Anda di halaman 1dari 21

PEMANASAN

GLOBAL
(Global Warming)
Anggota Kelompok
Anisa Dyah Berlianti
Astrid Winda A.S.
Cintania S. Lyan P.
Fadilah Herdiana Wanti
Gejala
Pemanasan Global
Efek Rumah Kaca

Merupakan proses pemanasan


permukaan suatu benda langit
yang disebabkan oleh
komposisi dan keadaan
atmosfernya.

Efek rumah kaca disebabkan


karena meningkatnya konsentrasi
gas karbon dioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya di atmosfer.
Emisi Karbon dan Perubahan Iklim

Emisi karbon adalah salah satu Dengan adanya akumulasi panas yang
penyebab utama pemanasan global berlebihan di atmosfer bumi, iklim
yang menimbulkan efek perubahan global melakukan penyesuaian. Salah
iklim. Jenis gas rumah kaca yang satunya ditandai dengan peningkatan
memberikan sumbangan paling besar temperatur bumi, serta berubahnya
bagi emisi karbon adalah CO2, iklim regional, pola curah hujan,
metana, dan dinitro oksida yang penguapan, dan pembentukan awan.
sebagian besar dihasilkan dari Hal itu disebut perubahan iklim.
pembakaran bahan bakar fosil di
sektor energi dan transportasi, serta
pembakaran hutan.
Dampak
Pemanasan Global
Mencairnya Es

Es di kutub dapat mencair akibat suhu yang meningkat di


wilayah tersebut. Sebagaimana kita ketahui, titik beku air
adalah 0o C dan diatas suhu tersebut, es di kutub akan
mencair.

Selain terjadi karena meningkatnya suhu rata-rata


permukaan bumi akibat pemanasan global, hal tersebut
juga dapat disebabkan oleh kerusakan atmosfer akibat
terjadinya pelesan zat freon ke udara serta polusi dari bahan
bakar pesawat yang merusak lapisan atmosfir).
Akibat Mencairnya Es di Kutub : Upaya yang Dapat Dilakukan
1. Naiknya permukaan air laut hingga 40 untuk Mencegah
meter 1. Mengurangi penggunaan bahan
2. Hilangnya pulau-pulau kecil bakar fosil serta beralih
3. Tenggelamnya kota-kota disekitar menggunakan energi alternatif
pantai yang ramah lingkungan
4. Hilangnya pantai-pantai karena 2. Meningkatkan kesadaran
tertutup air masyarakat tentang pemanasan
5. Terancam punahnya hewan-hewan global dan dampaknya bagi
yang berhabitat di kutub manusia dan lingkungan.
Perubahan Iklim dan Alternatif Solusi

Perubahan Iklim adalah salah satu efek dari pemanasan global


yang dapat dirasakan secara langsung oleh mahluk hidup. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan meningkatnya emisi karbon akibat
penggunaan energi fosil (batu bara, bahan bakar minyak) yang
tidak terkendali.

Beberapa dampak perubahan iklim antara lain adalah; terjadinya


bencana alam yang disertai dengan mewabahnya penyakit,
tingginya tingkat pencemaran udara serta kekeringan.
Solusi untuk mengatasi perubahan iklim:
1. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan lebih banyak
menggunakan kendaraan umum
2. Memperbanyak penanaman pohon (reboisasi)
3. Mengurangi penggunaan listrik serta rumah kaca yang
berlebihan
4. Menghemat penggunaan air
5. Menggunakan sumber energi dari alam
Efisiensi Penggunaan Energi

Efisiensi energi didefinisikan sebagai semua metode,


teknik, dan prinsip-prinsip yang memungkinkan
untuk dapat menghasilkan penggunaan energi lebih
efisien dan membantu penurunan permintaan energi
global. Contoh efisiensi energi adalah menggunakan
lampu hemat energi dan bukannya bola lampu pijar
tradisional.
Menurut International Energy Agency, meningkatnya
efisiensi energi pada bangunan, proses industri dan
transportasi dapat mengurangi sepertiga kebutuhan
energi dunia pada tahun 2050. Tentu saja hal ini akan
mengurangi emisi gas rumah kaca yang berbahaya,
yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Pencarian Sumber-Sumber
Energi Alternatif
1. Energi nuklir : Suatu energi yang tersimpan
dalam atom. Energi ini keluar ketika terjadi
proses dalam reaksi nuklir.
2. Energi Biogas : Energi yang diproses dari sisa
sisa metabolisme yang ada pada makhluk hidup
3. Energi Panas Bumi : Energi panas yang
tersimpan di dalam permukaan bumi
4. Energi surya : energi yang berupa sinar dan
panas dari matahari
Hasil Kesepakatan
Dunia Internasional
1. Dunia mulai membahas perubahan iklim tahun 1979 pada Konferensi
Iklim Dunia Pertama yang diadakan Badan Meteorologi Dunia
(World Meteorological Organization).
2. Pada 1985, WMO bersama Program Lingkungan PBB (United
Nations Environment Programme) mengadakan pertemuan di Austria
untuk melihat dampak karbondioksida dan gas rumah kaca lain
terhadap iklim. Pertemuan ini kemudian menyimpulkan bahwa
"meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca dipercaya akan
menaikkan suhu bumi melebihi peningkatan yang pernah terjadi
dalam sejarah umat manusia.
3. Kemudian dalam pertemuan Badan Pengurus ke-40
dibentuklah Panel Antar-pemerintah Mengenai
Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate
Change) yang bertugas melakukan identifikasi dan
pendalaman pengetahuan mengenai perubahan iklim
serta dampaknya.
Kyoto Protocol

Merupakan sebuah amandemen terhadap


Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan
Iklim yang membahas persetujuan internasional
mengenai pemanasan global.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini
berkomitmen mengurangi pengeluaran zat rumah
kaca atau bekerja sama dalam perdagangan emisi
jika mereka menjaga atau menambah jumlah gas
emisi tersebut.
174 negara telah meratifikasi protokol tersebut,
diantaranya adalah Kanada, Tiongkok, India, Jepang,
Selandia Baru, Rusia, Rumania, dan Bulgaria. Sementara
itu, Amerika Serikat dan Kazaktan telah menandatangani
protokol tersebut, namun belum meratifikasinya.
Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC)
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
atau "Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan
Iklim" adalah suatu panel ilmiah yang terdiri dari para
ilmuwan dari seluruh dunia. IPCC didirikan pada tahun
1988 oleh dua organisasi PBB, World Meteorological
Organization (WMO) dan United Nations Environment
Programme (UNEP) untuk mengevaluasi risiko
perubahan iklim akibat aktivitas manusia, dengan
meneliti semua aspek berdasarkan pada literatur
teknis/ilmiah yang telah dikaji dan dipublikasikan.
Laporan IPCC terakhir tahun 2007 secara garis besar
terdiri dari :
Laporan kelompok kerja 1 dikeluarkan pada Februari 2007,
menekankan bahwa manusia adalah penyebab utama peningkatan gas
rumah kaca ( GRK) di lapisan udara.
Laporan kelompok kerja 2 dikeluarkan awal April 2007, mengenai
dampak dan adaptasi perubahan iklim, membeberkan perkiraan
ancaman bencana di banyak negara apabila tidak dilakukan upaya
segera untuk mengurangi kegiatan yang dapat menyebabkan
pemanasan global.
Laporan kelompok kerja 3 dikeluarkan Mei 2007 menganalisis
proses pengurangan emisi karbon yang sudah dan harus dilakukan,
dan strategi adaptasi untuk bertahan terhadap dampak perubahan
iklim yang tidak bisa dihindari.
Asia-Pasific Partnership on Clean Development
and Climate (APPCDC)
The Asia-Pasific Partnership on Clean Development
and Climate (APPCDC) merupakan kerjasama
internasional bersifat sukarela antara Australia, Kanada,
India, Jepang, RRC, Korea Selatan dan Amerika
Serikat. Pembentukannya diumumkan pada 28 Juli
2005 dan disahkan pada 12 Januari 2006. Menteri luar
negeri, menteri lingkungan serta menteri energi adalah
yang terlibat pada kerjasama ini dengan tujuan
mengembangkan transfer teknologi yang
memungkinkan pengurangan penggunaan gas alam.
Pertemuan pertama berlangsung di Sydney, Australia, dan
menghasilkan :
1. Piagam berisi struktur dari kerjasama
2. Program kerja yang menunjukkan agenda intensif

Pertemuan kedua berlangsung di New Delhi, India pada 15


Oktober 2007 dan sekaligus menetapkan Kanada sebagai salah satu
anggotanya.

Pertemuan ketiga diadakan di Shanghai, China pada 26-27


Oktober 2009 dimana mereka menerima hasil mengenai analisa
serta mengevaluasi hasil dari APP Flagship Project.

Anda mungkin juga menyukai