Anda di halaman 1dari 14

ELECTROCONVULSIVE

THERAPY

ANDI RIZKI SUNDUSIASIH ASHARI


111 2015 2225
DEFINISI
Electroconvulsive therapy (ECT) merupakan salah satu jenis
terapi yang merupakan pilihan untuk indikasi terapi pada beberapa
kasus gangguan psikiatri. Indikasi ECT pada pasien depresi berat,
gangguan manik, dan gangguan mental serius lainnya. Prosedur
medis yang dilakukan oleh dokter dimana pasien diberikan anestesi
umum dan relaksasi otot. Ketika efeknya telah bekerja, otak pasien
distimulasi dengan suatu rangkaian dan dikontrol dengan elektroda
yang dipasang dikepala pasien. Stimulus ini menyebabkan bangkitan
kejang di otak sampai 2 menit.
SEJARAH PERKEMBANGAN
ECT
Pada tahun 1934 pengobatan yang menggunakan bangkit kejang
diperkenalkan dan ditulis di London Medical pengidap skizofrenia
dan penderita epilepsi yang disertai gangguan jiwa. Bila serangan
epilepsi datang, maka gangguan jiwanya membaik. Berdasarkan
pengamatannya ini, maka ia mendapat inspirasi pada penderita
skizofrenia dibuat kejang untuk menghilangkan gejala-gejala
gangguan jiwanya

Pada 1937 diadakan pertemuan internasional terapi kejang di


Swiss oleh Muller seorang psikiater, kemudian diterbitkan cara
kerjanya di American Journal of Psikiatri. Selama 3 tahun,
cardiazol sebagai terapi kejang yang sudah dipakaisecara luas dan
mendunia.
Lucio Bini teman Ugo Cerletti mempunyai ide, bahwa untuk
menimbulkan kejang dipakai listrik untuk menggantikan metrazol.
Tahun 1937 percobaan pertama pada manusia, Sherwin B. Nuland

Pada 1940, untuk mengurangi gangguan ingatan dan kebingungan


setelah terapi kejang dilakukan 2 cara modidikasi 2 cara ECT
tersebut, yaitu:
1. Mempergunakan elektrode yang unilateral
2. Arus kejut listrik searah arus sinusoidal

Friedman dan Wilcox, tahun 1942 melakukan modifikasi secara


unilateral dengan arus searah, lancaster et.al di inggris tahun 1958
melakukan unilateral dengan menempatkan pada hemisfer non
dominanuntuk mengurangi efek samping kebingungan dan
gangguan daya ingat sesudah ECT dan hasilnya sama efektif
dengan bilateral.
Pada 1940 para psikiater mulai mengadakan penelitian
eksperimental dengan menggunakan curare, disebut racun dari
Amerika Selatan yang dapat membuat otot jadi paralise untuk
mengurangi alibat kejang yang dihasilkan dari alat ECT tersebut.

Kemudian diperkenalkan “suxamethonium” (succinylcholine) zat


yang sinthetis penggunaannya lebih aman dari curare, pada tahun
1951 digunakan secara luas untuk memodifikasi penggunaan dari
ECT dengan bantuan anestesi ringan.
Pada 1970 dilaporkan oleh American Psychiatric Association
(APA) :
pengobatan depresi dipakai ECT dan selanjutnya diikuti laporan
tahun 1990 sampai tahun 2001.

Abrams tahun 1972 dan Taylor tahun 1973 membuktikan bahwa


metode unilateral tidak se-efektif dengan cara bilateral dalam hasil
terapeutiknya, maka dengan ini sampai sekarang dilakukan secara
bilateral.

Pada 1976, Dr Blatchey mendemonstrasikan keberhaslan


menggunakan ECT dengan arus listruk yang searah dapat
mengurangi efeksamping kognitif yang ditimbulkan, tetapi
beberapa klinik di AS masih menggunakan arus listrik bolak baik.
MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja ECT tidak diketahui. Berbagai perubahan selama
perjalanan ECT yang berperan mencakup perubahan reseptor dan
neurotransmitter pusat, pelepasan hormon dan perubahan ambang
kejang.
Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa selama kejang aliran
darah serebral, pemakaian glukosa dan oksigen, dan permeabilitas
sawar darah otak meningkat.

Setelah kejang, aliran darah dan metabolisme glukosa menurun,


kemungkinan paling jelas pada lobus frontalis. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa derajat penurunan metabolisme serebral adalah
berhubungan dengan respon terapeutik.
Hampir setiap sistem neurotransmitter dipengaruhi oleh ECT.
Tetapi, urutan sesion ECT menyebabkan regulasi turun reseptor
adrenergik-β pascasinaptik, reseptor yang sama dan terlihat pada
hampir semua terapi antidepresan.
INDIKASI
ECT melibatkan induksi kejang oleh rangsang listrik singkat
pada otak. Indikasi utamanya adalah:
1. Gangguan/episode depresif
2. Penyakit Depresi masa nifat
3. Mania
4. Skizofrenia katatonik
5. Gangguan skizoafektif
KONTRAINDIKASI
1. Pasien dengan lesi saraf pusat
2. Serebrovaskular dan aneurisma
3. Infark miokard
4. Hipertensi
5. Penyakit tulang dan fraktur

Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk ECT, ECT


relatif aman untuk semua trimester tetapi harus ada pemberian
obat-obat farmakologis menurut Ferril(1922),Miller (1994) Walker
(1994) dan pemantauan janin umumnya dianggap tidak perlu
kecuali pada kehamilan risiko tinggi atau rumit.
PROSEDUR KERJA

1. Informed Consent
2. Persiapan Psien
3. Persiapan Alat
4. Pelaksanaan
5. Pengawasan pasca ECT
PENEMPATAN ELEKTRODA
ECT BILATERAL
ECT UNILATERAL
OBAT-OBAT DALAM PROSES ECT

1. ANTIKOLINERGIK MUSKARINIK
2. ANASTHESIA
3. MUSCLE RELAXANT
EFEK SAMPING ECT

1. EFEK TERHADAP SSP


2. MEMORI

Anda mungkin juga menyukai