• Nama : Muryawan,S.Si.T
• TTL : Bandung, 04-03-1964
• NIP : 19640304 198603 1 015
• Pangkat / Gol
: Pembina / IV a
• Jabatan : Pranata Labkes Madya
- Ketua Tim Penilai Jab. PLK
• Instansi : Dinkes Kab Ngawi,
Puskesmas Padas
• Pendidikan : D IV Analis Kesehatan
Org Profesi : - Ketua DPC Patelki Kab Ngawi
2012-2017
- Pembina II 2017-sekarang
Pengembangan : Dosen tamu
Akper Pemkab Ngawi
2007 - sekarang
Pemantapan Mutu
Laboratorium TB
2
Terminologi
1. Ketelitian
2. Ketepatan
3. Sensitivitas
4. Spesifisitas
5. Efisiensi
3
Sensitifitas : 95
95+5 x 100%
Spesifisitas : 98
2+98 x 100%
Efisiensi : 95 + 98
95+5+2+98 x 100%
Hasil pem positip Hasil pem negatip Jumlah
Sakit 95 5 100
Sehat 2 98 100
4
Pemantapan Mutu Lab TB
Pemantapan Mutu Internal
Dilakukan pada tahap :Pra analisis
Analisis
Pasca analisis
Pemantapan Mutu Eksternal : uji silang
supervisi
tes panel
Peningkatan Mutu
5
Pemantapan Mutu Internal
Laboratorium Mikroskopis TB
6
Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Tujuan:
7
Tahap Pra analisis
1. Ketersediaan SPO
2. Persiapan pasien
3. Persiapan alat dan bahan.
4 Pengumpulan contoh uji dahak
5. Uji fungsi reagen Ziehl Neelsen
Sediaan kontrol negatif dan positif (1+), kontras warna
BTA dan warna latar
Kejelasan inti leukosit
8
Prosedur Tetap (Protap):
9
Tahap Analisis
1. Memastikan prosedur tetap di laksanakan dengan baik pada setiap pemeriksaan.
2. Persiapan alat
3. Pemberian identitas
4. Pembuatan sediaan harus sesuai prosedur tetap dan di evalusi melalui uji kualitas
sediaan dahak dilakukan dengan penilaian terhadap 6 unsur dengan
mempergunakan skala sarang laba-laba. Sediaan yang baik harus
memperlihatkan sarang laba-laba yang penuh.
Ukuran
Ketebalan
Kualitas spesimen
Kerataan
Pewarnaan
Kebersihan
5. Pembacaan mikroskopik sesuai standar
6. Pelaporan hasil sesuai skala IUATLD
10
Enam Unsur Penilaian Sediaan Dahak
11
Kualitas contoh uji
( spesimen)
• Spesimen dahak berkualitas baik
apabila ditemukan
– Lekosit PMN ≥ 25 per LP pada
perbesaran 10 x 10
12
Ukuran sediaan dahak
13
Ketebalan
15
Kerataan
• Sediaan yang baik adalah sediaan yang rata
dan tidak terlihat daerah kosong.
16
Pewarnaan
18
Kebersihan
Penilaian kebersihan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.
Sediaan yang baik terlihat bersih, tidak tampak sisa zat warna,
endapan kristal . sediaan yang kurang bersih akan mengganggu
pembacaan secara mikroskopis
Terlalu besar
Tidak rata
Terlalu besar
Dekolorisasi kurang
21
Indikator Kunci Kemampuan
• KPI mikroskopis TB
- SPR: % sediaan positif , target 10-15%
- % scanty diantara sediaan positif dan scanty,
target 30-40%
- % sediaan positif pada pemeriksaan follow up,
target 0-5%
- Turn Around Time ( TAT) ≤ 7 hari, target 100%
22
PMI laboratorium TCM
23
PMI Laboratorium TCM
• Tahap pra analisis
– Ketersediaan SPO : pengelolaan contoh uji
penggunaan mesin TCM
pemeliharaan dan trouble shooting
pelaporan hasil pemeriksaan : TB05
– Pastikan terdapat form permintaan yang terisi lengkap
– Evaluasi kualitas dan volume dahak yang diterima
• Tahap analisis
– Pelaksanaan pemeriksaan sesuai SPO
• Tahap pasca analisis
– Pencatatan hasil pemeriksaan dalam register TB 04
– Pemantauan kualitas pemeriksaan laboratorium melalui KPI
24
Pemantapan Mutu Eksternal
Mikroskopis TB
25
PME Mikroskopis TB
• Uji silang:
– Metode Lot Quality Assurance System (LQAS)
• sediaan diambil secara lot penghitungan statistik yang spesifik untuk
setiap laboratorium atau wilayah kerja terkait.
• dilakukan pada faskes mikroskopis yang menggunakan pemeriksaan
mikroskopis sebagai satu-satunya uji diagnosis pasien TB.
– metode proporsional
• memeriksa ulang seluruh sediaan positif dan 10% sediaan negatif
• dilakukan untuk faskes mikroskopis yang berjejaring dengan laboratorium
TCM, dan melakukan pemeriksaan mikroskopis hanya pada pasien follow
up
• Supervisi (On Site Evaluation/ On The Job Training)
26
Uji silang
• Pembacaan kembali sediaan dahak yang telah
diperiksa dalam kegiatan pelayanan di lab UPK
oleh lab rujukan secara berjenjang
• Hasil pembacaan lab UPK tidak diketahui oleh
Lab rujukan (blinded rechecking)
• Dilakukan secara berkala (triwulanan) dan
berkesinambungan
27
1. Sediaan uji silang dan file eTB 12 dikirimkan dari msg2 faskes ke LRI
2. LRI mengirimkan umpan balik uji silang ke wasor kab/kota terkait
3. Wasor kab/kota mendistribusikan umpan balik uji silang ke lab pelaksana uji silang di wilayah
kerjanya
4. LRI mengirimkan Rekapitulasi uji silang kab/kota ke LRP dan tembusan ke wasor kab/kota
5. LRP mengirimkan Rekapitulasi uji silang ke LRN-M dengan tembusan ke wasor provinsi
28
6. LRN-M mengirimkan laporan ke Subdit TB dan Subdit Mutu AKreditasi
Uji silang metode LQAS
• Pengambilan sampel pada metode LQAS dihitung secara
statistik berdasarkan:
– Slide positivity rate (SPR)
– Jumlah slide BTA neg/th
– Tabel penentuan jumlah sampel LQAS (spesifisitas 100%,sensitifitas
80%,d = 0 )
Program
Penanggulangan TB 29
Nasional
Kegiatan uji silang
Fasyankes Mikroskopis TB :
• Pencatatan dalam form TB 04
• Penyimpanan sediaan urut sesuai register (TB 04)
• Menerima umpan balik
• Menindak-lanjuti dengan upaya peningkatan mutu
30
Kegiatan uji silang
Wasor :
• Jika menerima sediaan terpilih dari fasyankes mikroskopis,
maka wajib mengirimkan sediaan tersebut ke laboratorium
intermediate.
• Menerima hasil pembacaan uji silang
• Mendistribusikan umpan balik uji silang ke peserta uji silang
• Bersama dengan laboratorium intermediate menyusun
prioritas supervisi sesuai hasil analisis uji silang di
wilayahnya
31
PENILAIAN UJI SILANG
HASIL
LAB KEDUA (LAB INTERMEDIATE)
PEMERIKSAAN
32
Kesalahan Minor
Meliputi :
-Kesalahan Hitung
-Positif Palsu Rendah
-Negatif Palsu Rendah
33
Kesalahan Mayor
Meliputi :
-Positif Palsu Tinggi
-Negatif Palsu Tinggi
34
Negatif Palsu Tinggi (NPT)
36
Kesalahan Hitung (KH)
37
Pelaksanaan PME harus sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional
39
- Kualitas pembuatan sediaan
Dinilai 6 unsur sediaan dengan standar nilai
diagram sarang laba-laba
Baik : bila 75% sediaan yang diuji silang
ke-enam unsurnya bernilai ≥ 80
40
Komponen uji silang dan tugasnya
2 a.Fasyankes Mikroskopis TB :
• Pencatatan dalam form TB 04
• Penyimpanan sediaan urut sesuai register (TB 04)
• Mengisi lembar eTB12 data dasar
• Menerima umpan balik
• Menindak-lanjuti dengan upaya peningkatan mutu
41
Komponen uji silang
3.Petugas LRI :
• Menerima sediaan uji silang , meneliti jumlah, identitas dan
tanggal pemeriksaan di faskes
• Melakukan pembacaan uji silang dan menilai kualitas
pembacaan dan pembuatan sediaan
• Mengisi lembar eTB12 TW1/2/3/4 dan mengirimkan umpan
balik ke faskes langsung/melalui Wasor kab/kota
• Bersama dengan Wasor mengevaluasi kinerja lab faskes,
menyusun prioritas supervisi, dan menghitung target uji
silang
• Melaporkan rekapitulasi kinerja lab faskes kepada LRP
42
Komponen uji silang dan tugasnya
4. Laboratorium Rujukan Provinsi
- menerima laporan rekap kinerja lab faskes
kab/kota di wilayah kerjanya
- melaporkan rekap kinerja lab faskes se provinsi
kepada LRN cc Wasor TB Prov
- Berkoordinasi dengan wasor provinsi untuk
melakukan pengembangan jejaring dan kinerja
lab TB
43
Komponen Uji Silang dan tugasnya
5. LRN
- Menerima laporan kinerja lab dari seluruh
Indonesia
- Menetapkan pencapaian target uji silang
- Melaporkan pelaksanaan uji silang kepada :
subdit TB dit P2
subdit MA dit MAY
44
Tes Panel
• Merupakan kegiatan pemantapan mutu eksternal yang diselenggarakan dalam
jejaring laboratorium
• Laboratorium penyelenggara yaitu laboratorium dengan jenjang lebih tinggi,
mengirimkan sediaan dahak kontrol untuk diperiksa oleh laboratorium peserta
PME.
• Sediaan kontrol dapat berupa sediaan BTA yang telah/ belum diwarnai
• Bukan PME rutin, tetapi dilaksanakan bila :
– Uji silang tidak berjalan dengan baik
– Evaluasi pasca pelatihan
– Asesmen kinerja calon LRI
– Saat supervisi/ bimtek
– Dilakukan kepada LRI dan LRP yang tidak melakukan layanan mikroskopis atau
melakukan pemeriksaan BTA kurang dari 500 sediaan per tahun
45
Supervisi
• Bimbingan Teknis Laboratorium/ Supervisi kegiatan yang
sistematis untuk
- meningkatkan kinerja laboratorium
- mempertahankan kompetensi dan motivasi
petugas
dilakukan secara langsung dan berjenjang dalam
jejaring laboratorium
• Kegiatan bimtek: pengamatan, diskusi, penyelesaian
masalah teknis &logistik, dan
memberikan rekomendasi
46
Pelaksanaan Supervisi
1. Bimtek harus dilaksanakan secara rutin dan teratur
pada semua tingkat minimal satu kali dalam satu
tahun.
2. Pada keadaan tertentu frekuensi bimtek perlu
ditingkatkan, yaitu :
• Pelatihan baru selesai dilaksanakan;
• Pada tahap awal pelaksanaan program pelayanan DOTS di
fasyankes;
• Bila pada uji silang ditemukan kinerja buruk; ada satu
kesalahan besar atau kesalahan kecil > 2 pada suatu siklus
uji silang;
• Bila hasil uji silang menunjukkan kinerja pembuatan sediaan
< 75%. 47
Peningkatan Mutu Laboratorium TB
48
Peningkatan Mutu
• Hasil PMI & PME ditindak-lanjuti dengan peningkatan
mutu:
– Mencatat masalah
– Menyusun Rencana Tindak Lanjut untuk perbaikan
– Menjadwalkan evaluasi berkala
– Bila telah terjadi perbaikan kinerja maka ditetapkan prosedur
tetap yang akan digunakan selanjutnya.
• Pemantauan implementasi prosedur tetap dilakukan
secara terus menerus dan merupakan suatu kegiatan
yang berkelanjutan.
49
Siklus Peningkatan Mutu
Pemantauan Temuan
Kinerja PMI Masalah
& PME
Penetapan
Perbaikan
Prosedur
50