Anda di halaman 1dari 16

PROBLEMATIKA

SUMBER DAN TERTIB HUKUM INDONESIA


(Masukan atas RUU Tentang Perubahan Atas UU No. 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)

Dr. Jazim Hamidi,SH., MH.


Beberapa Persoalan Penting?

1. Revitalisasi Kinerja
Balegnas/BPPPN DPR
RI Dalam
Pembentukan
Peraturan Per-UU-an
2. Menyoal tentang
Sumber dan Tertib
Hukum di Indonesia?
3. Kritisi atas UU No. 12
Tahun 2011
4. Postcriptum
1. Revitalisasi Kinerja Balegnas/BPPN DPR RI Dalam
Pembentukan Peraturan Per-UU-an

Potret Kinerja Baleg DPRRI Alternatif Solusinya:


Berangkat dr 9 11 Tugas Baleg Penguatan sarana yg dapat
(Ps 42 (1) Tatib DPRRI Th 2005 jo. mendukung optimalisasi 11
Ps 102 UU No. 27 Th 2009): tugas Baleg di atas.
beberapa tugas yg efektif al;
menyusun Prolegnas, Peningkatan
menyiapkan RUU Usul Inisiatif profesionalisme anggota
DPR, dan harmonisasi RUU. Baleg. (sbg center of law
Sementara tugas yg lain msh blm DPR, seperti BPHN).
optimal, seperti: mencari Peningkatan kuantitas dan
masukan untuk RUU, evaluasi kualitas Tenaga Ahli.
thd materi UU, sosialisasi UU,
dan inventarisasi masalah hk dan
Peningkatan sistem
p-uu-an di akhir jbtn agt. DPR. informasi legislasi, referensi,
Dasar hk: Psl 20 (1-5) UUD 45, Psl dan, management organisasi
16 (1) UU 12/2011, UU 27/2009, yg modern (seperti di MK
dan Pasal 39-42 Tatib DPR.RI RI).
Tahun 2005.
2. Menyoal Sumber dan Tertib Hukum di
Indonesia?
Grundnorm (Hans GN
GN = Poklamasi
Kelsen)

KON-
STITUSI

SISTEM
UNDANG-UNDANG HUKUM

PERATURAN PELAKSANAAN
TINGKAT NASIONAL

PERATURAN DAERAH

PERATURAN DESA
GN = Proklamasi

Staatsfundamentalnorm NP
(Hans Nawiasky)
PANCASILA

KONSTI SISTEM
HUKUM
TUSI

UNDANG-UNDANG

PERATURAN PELAKSANAAN
TINGKAT NASIONAL

PERATURAN DAERAH

PERATURAN DESA

Jadi dlm pembaruan UU 12/2011 ke depan harus dimunculkan sumber hukum


materiil (spt Ketetapan No: XX/MPRS/1966), selain sumber hukum formal yg ada.
INDIKATOR GRUNDNORM
& STAATSFUNDAMENTALNORM
Grundnorm adalah sesuatu Staatsfundamentalnorm itu
yang abstrak, diasumsikan merupakan norma hukum
adanya, dan berlaku secara yang tertinggi dalam suatu
universal. Norm disini negara (termasuk dalam
bersifat umum. hukum positif).
Ia tidak gesetzt, melainkan Norma hukum tertinggi dalam
vorausgesetzt (ia tidak suatu negara itu cenderung
ditetapkan, tetapi berubah, maka dia
diasumsikan ada oleh akal menggunakan sebutan
budi). Staatsfundamentalnorm, dan
Ia tidak termasuk ke dalam bukan Grundnorm atau
tata hukum positif, ia ada Staatsgrundnorm seperti
diluar dan menjadi landasan Kelsen.
keberlakuaan tertinggi tata Staatsfundamentalnorm
hukum positif ( meta merupakan suatu norma yang
juristic) menjadi dasar bagi
Grundnorm: man soll sicht pembentukan konstitusi atau
so verhalten, wie die Undang-undang Dasar.
Verfassung vorschreibt Staatsfundamentalnorm ada
(bahwa seseorang sebelum konstitusi terbentuk.
seyogianya berprilaku/
mentaati apa yang Staatsfundamentalnorm
ditetapkan oleh konstitusi). berbentuk tertulis.
3. Kritisi atas UU No. 12 Tahun 2011

UU No. 12 Tahun 2011 UU No. 10 Tahun 2004


UUD 1945 UUD 1945

TAP MPR UU/PERPU

UU/PERPU PP

PP PERPRES

PEPRES
PERDA P/Kb/Kt
PERDA prov

PERDES
PERDA kab/kot

Posisi Perdes tidak mendapat tempat, karena Pasal 8 Ayat (1) tidak secara tegas mengaturnya.
Tetapi UU Desa yang baru telah mengatur secara tegas atas keberadaan Perdes (lihat Pasal 1
butir 7 dan Pasal 26 Ayat (2) ayat d UU No. 6 Tahun 2014 ttg DESA).
Sepuluh Persoalan Dalam RUU ttg
Perubahan atas UU No. 12 Tahun 2011 :
1. Penamaan UU.
UU PPP kurang tepat, karena belum
menggambarkan luasnya substansi yang
diaturnya. (Mengulang UU No.10 Tahun
2004)
Saya tawarkan namanya dirubah menjadi:
UU No. 12 Tahun 2011 ttg Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan menjadi
Sumber Tertib Hukum dan Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
2. Pada Konsideran Menimbang:
Pada konsideran menimbang, UU No.12
Tahun 2011 ttg PPP belum menyinggung
dasar pertimbangan filosofis yg memadai.
Utamanya terkait dengan paradigma dan
tujuan UU ini dibuat.
Pada konsideran mengingat, dasar
pertimbangan hukum-nya sangat simple dan
kurang lengkap,spt: ketentuan Pasal 4 ayat (4)
Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status
Hukum Ketetapan MPR/MPRS Rl Tahun 1960
sampai dengan Tahun 2002 (demikian jg
secara horizontal tdk menyebut UU serezim yg
lain).
3. Pada Pasal 1 Bagian Ketentuan Umum:
- Bagian ini tidak menyinggung keberadaan
dan pengertian ttg Sumber Hukum atau
Sumber dari Segala Sumber Hukum
Negara dan juga pengertian Hierarkhi
Peraturan Perundang-undangan.
- Padahal tidak mungkin sumber hukum formil
itu ada tanpa sumber hukum materiiel..
- Sumber hukum materiel sungguh sangat
penting untuk mengapresiasi dinamika
pembentukan peraturan yg sejalan dengan
denyut nadi baik masyarakatnya.
4. Mengenai hierarki peraturan perundang-undangan
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 dan 8 UU No. 12
Tahun 2011.
- Karena Ketetapan MPR dimunculkan lagi?
- Peraturan lain, seperti: Peraturan Menteri, Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota itu juga bersifat mengatur
(beleidsregel). Hal ini perlu dipikirkan ke depan?
6. Penyisipan empat pasal ke dalam Pasal 16 s.d 18,
adalah sangat tepat dan penting adanya dalam rangka
penguatan tugas dan fungsi Kelembagaan Balegnas
dan Prolegnasnya.
7. Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tg Desa penyebutan
Balegnas diganti dengan Badan Pembentuk Undang-
Undang
7. Peraturan Delegasi (delegated legislation) mempunyai
peranan yg sangat penting dan terus berkembang
dewasa ini.
- Seperti dalam Pasal 22, 23, dan 24 Ketentuan lebih
lanjut mengenai diatur dengan Peraturan Pemerintah.
- Penuangan Peraturan Delegasi tersebut harus
memperhatikan: asas delegatus non potest delegare
artinya penerima delegasi tidak berwenang
mendelegasikan lagi tanpa persetujuan pemberi delegasi.
- Materi muatan peraturan delegasi hanya dapat mengatur
yg didelegasikan dan tidak boleh bertentangan dgn
peraturan perundang-undangan yg lebih tinggi. Oki,
bentuk, materi, dan ruang lingkup peraturan delegasi
harus rijid dan tegas. Jika tidak, dapat batal demi hukum.
- Hindari adanya delegasi blangko.
8. Mengenai keberadaan Naskah Akademik,
menjadi wajib hukumnya bagi setiap
pembentukan RUU maupun Raperda.
Lihat Pasal 48 UU No. 12 Tahun 2011, dan
setiap Naskah Akademik seyogianya
merupakan hasil penelitian. Namun, hingga
sekarang belum ada kerjasama integratif
antatra Litbang, PDIH, LPPM, BEJ, dsb.
9. Sebelum Pasal 96 ditambahkan Bab X
tentang: Partisipasi Masyarakat, baik secara
individu, kolektif, atau bersama-sama. Konsep
partisipasi di sini tentu harus disediakan
melalui on-line/digital.
f
10. Pada bagian Penutup
Pasal 100-nya menyebutkan bahwa pada saat undang-
undang ini mulai berlaku, maka beberapa peraturan
yang lain inyatakan tidak berlaku dan/atau dicabut.
Konsep seperti ini disebut urgensi politik seleksi.

Politik Seleksi ini penting untuk menjaga supaya


tidak terjadi kekosongan Undang-Undang.
Postcriptum:

Sumber Hukum Materiel


dan Formil, penting

Beleidsrehgels perlu
diapresiasi dlm UU ini

Penataan ulang hierarkhi


P-UU-an

Ilmu Legimetik perlu


dikembangkan di Ind
Sekian
&
Terimakasih

Jazim Hamidi
HP. 08123304428, e-mail: jazimub@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai