Anda di halaman 1dari 37

CT Scan

CVD/STROKE
suatu gangguan fungsional otak yang terjadi SPECT
secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinik, baik fokal maupun global yang

Pemeriksaan Penunjang
berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menimbulkan kematian yang disebabkan oleh PET
gangguan peredaran darah otak
DSA
Stroke Stroke
Iskemia Hemoragik CTA

MRA
Transient
Ischemic
Attack (TIA)
Trombosit
serebri
Emboli
serebri
Perdarahan
intraserebral
Perdarahan
subarakhnoid MRI

TCD
Area Vaskularisasi

ACA

ACM

ACP
CT scan
• Orbitomeatal line (OM line)
• InfraOrbitoMeatal
• SupraOrbitoMeatal

• High Density (hiperdens)


• Iso Density (isodens)
• Low Density (hipodens)
• Normal head
CT Scan
CT Scan Norma l
Lobus frontalis

Lobus parietal
Gyrus

Sulcus

Batas gray mater


and white
matter
Lobus frontalis

Ventrikel lateral

Lobus parietal

Lobus oksipital
Lobus frontalis

Lobus parietal

Lobus Temporal

Ventrikel lateralis
kornu posterior +
pleksus chroideus

Lobus oksipital
Ventrikel lateralis
kornu anterior +
pleksus chroideus

Septum pelusidum

Basal ganglia

Thalamus

Ventrikel lateralis
kornu posterior +
pleksus chroideus
Ventrikel III

Kapsula interna

Sisterna ambient
Lobus temporal

mesensefalon

Sisterna Kuadrigemina
Pons

Cerebellum
Pons

Ventrikel IV

Cerebellum
Pencitraan pada
Stroke Iskemia
Infark Hiperakut 0-6 jam
• Insufisiensi vaskular karena oklusi fokal proksimal,
distal, atau stenosis.
• Dalam kebanyakan kasus pencitraan rutin, tidak akan
menunjukkan oklusi kecuali oklusi emboli pembuluh
darah besar (misalnya MCA atau arteri basilaris).
• Dalam waktu 5 menit hipoksia  gangguan menjaga
kesenjangan antara tingginya konsentrasi natrium
ekstraselular dan rendahnya natrium intraselular  Air
memasuki sel secara pasif kemudian menciptakan
edema sitotoksik.
• Selama fase hiperakut, CT mungkin normal
Infark Hiperakut 0-6 jam

- (A) menunjukkan gambar aksial pada tingkat sirkulus Willis pada 3 jam yang menunjukkan
hiperdens di proksimal arteri serebral tengah sisi kiri, menunjukkan oklusi emboli pada
proksimal (panah).
- (B) menunjukkan fokus hiperdens di fisura sylvii kiri yang merupakan indikasi dari emboli
distal (panah).
- (C) menunjukkan fokus hiperdens di ujung arteri basilar tampak pada 4 jam tanpa bukti lain
infark (panah).
- (D) menunjukkan pemeriksaan ulangan pada 24 jam kemudian menunjukkan hiperdens
basilar yang menetap dengan edema baru dari batang otak dan atas kiri dari serebellum,
menunjukkan infark akut.
Infark Hiperakut 0-6 jam

- (A) menunjukkan pemindaian pada 4 jam awal menunjukkan hilangnya intensitas kortikal
normal bersama insula (insula ribbon sign) dan kelengkungan gyrus (panah).
- (B) menunjukkan pemeriksaan ulang pada 36 jam menunjukkan hipodens absolut yang
merata pada white-grey matter sesuai teritori arteri serebral tengah kanan.
- (C) menunjukkan pemeriksaan ulang pada 4 hari menunjukkan peningkatan efek massa
ditandai dengan herniasi subfalkine.
Infark akut (6 jam sampai 3 hari)
• Berlanjutnya iskemia akan menyebabkan kerusakan
saraf dan kematian (edema sitotoksik) meningkat.
• Sel-sel endovaskular rusak sehingga terjadi sawar
darah otak dan kebocoran cairan ke dalam ruang
ekstravaskular  Dengan meningkatnya air jaringan
 pembengkakan lokal otak terjadi
• Luas dan tingkat di mana edema vasogenik
berkembang tergantung pada aliran darah ke otak
yang terkena.
• Edema vasogenik menghasilkan hipodens yang jelas
pada otak yang terkena. Pada infark tromboemboli,
grey matter menjadi hipodens dan bengkak
(pendataran gyri).
Infark akut (6 jam sampai 3 hari)

Infark akut luas di lobus frontotemporoparietooccipital


kanan suspek emboli MCA kanan.
Infark subakut fase awal (36 jam–5 hari)
• Aliran darah ke bagian otak yang terkena infark
biasanya dibangun kembali pada 24 sampai 72 jam
setelah infark.
• Clot pada proksimal dan distal akan mengalami lisis
dan bergerak ke hilir.
• Pada hari ke-3 atau ke-4, pertumbuhan pembuluh
darah baru ke daerah infark dimulai. Pembuluh darah
yang belum matang ini mempunyai sawar darah otak
yang "bocor". Sebagai hasil dari perubahan ini
• Edema vasogenik meningkat dengan efek massa
progresif yang biasanya mencapai puncak pada
sekitar hari ke-5. Pada infark besar, efek massa dapat
menyebabkan herniasi transfalcine atau herniasi
transtentorial.
Infark subakut fase akhir (5–14 hari)
- (A) merupakan CT scan 3 hari setelah
timbulnya gejala menunjukkan hipodens
fokal di lobus frontal kiri dan nukleus
kaudatus dengan efek massa ringan.
- (B) yaitu CT ulangan pada 11 hari
menunjukkan resolusi hipodens yang
hampir lengkap. Infark isodense tidak
terlihat.
- FLAIR (C) dan DWI (D) pada hari yang
sama dengan B menunjukkan
hiperintens yang jelas pada pada infark
(C) dengan sisa hiperintens ringan pada
DWI (D) T2 shine-through.
- E: MRI pada 25 hari menunjukkan sedikit
perubahan jelas di FLAIR.
- F: Hiperintens kortikal dalam infark pada
gambar T1-weighted karena laminar
nekrosis, bukan perdarahan.
Infark kronis (lebih dari 2 minggu)
• Pada fase ini edema telah berakhir
• Jaringan saraf yang mati akan dihilangkan
dan diganti dengan gliosis dan
degenerasi kistik (ensefalomalasia kistik).
Tergantung pada ukuran dan lokasi dari
infark, hal ini dapat menyebabkan fokal
kortikal atrofi atau dilatasi fokal pada
ventrikel yang berdekatan
Infark kronis (lebih dari 2 minggu)

- (A) merupakan CT scan menunjukkan fokus hipodens besar di lobus frontal


kiri. Lesi lebih hipodens dari infark akut dan memiliki batas tidak teratur,
batas yang agak cekung. Ada dilatasi dari ventrikel lateral kiri.
- (B) yaitu CT scan pada tingkat yang lebih rendah menunjukkan atrofi dari
pedunkulus serebral sisi ipsilateral (degenerasi wallerian).
- (C) yaitu FLAIR yang dilakukan 1 hari setelah CT menunjukkan pengumpulan
cairan besar dengan batas hiperintens pada T2 menunjukkan ensefalomalasia
kistik.
CT SCAN KEPALA PADA PERDARAHAN
INTRASEREBRAL

• Darah pada CT scan terlihat sebagai area


hiperdense
• Terdapat efek massa, biasanya ada
pendorongan, midline shift, atau kompresi
ventrikel
Anatomi lapisan kepala
CT SCAN KEPALA PADA STROKE
HEMORRHAGIK
• Yang penting dilaporkan adalah:
– Lokasi
• Lobar, basal gangglia, thalamus, serebellum,
intraventrikular, subarachnoid
• Bila lobar hitung jarak terdekat dari kalvaria
– Volume
• Dihitung dengan rumus Broderick

(P x l x jumlah irisan yang +)/2


• Akibat pecahnya mikroaneurisma srteri-arteri kecil
• Lesi hiperdens homogen
• Enchancement berbentuk cincin (2 minggu)
• Kronis  hiperdens menjadi hipodens
ICH

CT scan kepala tanpa kontras serial menunjukkan ICH pada thalamus


kanan pada fase akut
(A) pada fase akut
(B) 8 hari kemudian, dengan atenuasi 45 HU
(C) 13 hari kemudian
(D) 5 bulan kemudian
ICH
• Dalam 1–6 minggu, ICH akan menjadi isodens
terhadap parenkim otak (aktivitas makrofag
yang melakukan fagositosis dari perifer ke
sentral)
• Dalam 4-9 hari, atenuasi ICH akan turun
menjadi sama dengan korteks normal
• Dalam 2-3 minggu menjadi sama dengan
substansia alba normal
SAH
• subarachnoid hemmorage (SAH) akan tampak
sebagai pita hiperdens berlekuk-lekuk seperti
ular (serpingeous) mengisi sub-arachnoid
space yang terdapat pada sulcii dan sisterna
• Pada pasien dengan ruptur aneurysma, darah
bisanya berkumpul pada sisterna basalis,
sementara jika penyebab SAH adalah trauma,
darah akan berkumpul pada konveksitas otak
SAH

SAH akan tampak sebagai lesi hiperdens mengisi


sisterna basalis
(A)dan fissura sylvii kanan
(B). Tampak kalsifikasi pada dinding aneurisma sisi kiri (B).
(C). tampak SAH akibat ruptur A. perikallosal.
Pendarahan epidural
Epidural Hematom adalah perdarahan intrakranial
yang terjadi karena fraktur tulang tengkorak dalam
ruang antara tabula interna kranii dengan duramater.
(bikonveks)
• >>> berasal dari a. Meningea media, <<<vena
• Unilateral, berhubungan dengan fraktur
• Perdarahan terbentuk antara tabula interna dari
tengkorak dan selaput dura
• + perdarahan subdural dan kontusio
• Arteri timbul cepat (1 jam), vena  berhari2
Pendarahan epidural

• Area hiperdens elips bikonveks dengan tasa yang jelas. Densitas


yang beragam menandakan perdarahan aktif
• Perdarahan tidak melewati garis sutura
• Dapat memisahkan sinus venosa atau faliks tngkorak
• Dapat terlihat garis fraktur
• Perdarahan vena lebih bervariasi bentuknya
Perdarahan Subdural
Subdural Hematoma adalah perdarahan yang terjadi
antara duramater dan araknoid, biasanya sering di daerah
frontal, pariental dan temporal. (bulan sabit)
• Terjadi di rongga subdural (rongga potensial
antara membran pia araknoid dengan membran
dura
• Robekan traumatik dari bridging vein di rongga
subdural
• Tidak ada hubungan yang konsisten dengan
fraktur tengkorak
• Sekunder (batuk, muntah dll)
Perdarahan Subdural

• CT scan memprlihatkan koleksi cairan berbentuk bulan sabit antara otak


dengan permukaan dalam otak, batas dalam konkaf dengan pergeseran
substansia otak yang minimal
• Melewati garis sutura, namun tidak melewati lipatan dural
• Akut  koleksi cairan tampak berdensitas tinggi.
• Sub akut (2-4mg)  isodens dengan jar otak
• Kronis (>4mg)  berdensitas rendah
Perbedaan Subdural dan Epidural

Anda mungkin juga menyukai