Anda di halaman 1dari 25

Community Acquired Pneumonia

L I A N A A LV I A H S A P U T R I , S , K E D
04054821618046

Pembimbing:
dr. Ngurah Putu W,L, SpAn

DEPARTEMEN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2017
PENDAHULUAN

Community Acquired Pneumonia


(CAP)
Pneumonia

Hospital Acquired Pneumonia (HAP)


Epidemiologi
- 6 juta kasus CAP terjadi setiap tahunnya, dan sebanyak
1.1 juta memerlukan perawatan di rumah sakit.
- Angka mortalitas pneumonia : rawat jalan sebesar 1-5%,
rawat inap sebesar 12%,
- kira-kira 40% pasien yang mengalami sakit yang parah
memerlukan Intensive Care Unit.

CAP

Definisi Banyak resistensi antimikroba pada


bakteri seperti Streptococcus
Pneumonia yang pneumoniae, Hemophilus influenzae,
berkembang di luar rumah Moraxella catarrhalis, dan beberapa
sakit dari bakteri gram negative.
Definisi

 Definisi CAP berdasarkan IDSA adalah infeksi akut dari parenkim paru dengan gejala-
gejala infeksi akut, ditambah dengan adanya infiltrat pada pemeriksaan radiografi atau suara
paru abnormal pada pemeriksaan auskultasi pada pasien yang tidak sedang dalam
perawatan rumah sakit ataupun panti perawatan dalam kurun waktu 14 hari sebelum
timbulnya gejala.
Epidemiologi

 Pneumonia menempati urutan ke 6 sebagai penyebab kematian di Amerika Serikat

 Usia rata-rata berkisar 17-55 tahun.

 Penelitian di Seattle: 65-69 tahun

 Amerika Serikat : 21,4 juta kasus 65 tahun.

 Kombinasi pneumonia dan influenza merupakan delapan besar penyebab kematian di US dan penyebab
tersering mortalitas yang berkaitan dengan infeksi. Pada tahun 2007  52.700 orang meninggal

 Pada tahun 2006, terdapat kira-kira 4,2 juta penderita CAP rawat jalan dengan Streptococcus pneumonia
sebagai pathogen yang sering ditemui.
Etiologi

 Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri,


virus, jamur dan protozoa.
 Laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri
gram negatif.
 Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia
(Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan
dan metode pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan
sputum sebagai berikut :6
bakteri pada CAP
5.26 0.9
Klebsiella
7.89
pneumoniae
Streptococcus
8.56 pneumoniae
Streptococcus
45.18 viridans
9 Staphylococcus
aureus
Pseudomonas
aeruginosa
9.21
Steptococcus
hemolyticus
14.04
Berikut ini merupakan penyebab CAP tersering yang dikeluarkan
oleh American Family Physician:
Patofisiologi
Patologi

 4 zona pada yang tergambarkan saat terjadi inflamasi pada paru yaitu :

1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi
sel darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang
aktif dengan jumlah PMN yang banyak.
4. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri
yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.
 Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
'Gray hepatization' ialah konsolodasi yang luas.
Diagnosa

 Gejala:
- Batuk-batuk bertambah
- Perubahan karakteristik dahak / purulen
- Demam
- Sesak
- Nyeri dada
 Tanda :
- konsolidasi,
- suara napas bronkial dan ronki, redup saat perkusi
- Leukosit > 10.000 atau < 4500
Pemeriksaan penunjang

 Kultur
 X-ray
Penilaian Derajat Keparahan
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang
dipakai untuk indikasi rawat inap
pneumonia komuniti adalah :
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang < 70 maka
penderita tetap perlu dirawat inap bila
dijumpai salah satu dari kriteria dibawah
ini.
• Frekuensi napas > 30/menit
• Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
• Foto toraks paru menunjukkan kelainan
bilateral
• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg
3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
 Berdasarkan IDSA 2007 kriteria rawat inap pada pasien dengan pneumonia
komunitas adalah dengan menggunakan kriteia CURB-65:
- Confusion
- Uremia
- Respiratory rate >30 breaths/mins
- Low blood pressure (systolic < 90 mmHg or diastolic <60 mmHg)
- Age more than 65 years
 Pada pasien dengan nilai CURB-65 ≥2 membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Dan apabila nilai CURB-65 ≥3 pasien dianjurkan untuk mendapatkan perawatan di
ICU
Saat ini digunakan SMART-COP untuk
memprediksi kebutuhan terhadap respirasi yang
intensif atau vasopressor. Nilai SMART-COP
lebih dari 3 atau lebih menandakan kebutuhan
akan respirasi yang intensif atau vasopressor
sebanyak 92%.
Terapi

Rawat jalan
a. Penderita sebeblumnya sehat dan tidak memiliki factor risiko
adanya resistensi obat pada infeksi S. pneumonia:
 Macrolide (azithromycin, clarithromycin, atau erythromycin
 Doxycycline
b. Pasien dengan factor komorbis dan menggunakan antimikroba
dalam 3 bulan terakhir
 respiratory fluoroquinolone (moxifloxacin, gemifloxacin,or levofloxacin
[750 mg])
 b-lactam plus a macrolide ( amoxicillin dosis tinggi [1 g 3 kali per hari] atau
amoxicillin-clavulanate [2 g 2 kali per hari] alternative lainnya yaitu
ceftriaxone, cefpodoxime, dan cefuroxime [500 mg 2 kali per hari];
doxycycline
Rawat inap, Non ICU
 respiratory fluoroquinolone
 b-laktam plus macrolide
 pengunaan macrolide sebagai terapi empiris monoterapi hanya dapat digunakan pada pasien paien tertentu
tanpa penyakit penyulit yang berat dan tanpa factor risiko akan terinfeksi pathogen yang resisten.
Rawat inap ICU
 A b-lactam (cefotaxime, ceftriaxone, or ampicillin-sulbactam) plus
azithromycin atau fluoroquinolone
 Pada infeksi Pseudomonas, digunakan antipneumococcal,
antipseudomonal b-lactam (piperacillin-tazobactam, cefepime,
imipenem, or meropenem) plus ciprofloxacin atau levofloxacin
(750-mg dose)
Atau b-lactam plus aminoglycoside dan azithromycin
Atau b-lactam plus an aminoglycoside dan antipneumococcal
fluoroquinolone (pada pasien dengan alergi terhadap penisilin
dapat digunakan aztrienam untu penganti b-laktam
 Pada CAP dengan MRSA dapat ditambahkan vancomicyn atau
linezonide.
Prognosis
Pencegahan

 Tidak merokok
 Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza) sampai
saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya.
Pemberian vaksin tersebut diutamakan untuk golongan risiko
tinggi misalnya usia lanjut, penyakit kronik , diabetes, penyakit
jantung koroner, PPOK, HIV, dll. Vaksinasi ulang
direkomendasikan setelah > 2 tahun.
Kesimpulan

 Definisi CAP berdasarkan IDSA adalah infeksi akut dari parenkim paru dengan gejala-gejala
infeksi akut, ditambah dengan adanya infiltrat pada pemeriksaan radiografi atau suara paru
abnormal pada pemeriksaan auskultasi pada pasien yang tidak sedang dalam perawatan
rumah sakit ataupun panti perawatan dalam kurun waktu 14 hari sebelum timbulnya gejala.
 Kombinasi pneumonia dan influenza merupakan delapan besar penyebab kematian di US
dan penyebab tersering mortalitas yang berkaitan dengan infeksi dengan Streptococcus
pneumonia sebagai pathogen yang sering ditemui.
 Penggunaan antibiotik merupakan hal yang paling utama untuk mengobati pneumonia.
Penggunaan antibiotik pada pasien dengan CAP dapat merupakan terapi empiris apabila
agen penyebab belum diketahui, akan tetapi apabila agen penyebab telah diketahui dapat
digunakan antibiotik sesuai dengan pedoman IDSA. Penderita CAP dapat dilakukan rawat
jalan, rawat inap bahkan sampai perawatan intensif kriterianya sesuai dengan skoring yang
digunakan baik menggunakan CURB-65 atau SMART-COP.
 Pada umumnya prognosis pada CAP adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri
penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan
intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai