1. Revitalisasi Kinerja
Balegnas/BPPPN DPR
RI Dalam
Pembentukan
Peraturan Per-UU-an
2. Menyoal tentang
Sumber dan Tertib
Hukum di Indonesia?
3. Kritisi atas UU No. 12
Tahun 2011
4. Postcriptum
1. Revitalisasi Kinerja Balegnas/BPPN DPR RI Dalam
Pembentukan Peraturan Per-UU-an
KON-
STITUSI
SISTEM
UNDANG-UNDANG HUKUM
PERATURAN PELAKSANAAN
TINGKAT NASIONAL
PERATURAN DAERAH
PERATURAN DESA
GN = Proklamasi
Staatsfundamentalnorm NP
(Hans Nawiasky)
PANCASILA
KONSTI SISTEM
HUKUM
TUSI
UNDANG-UNDANG
PERATURAN PELAKSANAAN
TINGKAT NASIONAL
PERATURAN DAERAH
PERATURAN DESA
UU/PERPU PP
PP PERPRES
PEPRES
PERDA P/Kb/Kt
PERDA prov
PERDES
PERDA kab/kot
Posisi Perdes tidak mendapat tempat, karena Pasal 8 Ayat (1) tidak secara tegas mengaturnya.
Tetapi UU Desa yang baru telah mengatur secara tegas atas keberadaan Perdes (lihat Pasal 1
butir 7 dan Pasal 26 Ayat (2) ayat d UU No. 6 Tahun 2014 ttg DESA).
Sepuluh Persoalan Dalam RUU ttg
Perubahan atas UU No. 12 Tahun 2011 :
1. Penamaan UU.
UU PPP kurang tepat, karena belum
menggambarkan luasnya substansi yang
diaturnya. (Mengulang UU No.10 Tahun
2004)
Saya tawarkan namanya dirubah menjadi:
UU No. 12 Tahun 2011 ttg Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan menjadi
Sumber Tertib Hukum dan Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
2. Pada Konsideran Menimbang:
Pada konsideran menimbang, UU No.12
Tahun 2011 ttg PPP belum menyinggung
dasar pertimbangan filosofis yg memadai.
Utamanya terkait dengan paradigma dan
tujuan UU ini dibuat.
Pada konsideran mengingat, dasar
pertimbangan hukum-nya sangat simple dan
kurang lengkap,spt: ketentuan Pasal 4 ayat (4)
Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status
Hukum Ketetapan MPR/MPRS Rl Tahun 1960
sampai dengan Tahun 2002 (demikian jg
secara horizontal tdk menyebut UU serezim yg
lain).
3. Pada Pasal 1 Bagian Ketentuan Umum:
- Bagian ini tidak menyinggung keberadaan
dan pengertian ttg Sumber Hukum atau
Sumber dari Segala Sumber Hukum
Negara dan juga pengertian Hierarkhi
Peraturan Perundang-undangan.
- Padahal tidak mungkin sumber hukum formil
itu ada tanpa sumber hukum materiiel..
- Sumber hukum materiel sungguh sangat
penting untuk mengapresiasi dinamika
pembentukan peraturan yg sejalan dengan
denyut nadi baik masyarakatnya.
4. Mengenai hierarki peraturan perundang-undangan
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 dan 8 UU No. 12
Tahun 2011.
- Karena Ketetapan MPR dimunculkan lagi?
- Peraturan lain, seperti: Peraturan Menteri, Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota itu juga bersifat mengatur
(beleidsregel). Hal ini perlu dipikirkan ke depan?
6. Penyisipan empat pasal ke dalam Pasal 16 s.d 18,
adalah sangat tepat dan penting adanya dalam rangka
penguatan tugas dan fungsi Kelembagaan Balegnas
dan Prolegnasnya.
7. Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tg Desa penyebutan
Balegnas diganti dengan Badan Pembentuk Undang-
Undang
7. Peraturan Delegasi (delegated legislation) mempunyai
peranan yg sangat penting dan terus berkembang
dewasa ini.
- Seperti dalam Pasal 22, 23, dan 24 Ketentuan lebih
lanjut mengenai diatur dengan Peraturan Pemerintah.
- Penuangan Peraturan Delegasi tersebut harus
memperhatikan: asas delegatus non potest delegare
artinya penerima delegasi tidak berwenang
mendelegasikan lagi tanpa persetujuan pemberi delegasi.
- Materi muatan peraturan delegasi hanya dapat mengatur
yg didelegasikan dan tidak boleh bertentangan dgn
peraturan perundang-undangan yg lebih tinggi. Oki,
bentuk, materi, dan ruang lingkup peraturan delegasi
harus rijid dan tegas. Jika tidak, dapat batal demi hukum.
- Hindari adanya delegasi blangko.
8. Mengenai keberadaan Naskah Akademik,
menjadi wajib hukumnya bagi setiap
pembentukan RUU maupun Raperda.
Lihat Pasal 48 UU No. 12 Tahun 2011, dan
setiap Naskah Akademik seyogianya
merupakan hasil penelitian. Namun, hingga
sekarang belum ada kerjasama integratif
antatra Litbang, PDIH, LPPM, BEJ, dsb.
9. Sebelum Pasal 96 ditambahkan Bab X
tentang: Partisipasi Masyarakat, baik secara
individu, kolektif, atau bersama-sama. Konsep
partisipasi di sini tentu harus disediakan
melalui on-line/digital.
f
10. Pada bagian Penutup
Pasal 100-nya menyebutkan bahwa pada saat undang-
undang ini mulai berlaku, maka beberapa peraturan
yang lain inyatakan tidak berlaku dan/atau dicabut.
Konsep seperti ini disebut urgensi politik seleksi.
Beleidsrehgels perlu
diapresiasi dlm UU ini
Jazim Hamidi
HP. 08123304428, e-mail: jazimub@gmail.com