Anda di halaman 1dari 7

Tidur dan Signifukansi Kultural dari

Mimpi
Sleep is a nonwaking state of consciousness characterized by general
unresponsiveness to the environment and general physical
immobility.
Selama tidur, daya respons ke stimulasi eksternal terutama visual,
menghilang tetapi tidak sepenuhnya lenyap.
Ada variasi individu yang luar biasa dalam bagaimana kita"terjaga"
ketika tidur. Selain itu, praktek-praktek budaya, pengaturan tidur, dan
kondisi lingkungan umum dapat mempengaruhi respon masyarakat
terhadap rangsangan eksternal selama tidur.
Ada juga variasi individu yang signifikan dalam hal durasi tidur
Mimpi merupakan rentetan gambaran sesuatu yang terjadi saat tidur.
McManus et al (1993) membagi 2 tipe kultur dari segi intepretasinya:
a) Monophasic melihat pengalaman kognitif hanya terjadi saat manusia terjaga dan
tidak memasukkan mimpi ke dalam proses persepsi dan kognisi sosial mimpi
dianggap sebagai indikasi tidak langsung dari perhatian, rasa takut, dan keinginan
si pemimpi
b) Polyphasic menghormati mimpi dan menganggapnya sebagai bagian dari realitas
Psikoanalisa juga membahas mengenai interpretasi mimpi. Biasanya para
ahli mencoba menginterpretasi makna mimpi, termasuk mimpi yang tidak
jelas bagi si pemimpi yang menerima konseling psikologis. Karena mimpi
dianggap sebagai petunjuk individual.
ilmu sains kontemporermimpi adalah fenomena biologis murni yang
tidak mengandung makna psikologis.
Meskipun ada perbedaan yang signifikan dalam isi manifest dari
mimpi (yaitu, konten yang sebenarnya dari mimpi ingat), isi laten (arti
mimpi ini) diyakini dapat dibandingkan secara lintas kultural.
Mimpi Manifest: isi mimpi yang diceritakan seseorang
Mimpi Laten: pesan yang ingin disampaikan lewat mimpi yang ingin
dicertakan seseorang
Altered States of Consciousness ASC adalah nama umum untuk fenomena
yang berbeda dari kesadaran yang berlangsung normal dan termasuk di
dalamnya persepsi dan sensasi mistik, seperti meditasi, hipnosis, trance,
kesurupan/kerasukan.
Trance adalah keadaan seperti tidur yang ditandai dengan berkurangnya
sensitifitas terhadap rangsangan, kehilangan atau perubahan pengetahuan, dan
aktivitas motorik otomatis. Trance sering disebabkan oleh sumber-sumber
eksternal, seperti musik, bernyanyi, dan saran langsung dari orang lain.
Trance dapat memberikan rasa perlindungan, kebijaksanaan, dan keagungan.
Bagi kelompok dapat memberikan rasa kebersamaan dan kesatuan: doa
bersama, konser, dan seremoni agama
Kerasukan berkaitan dengan stress yang terakumulasi pada diri korban karena
berbagai macam hal misalnya: kekecewaan dalam pekerjaan, konflik kerja, dan
kesulitan ekonomi.
Meditasi adalah keadaan tenang dan santai ketenangan di mana
seseorang mencapai integrasi dari pikiran, persepsi, dan sikap.
Biasanya, keadaan ini dicapai dengan kerjasama dari prinsip khusus
atau keyakinan.
Dalam Buddhisme, misalnya, diyakini bahwa meditasi menimbulkan
pemahaman realitas lebih jelas dan mendalam.
Meditasi dapat menjadi sarana terapi kerena dapat mereduksi stress.
Dalam psikologi kontemporer meditasi merupakan control diri dari
keterikatan dengan orang lain dan mencapai keadaan damai dan
tenang.
Budaya dan intelegensi
Kata intelligence dalam bahasa inggris berasal dari sebuah kata latin inteligentia
yang dimunculkan sekitar 2000 tahun silam oleh orator Romawi, Ciceros. Di
Amerika Serikat kita menggunakan istilah intellegensi untuk mengacu pada
sejumlah kemampuan, keterampillan, bakat dan pengetahuan yang berbeda yang
secara umum mengacu pada kemampuan kognitif atau mental.
Beberapa teori psikologi yang menjelaskan mengenai intelegensi seperti : Piaget
Theory, Spearman, Thurstone, dan Guilford.
Singkatnya intelegensi adalah perpaduan dari berbagai kemampuan intelektual
berpusat di sekitar tugas-tugas verbal dan analitik. Selain pengetahuan murni,
kemampuan untuk berpikir secara logis dan deduktif tentang isu-isu dan peristiwa
hipotetis dan abstrak umumnya dianggap sebagai bagian dari inteligensi
Perbedaan Budaya Dalam
Intelegensi
Menekankan permasalahan pada perbedaan Bahasa di tiap negara dan
adanya perbedaan budaya dalam memaknai intelegensi.
Dengan demikian, adanya perbedaan dalam skor inteligensi diantara
kelompok kelompok budaya barangkali merupakan akibat atau hasil dari
(1) perbedaan keyakinan tentang apa yang disebut dengan intelegensi itu
atau (2) ketidaktepatan pengukuran intelegensi terkait budaya.
Permasalahan kedua yang menarik perhatian para pemerhati psikologi
lintas budaya adalah apakah perkembangan intelegensi manusia
berlangsung dalam tahapan yang universal dalam lintas budaya

Anda mungkin juga menyukai