PELIHARAAN, LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIAL PADA ANAK” Kelompok 4 IKM-A 2013 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015 Anggota Kelompok 1. Ahmat Yusup 101311133007 2. Richa Dwi F. 101311133012 3. Nesya Yulita A 101311133015 4. Zelbi Windarini T 101311133016 5. Ani Mashito 101311133018 6. Delfi Novella S 101311133031 7. Triana Izzati 101311144042 8. Yopievina S. 101311133047 9. Intan Sulistyana M 101311133049 10. Wismoyo Nugraha 101311133164 11. Fitri Widyacahya 101311133167 12. Nafijah Muliah 101311133181 13. Azizah Annisafitri 101311133182 Pendahuluan Organisasi kesehatan dunia WHO telah memperkirakan bahwa setidaknya sekitar 100-150 juta penduduk dunia menderita asma, jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah 180.000 orang per tahunnya apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dengan baik. Pada tahun 1980 hingga 1995 prevalensi penderita asma mengalami peningkatan sebesar 5% dari 36 per 1000 penduduk menjadi 75 per 1000 penduduk. Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, tetapi hasil penelitian pada anak usia 13-14 tahun menunjukkan bahwa pada tahun 1995 prevalensi asma masih 2,1% meningkat pada tahun 2003 menjadi 5,2%. Definisi Asma Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan, ditandai dengan gejala episodik berulang berupa batuk, sesak napas, mengi dan rasa berat dada terutama pada malam dan atau dini hari. Kadang asma disertai dengan perubahan struktur saluran napas sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menyebabkan keterbatasan arus udara pada ekspirasi. Karateristik Responden • Berdasarkan survey distribusi responden berdasarkan kelompok umur diketahui distribusi terbanyak pada umur 0 – 4 tahun yaitu 71 orang (60,7%) sedangkan yang paling sedikit ditemui pada kelompok umur =10 tahun yaitu 10 orang (8,5%). • Berdasarkan jenis kelamin proporsi kasus asma di Kabupaten Boyolali lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu 68 (58,1%) dibandingkan dengan perempuan sebesar 49 (41,9%). Karateristik Responden • Berdasarkan pendidikan orang tua subjek terlihat bahwa 48,7% orangtua kasus mempunyai latar pendidikan dasar (SD, SMP), 46,1% berpendidikan menengah (SLTA) dan terkecil 6,8% berpendidikan tinggi, sedangkan pada kelompok kontrol, latar belakang pendidikan orangtua terbesar adalah pendidikan menengah yaitu 62,9%, 32,8 % berpendidikan dasar dan yang terkecil yaitu pendidikan tinggi sebesar 5,1%. Secara statistik ada perbedaan yang bermakna proporsi tingkat pendidikan orangtua antara kasus dan control. Analisis Variabel Bebas dan Terikat 1. Hubungan paparan asap dapur dengan kejadian asma bronkial pada anak 2. Hubungan paparan asap rokok dengan kejadian asma bronkial pada anak 3. Hubungan binatang peliharaan dengan kejadian asma bronkial pada anak 4. Hubungan lingkungan rumah dengan kejadian asma bronkial pada anak 5. Hubungan sosial-ekonomi keluarga dengan kejadian asma bronkial pada anak Analisis Faktor Dominan Asma Pada Anak Asma bronkial pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan keadaan lingkungan internal dan eksternal. Variabel lingkungan internal adalah asap dapur, asap rokok,tempat tinggal dan hewan peliharaan. Sedangkan lingkungan eksternal adalah kondisi sosial ekonomi. Analisis Faktor Dominan Asma Pada Anak Menurut penulis, faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya asma bronkial pada anak yaitu faktor internal pada variabel asap dapur. Hal ini terjadi karena mayoritas bahan bakar memasak yang digunakan adalah kayu bakar, arang dan minyak tanah. Pembahasan 1. Paparan Asap dapur • Mayoritas responden terpapar asap dapur karena bahan bakar yang mereka gunakan untuk memasak masih berasal dari kayu bakar, arang, dan minyak tanah. orang yang terpapar asap dapur beresiko 2,3 kali terkena asma dibandingkan orang yang tidak terpapar asap dapur. 2. Paparan asap rokok • Penelitian menyatakan bahwa orang yang terpapar asap rokok beresiko 1,98 kali terkena asma dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok. Pembahasan 3. Kontak dengan hewan peliharaan • Hasil analisis juga menunjukkan bahwa seseorang yang kontak dengan hewan peliharaan (anjing/kucing) berisiko 2,23 kali lebih besar terkena asma. 4. Sosial-ekonomi • Masyarakat dengan sosial-ekonomi tinggi berisiko 2,27 kali terkena asma dibandingkan dengan orang sosial ekonominya rendah. Sosial-ekonomi tinggi berkaitan dengan terjaganya higienitas lingkungan Pembahasan 5. Lingkungan tempat tinggal • penduduk yang bertempat tinggal dekat dengan industri dapat dikatakan bukan faktor risiko kejadian asma di Kabupaten Boyolali. Kesimpulan 1. Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan, ditandai dengan gejala episodik berulang berupa batuk, sesak napas, mengi dan rasa berat dada terutama pada malam dan atau dini hari. 2. Tingginya kejadian Asma Bronkial pada anak disebabkan karena paparan asap dapur, paparan asap rokok, kontak dengan hewan peliharaan, sdan osial- ekonomi. Sementara itu lingkungan tempat tinggal dikatakan bukan merupakan faktor risiko terjadinya Asma di Kabupaten Boyolali