Anda di halaman 1dari 34

1) Resusitasi berhasil

Bayi menangis, bernapas spontan dan teratur sesudah


langkah awal/ sesudah ventilasi
2) Resusitasi belum/kurang berhasil
Perlu rujukan.
Yaitu: sesudah resusitasi 2 menit belum
bernapas/megap-megap atau pada pemantauan kondisi
memburuk
3) Resusitasi tidak berhasil
Sesudah resusitasi 10 menit dari bayi tidak bernapas dan
tidak terdengar detak jantung
RESUSITASI BERHASIL
Ajari ibu atau keluarga melakukan pemantauan BBL agar ibu segera memperoleh pertolongan
bila bayi mengalami masalah
Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
Mengamati adanya napas megap-megap
Mengamati apakah bayi merintih
Mengamati adanya tarikan dinding dada
Mengamati apakah tubuh dan bibir biru
Mengamati apakah bayi teraba dingin/demam
Hitung frekwensi napas,apakah <40x/mnt atau >60x/mnt
Hitung frekwensi jantung,apakah <120x/mnt atau >160x/mnt
Mengamati apakah tubuh bayi pucat
Mengamati apakah tubuh bayi kuning
Mengamati apakah bayi lemas
Mengamati apakah bayi kejang

RUJUK SEGERA bila ada salah satu tanda2 bahaya di atas,sebelum dirujuk lakukan tindakan
pra rujukan
Pemantauan dan perawatan tali pusat
Pantau perdarahan tali pusat,jika ikatan lepas lapor bidan
Jelaskan perawatan tali pusat yg benar pada ibu/keluarga

Bila napas bayi dan warna kulit normal,berikan


bayi pada ibunya
Letakkan bayi di dada ibu (kontak kulit ke kulit) dan selimuti
keduanya dg kain hangat agar bayi tetap hangat
Anjurkan ibu menyusui bayinya dlm 1 jam pertama
Anjurkan ibu mengusap bayinya dgn kasih sayang
Pencegahan Hipotermi
Baringkan bayi dlm ruangan >25 C bersama dgn ibunya
Dekap bayi (kontak kulit ke kulit ibu) sesering mungkin
Tunda memandikan bayi smp 6-24 jam dan bayi stabil
Timbang berat badan terselimuti,kurangi berat selimut
Jaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan,buka selimut bayi sebagian-sebagian

Pemberian vitamin K1 (Phytomenadione)


Beri suntikan vit K1 di paha kiri anterolateral 1 mg IM , untuk mencegah perdarahan bayi
baru lahir

Pencegahan infeksi
Beri salep mata antibiotika
Beri imunisasi Hepatitis B 0,5ml IM di paha kanan,1 jam setelah pemberian vit K1
Beritahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi
Pemeriksaan fisik
Lihat dan raba kepala bayi
Lihat mata bayi
Lihat mulut dan bibir bayi
Lihat dan raba tulang punggung bayi
Lihat dan raba lengan dan tungkai,gerakan tumit,hitung jumlah jari
Lihat alat kelamin dan tentukan jenis kelamin,adakah kelainan
Pastikan adanya lubang anus & uretra,adakah kelainan
Pastikan adakah BAB & BAK
Pemeriksaan lengkap sebaiknya dilakukan dlm 24 jam dan
setelah bayi stabil
Pencatatan dan pelaporan
Isi partograf secara lengkap
Penting dicatat DJJ
Bila ada gawat janin tuliskan apa yg dilakukan
Air ketuban bercampur mekonium?

Bila bayi mengalami Asfiksia perlu catatan khusus di formulir BBL


Nama ibu,tempat,tgl melahirkan dan waktunya
Kondisi bayi
Apakah ada gawat janin sebelumnya?
Apakah bayi cukup bulan
Apakah air ketuban bercampur mekonium
Apakah bayi menangis spontan atau bernapas
Apakah tonus otot baik
Waktu mulai resusitasi
Langkah resusitasi yang dilakukan
Hasil resusitasi
Jika persalinan di rumah,sebaiknya bidan
tinggal bersama keluarga bayi untuk
memantau bayi minimal 2 jam pertama

Lakukan pencatatan di buku KIA


Yaitu: sesudah resusitasi 2 menit belum bernapas/megap-megap
atau pada pemantauan kondisi memburuk
Konseling
Jelaskan pada ibu dan keluarga
Bayi ditujuk dgn ibu didampingi bidan
Minta keluarga utk siapkan transportasi,ada keluarga yg
menemani selama rujukan
Beritahu tempat rujukan
Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain
Lanjutkan resusitasi bila diperlukan
Pantau tanda bahaya
Pantau dan rawat tali pusat
Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, kenakan
tutup kepala, bila perlu perawatan bayi lekat
Beri vit K1 jika keadaan bayi baik,dan tdk diresusitasi
Cegah infeksi,beri salep antibiotika,jika tdk
diresusitasi
Ibu sebaiknya menyusui segera kecuali ada gangguan
napas dan kontraindikasi lainnya
Buat surat rujukan
Lakukan pencatatan pada formulir BBL,buku KIA dan
pelaporan khusus
Bayi tidak bernafas setelah resusitasi 10 mnt dari DJJ 0 bayi
meninggal
Konseling :
Tentang tindakan resusitasi dan kematian bayi
Jawab setiap pertanyaan ibu
Berikan asuhan kpd bayi, keluarga, tetap perhatikan nilai
budaya kebiasaan setempat
Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan mereka
Bicarakan keinginan keluarga thd bayi yg meninggal
Ibu perlu istirahat, makanan bergizi, dukungan moral
Ibu tdk mulai bekerja kembali dlm wkt cepat
Payudara membengkak 2-3 hari, ibu demam
Cara menghindari pembengkaan payudara:
Gunakan BH yg ketat atau balut payudara dg tekanan memakai

selendang/kemben/kain shg ASI tdk keluar jangan

memerah ASI dan merangsang payudara

Perubahan hormon pasca kehamilan


ibu sgt sensitif apalagi bayi meninggal
bicarakan dg keluarga
ASUHAN TINDAK LANJUT PASCA RESUSITASI

ASUHAN PASCA LAHIR (USIA 2-24 JAM SETELAH LAHIR)


Kunjungan rumah (kunjungan neonatus 0-7 hari)
Gunakan algoritma MTBM untuk penilaian, klasifikasi,
tindakan dan pengobatan lebih lanjut :
Kunjungan rumah klasifikasi merah sgr rujuk, klasifikasi kuning kunjungi
kembali hari ke-2, klasifikasi hijau perawatan BBL di rumah
Kunjungan rumah neonatus 8-28 hari

Dukungan dan konseling perawatan bayi:


Informasi asuhan/perawatan bayi untuk didiskusikan dg keluarga
Tanda-tanda bahaya
Menyusui bayi
Menjaga bayi tetap hangat
Melindungi bayi dari infeksi
PRINSIP DASAR P.I
Melindungi bayi dan tenaga kesehatan terhadap resiko
infeksi.
Bayi baru lahir yg mengalami asfiksia sgt rentan
terhadap infeksi

Pedoman Tindakan P.I :


1) Cuci tangan
2) Memakai sarung tangan dan pelindung
3) Teknik Antiseptik
4) Memproses alat habis pakai
5) Menjaga kebersihan dan pembuangan sampah
Cuci Tangan
Tangan adalah penyebab infeksi tersering
Cuci tangan adalah cara terpenting untuk mengurangi penyebaran
infeksi
Indikasi cuci tangan:
o Sebelum
Merawat klien
Memakai sarung tangan steril/ DTT
o Setelah
Kedua tangan terkontaminasi
Melepas sarung tangan
Ada 2 cara cuci tangan:
1) Dengan sabun dan air mengalir
2) Menggunakan campuran alkohol dan propylene glikol
(2 ml gliserin pada 100 ml alkohol 60-90 %)
Sarung Tangan
Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan merupakan
komponen kunci dalam meminimalkan penularan
penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas
infeksi

Kapan memakai sarung tangan:


o Akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah atau duh
tubuh
o Akan melakukan tindakan medik
o Akan membersihkan sampah terkontaminasi
Dengan penyebab :
Robek / berlubang
Menyentuh obyek non steril
Menyentuh bagian luar ST dengan tangan yang tidak
memakai ST

Cara Mengganti :
Lepas Sarung Tangan dan Masukkan Dalam Larutan
Klorin 0,5 % / Buang di tempat sampah
Yang perlu diperhatikan:
Pakai sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
Ganti sarung tangan secara berkala untuk
tindakan lama
Potong kuku pendek
Pakai cairan pelembab yang tidak berlemak
Jangan simpan sarung tangan di tempat terlalu
panas/ dingin.
Adalah proses pengurangan jumlah mikro organisame
pada kulit, selaput lendir atau jaringan tubuh lain
dengan menggunakan bahan antimikroba (anti septik)

Bahan Anti Septik


Bahan kimia yang dipakai pada kulit/ jaringan yang
dapat membunuh micro organisme sehingga dapat
mengurangi jumlah bakteri.
contoh: Alkohol, cairan yodium.
PEMROSESAN ALAT BEKAS PAKAI
DEKONTAMINASI
RENDAM DALAM LARUTAN KLORIN SELAMA10

CUCI BILAS
GUNAKAN DETERJEN DAN SIKAT
PAKAI SARUNG TANGAN TEBAL/KERJA

STERILISASI D.T.T
OTOKLAF
106 KPa
PANAS KERING REBUS/KUKUS
30 KIMIAWI
terbungkus PANCI TERTUTUP RENDAM
170 * C
20 tak terbung- 20 MENIT 20 MENIT
60 MENIT
kus
DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN

Alat yang sdh diproses dpt disimpan dlm wadah tertutup yg DTT
Selama I minggu ( asal tidak dibuka )
LANGKAH I: DEKONTAMINASI
Dekontaminasi dilakukan dengan cara merendam
alat/barang ke dalam larutan dekontaminasi

Tujuan Dekontaminasi:
Membunuh virus (virus hep. B, hep. C dan HIV) dan jenis
kuman lain
Membuat aman selama sewaktu pencucian
Membuat alat mudah dicuci
Pencucian dilakukan dengan deterjen dan air. Langkah ini perlu
dilakukan untuk menghilangkan kotoran seperti darah dan feses
yang menghalangi proses sterilisasi atau DTT.
Pencucian alat dan bahan habis pakai dilakukan setelah
dekontaminasi dengan cara menyikat dengan sikat, deterjen
dan air.

Tujuan pencucian:
Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran
yang menempel pada alat dan bahan habis pakai.
Mengurangi jumlah kuman
Membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.
DTT atau sterillisasi dilakukan dengan cara merebus atau
mengukus.

Tujuan DTT:
Membunuh kuman
DTT dapat membunuh semua kuman kecuali Endospora.
Endospora adalah bakteri yang membentuk lapisan luar yang
keras membungkus kuman sehingga sulit dibunuh, kuman
tetanus atau gas gangren dapat membentuk endospora.

DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan kontak
dengan kulit maupun mukosa membran yang tidak utuh.
DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.

1) Merebus
dilakukan dengan cara merebus alat yang digunakan untuk
resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa penghisap lendir.

2) Mengukus
dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan uap air
panas. Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti
tabung resusitasi dan pipa penghisap lendir dapat dilakukan
dengan mengukus.
LANGKAH IV: PENYIMPANAN
Setelah tindakan pencegahan infeksi, alat/barang sebaiknya
digunakan atau disimpan secepatnya sehingga tidak
terkontaminasi. Penyimpanan secara benar sama pentingnya
seperti dekontaminasi, pencucian dan DTT.

Tujuan DTT:
Penyimpanan alat dilakukan sesudah DTT atau sterilisasi
sehingga tidak terjadi kontaminasi alat tersebut.
Pencegahan infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi:
Meja resusitasi
Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudan cuci dengan
sabun dan air, dikeringkan dengan udara/angin.
Tabung resusitasi
lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur (1 mgg, 2 mgg,
setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Pencegahan infeksi
tabung resusitasi juga dilakukan setiap habis digunakan. Pisahkan
masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.
Singkup silikon dan katup karet
o Sungkup silikon dapat direbus
o Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi
Alat penghisap atau sarung tangan yang dipakai ulang
Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi
Kain dan Selimut
lakukan dekontaminasi, pencucian kemudian keringkan dengan
angin/udara atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih
dan kering
Bahan/alat habis pakai
Lakukan dekontaminasi untuk BHP seperti kasa, sarung tangan, pipa
kateter, dsb selama 10 menit sebelum membuangnya ke tempat
yang aman

Beri tanggal dan rotasikan BHP (masuk dulu keluar dulu)


Alat disimpan dalam keadaan terbungkus, alat yang dibungkus dengan
baik dapat dianggap steril bila tetap utuh bungkusnya dan kering
Gunakan alat yang tak terbungkus se segera mungkin atau simpan dalam
bak tertutup yang telah di DTT untuk kurang lebih 2 minggu.
85 % SAMPAH PKM.TIDAK TERGOLONG BAHAYA
KERTAS, KOTAK, BOTOL
WADAH PLASTIK , MAKANAN
15 % YANG BERBAHAYA
TERKONTAMINASI :
BERBAHAYA ( TIDAK INFEKSIUS )
DARAH, NANAH, URIN,
TINJA , DUH TUBUH BAHAN KIMIA ATAU FARMASI
BEKAS PEMBALUT, SAMPAH SITOTOKSIK
SAMPAH DARI UGD, SAMPAH LOGAM BERAT
SAMPAH DARI WADAH BEKAS BERISI GAS
LABORATORIUM
PENGELOLAAN SAMPAH
MELINDUNGI :
Petugas, Penyebaran Infeksi Pada Petugas, Penularan
Infeksi Di Masyarakat,bahan Berbahaya

HINDARI TUMPUKAN SAMPAH TERBUKA :


Obyek pemulung, dapat menyebabkan perlukaan, bau
busuk, mengundang lalat-hewan
P.P.D PENGUBURAN
PEMBAKARAN

KONTENER
GALIAN DALAM
BAHAN KERTAS GELAS /
SAMPAH MEDIS LOGAM

DEKONTAMINASI
CUCI BERSIH
BARU DIPAKAI
ENKAPSULASI :
Cara membuang benda tajam.
Bila kontener isi penuhi dengan pasir dan semen
Bila kering bisa dimanfaatkan

SAMPAH CAIR TERKONTAMINASI :


Pakai PPD
Buang kedalam toilet, wastavel, Lubang tertutup
Dekontaminasi kontener
Wabah kolera : tuangi dengan serbuk kaporit , baru
dibuang
Wadah bertekanan gas
Sampah kimia reaktif
Sampah garam perak, radiografik
Plastik yg mmengandung polivinil klorida
(pembungkus darah, selang iv atau spuit sekali pakai)
Pecahan termometer, bekas baterai, dinding
kayu yang dicat timah tebal.

Anda mungkin juga menyukai