang telah memiliki
pencegahan faktor resiko agar tidak sakit. 
• mengurangi insidensi penyakit dengan cara
primer mengendalikan penyebab penyakit dan faktor
resikonya

• Deteksi dini penyakit kusta


Pencegahan • pemberian pengobatan

sekunder
• Pencegahan kecacatan
Pencegahan • rehabilitasi

tertier
Pasien multibasiler / MB (jumlah lesi > 5)
Kuratif • Dewasa 
(Pengobatan MDT) Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan petugas).  
❖ 2 kapsul rifampisin @ 300 mg (600 mg) 
Pasien pausibasiler / PB (jumlah lesi 1-5)
❖ 3 tablet lampren @ 100 mg (300 mg) 
• Dewasa
❖ 1 tablet dapson/DDS 100 mg 
Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan petugas)
Pengobatan harian : hari ke 2-28 
❖ 2 kapsul rifampisin @ 300 mg (600 mg) 
❖ 1 tablet lampren 50 mg 
❖ 1 tablet dapson/DDS 100 mg 
❖ 1 tablet dapson/DDS 100 mg 
Pengobatan harian : hari ke 2-28
• 1 blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister 🡪 12-18 bulan 
❖ 1 tablet dapson/DDS 100 mg 
• Anak (umur 10-15 tahun)  
• 1 blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister 🡪 6-9 bulan
Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan petugas).  
• Anak (umur 10-15 tahun)
❖ 2 kapsul rifampisin 150 mg dan 300 mg 
Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan petugas) .
❖ 3 tablet lampren @ 50 mg (150 mg) 
❖ 2 kapsul rifampisin 150 mg dan 300 mg 
❖ 1 tablet dapson/DDS 50 mg
❖ 1 tablet dapson/DDS 50 mg 
Pengobatan harian : hari ke 2-28.
Pengobatan harian : hari ke 2-28.
❖ 1 tablet lampren 50 mg selang sehari
❖ 1 tablet dapson/DDS SO mg 
❖ 1 tablet dapson/DDS 50 mg
• 1 blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister 6-9 bulan.
• 1 blister untuk 1 bulan, dibutuhkan 12 blister 🡪 12-18 bulan.
Pencegahan tertier :
❖ Pencegahan kecacatan :
❖ Rehabilitasi 
• Upaya pencegahan cacat primer:
• rehabilitasi medik, rehabilitasi sosial,
o Diagnosa dini & penatalaksanaan neuritis dan rehabilitasi ekonomi.
o Pengobatan secara teratur & adekuat • rehabilitasi medis untuk cacat tubuh :
operasi & fisioterapi.
o Deteksi dini adanya reaksi kusta • Lainnya : kekaryaan (memberi lapangan
o Penatalaksanaan reaksi kusta pekerjaan sesuai cacat tubuhnya), terapi
psikologik (kejiwaan)
• Upaya pencegahan cacat sekunder:
o Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka
o Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan
untuk mencegah terjadinya kontraktur.
o Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami
kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan.
o Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi.
o Perawatan mata, tangan dan atau kaki yang anestesi atau
mengalami kelumpuhan otot. 
PEMUTUSAN
RANTAI PENULARAN
PENYAKIT

• Pengobatan MDT pada pasien


kusta
• Isolasi pasien
• Vaksinasi BCG
Dari kasus skenario 4 diketahui bahwa anak tersebut menderita kusta. Faktor
penyebabnya yaitu bakteri Mycobacterium leprae (Agen) dan lingkungan
K
sekitar anak tersebut yang tidak sehat. Hal ini dapat dilihat selain dari daerah
E
S tempat tinggal pasien yang endemik kusta, juga keadaan lingkungan rumah
I pasien seperti pencahayaan, kepadatan penghuni rumah, lantai rumah,
M kelembaban dan ventilasi rumah yang dianggap tidak memenuhi konsep
P rumah sehat. Pasien juga berisiko karena terjadi kontak dengan penderita
U kusta atau ibunya dalam waktu yang lama dan sering. Kusta memiliki dampak
L pada aspek biopsikososial. Mengingat tingginya angka kejadian kusta di
A Indonesia, sehingga pemerintah bertanggung jawab dalam penanganan kusta.
N Salah satu- nya dengan pendekatan dokter keluarga yang mana selain
menangani pasien, dokter keluarga juga diharapkan dapat mendiagnosa dini
orang-orang yang berisiko menderita kusta termasuk lingkungan sosial pasien.
Dengan demikian, diharapkan angka kejadian kusta dapat berkurang. 

Anda mungkin juga menyukai