Anda di halaman 1dari 79

PENYUSUNAN SOP

BIDANG P2P
SEKSI PENGENDALIAN PENYAKIT
DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT
SOP

 Perangkat instruksi/langkah-langkah yang


dibakukan utuk menyelesaikan suatu proses
kerja rutin tertentu
 Konsensus bersama untuk memberikan layanan
terbaik
 Mengurangi kesalahan dan pelayanan di bawah
standar

TUJUAN : agar kerja rutin terlaksana efisien, efektif,


konsisten, aman dlm rangka meningkatkan mutu pelayanan
melalui pemenuhan standar yg berlaku
TUBERKULOSIS
SOP pelayanan pasien TB

SOP pemeriksaan laboratorium TB

SOP tatalaksanan/pengobatan pasien TB

SOP rujukan mikroskopis

SOP rujukan kasus TB MDR

SOP Pencegahan penularan TB

SOP pelayanan kasus TB HIV


Alur Diagnosis TB Paru pada Orang Dewasa

Bagaiamana cara menegakkan diagnosis TB Paru pada orang dewasa, anda


dipersilahkan memperhatikan Alur Diagnosis TB Paru dibawah ini.

Suspek TB Paru

Pemeriksaan dahak mikroskopis - Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)

Hasil BTA Hasil BTA Hasil BTA


+ - - - - -
+ ++
++ -
Antibiotik Non-OAT

Tidak ada Ada


perbaikan perbaikan

Foto toraks dan pemeriksaan dahak


pertimbangan dokter mikroskopis

Hasil BTA
Hasil BTA
+ ++ - - -
++ -
+ - -

Foto toraks dan


pertimbangan dokter

TB BUKAN TB

Catatan:
Pada keadaan-keadaan tertentu dengan pertimbangan kegawatan dan medis spesialistik, alur tersebut dapat
digunakan secara lebih fleksibel.

17
 Unsur dlm suatu format SOP :
a. Judul
b. Tanggal terbit
c. Ditetapkan oleh
d. Pengertian
e. Tujuan
f. Kebijakan
g. Prosedur
h. Unit terkait
 Contoh SOP TB
 Standar Pelayanan Penderita

 1.Tujuan :
 a.Mempermudah dam memperlancar pelayanan
pada penderita TBC Paru.
 b.Memutuskan rantai penularan TBC Paru.
 c.Menurunkan angka kesakitan dan kematian
TBC Paru.
 Kebijakan :
 a.Pengelola P2 TBC
 b.Ruang Pengelola
 c.Meja, kursi dan kipas angin
 d.ATK dan buku register
 e.Buku penderita TB.01, TB.02, TB.05 dan
TB.06
 f.OAT
 g.Pot dahak
 h.Slide dan Ose serta Lampu spritus.
 3.Prosedur :
 a.Pasien mendaftar diloket kartu
 b.Petugas kartu menanyakan dan mencatat identitas pasien :
nama, tanggal
 lahir,jenis kelamin, alamat lengkap, dan pekerjaan pasien
kemudian mencari dan
 mengisi buku famyli folder penderita.
 c.Buku famyli folder pasien dibawa ke ruang Polik dokter
berdasarkan nomor urut
 pendaftaran.
 d.Pasien disilahkan duduk sambil menunggu namanya di
panggil.
 e.Penderita masuk di ruang Polik dokter.
 f.Dokter melakukan anamese penderita mengenai keluhan ada
batuk/tidak, berapa lama
 batuk dan bila tersangka TBC, dokter merujuk untuk
pemeriksaan dahak ke
 Pengelola TBC.
 g.Penderita ke ruang pengelola TBC.
 h.Penderita dipersilahkan masuk dan duduk.
 i.Pengelola melalukan anamese ulang dan mencatat mengenai
berapa lama batuk,
 berdahak/tidak, dahak bercampur darah/tidak, sesak nafas/tidak,
nyeri dada
 /tidak, kurang nafsu makan/tidak, berat badan menurun/tidak,
riwayat kontak
 dengan penderita TBC dan apakah pernah minum obat paru-paru
selama kurang dari 1
 bulan atau lebih dari 1 bulan.
 j.Mengisi buku daftar suspek porm. TB.06
 k.Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya
pemeriksaan dahak dan cara
 batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang kental dan
purulen.
 l.Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan
pertama dan pengambilan dilakukan
 dibelakang Puskesmas.
 m.Memeriksa kekentalan, warna dan volume
dahak. Dahak yang baik untuk pemeriksaan
 adalah berwarna kuning kehijau-hijauan
(mukopurulen), kental, dengan volume 3-5
 ml.Bila volumennya kurang, pengelola harus
meminta agar penderita batuk lagi
 sampai volumenya mencukupi.
 n.Jika tidak ada dahak keluar, pot dahak
dianggap sudah terpakai dan harus
IMUNISASI
Prosedur penerimaan vaksin

Prosedur pelayanan imunisasi di puskesmas

Prosedur penanganan kasus KIPI

Prosedur penggunaan vaksin

Prosedur pengelolaan vaksin pada keadaan tertentu

Prosedur pengelolaan vaksin terbuka

Prosedur pengelolaan limbah medis pelayanan imunisasi

SOP penyimpanan vaksin di lemari es

SOP perawatan lemari es


MALARIA
SOP penemuan penderita

SOP penatalaksanaan pasien malaria ringan/berat

SOP pemeriksaan parasit malaria

SOP rujukan kasus malaria


DIAGNOSIS MALARIA
 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
◦ MIKROSKOPIK  PUSKESMAS
◦ TEST CEPAT (RAPID DIAGNOSTIC TEST) PADA
YANKES YANG BELUM MAMPU

MALARIA KLINIS DITINGGALKAN

PENINGKATAN MUTU (1)


 PENGOBATAN KLINIS.
 PENGOBATAN TANPA
KOMPLIKASI:
- P.VIVAX/OVALE
- P.FALCIARUM
 PENGOBATAN MALARIA
BERAT.
 PENGOBATAN PENCEGAHAN

PENGOBATAN
KUSTA

SOP penemuan dan pelayanan kasus kusta

SOP rujukan kasus kusta

SOP penanganan kasus reaksi

SOP pemeriksaan kontak


DBD

SOP Pelayanan kasus DBD

SOP Penaggulangan KLB DBD

SOP rujukan kasus DBD

SOP pelaksanaan fogging fokus


RABIES

SOP Pelayanan kasus luka gigitan

SOP pemberian VAR dan SAR

SOP rujukan kasus tersangka rabies


Tata-laks ana Gigitan HPR
 Wound toilet
Cuci luka dgn sabun
Keringkan
Bubuhi alkohol, jodium tincture
 Wound treatment
 Antibiotika, ATS, Analgetik Asep Purnama
 Pasteur treatment
 VAR dan atau SAR
Klas ifikas i Luka GHPR [WHO]
Derajat Jenis Kontak Tatalaksana
luka
I Sentuhan atau jilatan HPR Tak perlu tindakan,
pada kulit tanpa luka tp sebaiknya cuci
II Luka cakar, luka abrasi/lecet, Cuci luka, VAR
luka ringan, jilatan pada kulit
Asep Purnama
luka
III Luka multipel, luka dalam, Cuci luka, VAR, SAR
luka risiko tinggi, saliva HPR
pada mukosa
Prins ip Cuci Luka
 Lakukan pd semua kasus GHPR
 Cuci luka dengan air mengalir & sabun
selama 10-15 menit
 Hindari tindakan invasif seperti menyikat luka
 Golden period cuci luka 12 jam.
Namun tetap lakukan, meski terlambat.
Asep Purnama
 Setelah cuci luka, berikan betadin atau antiseptik
 Luka gigitan tidak boleh dijahit,
bila sangat diperlukan lakukan jahitan situasi
Penanganan di Rumah S akit
 Petugas yang merawat wajib menggunakan
Alat Pelindung Diri
 Case fatality rate 100%, diharapkan petugas
merawat secara manusiawi
 Ditempatkan di ruang
isolasi khusus Asep Purnama
 Terapi simtomatis dan
supportif
FLOW CHART PENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN
HEWAN TERSANGKA /RABIES

.
Kasus gigitan
`
Anjing,
Kucing, Kera

Hewan pengigit lari Hewan pengigit


/hilang & tdk dpt di dapat ditangkap &
tangkap, mati/dibunuh diobservasi 10-14
hari

Luka Luka Luka Luka


resiko tinggi resiko rendah resiko tinggi resiko rendah

Segera Segera Segera Tidak diberi


Diberi VAR Diberi VAR diberi VAR VAR tunggu
& SAR & SAR hasil Obs.

Jika tdk dpt Hewan Hewan Hewan Hewan


Spc. otak dapat
diperiksa Lab. sehat mati mati sehat
diperiksa di Lab.
lanjutkan VAR

Stop Beri / lanjutkan Tidak


Positif Negatif VAR VAR di VAR

Spc. otak
diperiksa di Lab.
VAR lanjutkan Stop VAR

Positif Negatif

VAR Stop VAR


lanjutkan
HIV

SOP Pelayanan kasus HIV-AIDS

SOP pemeriksaan laboratorium HIV

SOP rujukan kasus HIV-AIDS


ALUR PELAPORAN KLB
PENYAKIT MENULAR
Surveilans AFP
Ditjen PP & PL WHO- WHO-
Alur Pelaporan Kemenkes RI FP1 SEARO HQ
& Umpan Balik FP1
FPL
LAB

Surveilans AFP
LAB
Dinkes
Laboratorium
Provinsi Polio
FP1 Nasional
FPL
W1
FPS
Dinkes
Kab./Kota FP-PD Rumah Sakit

PWS KLB (W2)


Lisan W1

Puskesmas

Lisan

Masyarakat
: umpan balik
: laporan
Format Utama Pelaporan Surveilans
AFP
 Laporan Kejadian Luar Biasa/Wabah
(dilaporkan dalam 24 jam) W1-Puskesmas
(Format 28a)
 Formulir pelacakan kasus FP (FP1)
 Pemantauan rantai dingin spesimen (FP S-0)
 Formulir permintaan pemeriksaan spesimen
(FP-S1)
 Formulir jawaban laboratorium (FP-S2)
 Lis penderita AFP (FPL)
 Kinerja surveilans AFP menurut kab./kota
(FKIN)
001
Ka. Dinkes Kab. Antah barantah
09 06 2010
X
B
1

Pengambilan spesimen tinja


Antah Dimana saja boleh 061110004
Barantah

09 / 06 / 2010 09 / 06 / 2010

OKTAPIA X
12/12/1999 10 4

BOM BERLIAN 24 13

Hal. 1 Sukamaju terus


JARIK
Boleh-boleh
Saja

04/05/2010 15/05/2010

X
X

X X
X X
X X
X X

Hal. 2

X
X

X
X
X

X 05/06/2010 14/06/2010

X 10/06/2010 14/06/2010

HERLINAWATI, SKM
MENINGITIS CAP RS/PKM
TTD
Jangan
menutupi
• Diisi diagnosis akhir dr. Kurnia, SpA informasi ini
• Bukan Gejala
• Bukan “Sembuh/Sehat” 0811223344

TTD
Banyuasin Sumatera 0611100
Selatan
14/07/2 04
010
x 02/11/2
010

OKTAPIA X
12/12/1999 10 4
BOM BERLIAN 24 13
PANGKALAN BALAI BANYUASIN

x
x
x x
x x
x x
x x

HERLINAWATI, SKM CAP RS/PKM


MENINGITIS
Jangan
menutupi
TTD DR. SISKA, SpA informasi ini

0811223344
• Diisi diagnosis akhir TTD
• Bukan Gejala
• Bukan “Sembuh/Sehat”
Dokumen ini perlu
dilengkapi bila:

• Kasus AFP dengan spesimen


tidak adekuat dengan kondisi:
 Ada sisa kelumpuhan
pada KU 60 hari
 Lost FU
 Meninggal
4 4 Diisi dengan
contoh
• Kasus AFP dengan hasil lab 5 5 angka dari
skala 0 (lumpuh
virus polio vaksin positif total) s/d 5
(normal)
04/06/201 11.30 WIB
OKTAPIA
0 x
061110004

x
10/06/201 13.15 WIB
0 x
04/06/201 10.30 WIB
0

x Zulaikha

10/06/201 12.30 WIB 12/06/201 10.00 WIB


0 0 x
x Zulaikha

04/06/201 10.40 WIB 12/06/201 10.00WIB


0 0 x
x
5 x

10/06/201 12.45 WIB


0
x
5 x
Polio Nasional
Puslitbang Biomedis Farmasi,
Balitbangkes Jakarta
Banyuasin Sumatera Selatan

OKTAPIA 061110004

14/06/2010

Banyuasin 14/06/2010

Seksi Surveilans

TTD
Dr. Armadi
• Laporan ini adalah data Kumulatif
(Januari s/d bulan akhir lapor)
• Data diurutkan berdasarkan
NOMOR EPID
Surveilans Integrasi PD3I
Campak (rutin & KLB), Tetanus Neonatorum
dan Difteri
Format Pelaporan Surveilans
PD3I
 Laporan kasus campak (C1 – rutin atau KLB)
 Formulir permintaan pemeriksaan spesimen
(lampiran 1)
 Standard informasi minimal faktor resiko pada
penyelidikan KLB (C2)
 Rekapitulasi data hasil penyelidikan KLB campak
(lampiran 7)
 Laporan Bulanan C-KLB campak provinsi (lampiran
8); Kab./kota (lampiran 9)
 Ceklis Supevisi surveilans campak kab./kota ke
puskesmas (lampiran 5)
 Laporan penyelidikan KLB Tetanus Neonatorum (T2)
 Laporan penyelidikan KLB Difteri
 Laporan surveilans integrasi AFP & PD3I provinsi
(lampiran 10); Kab./kota (lampiran 11)
Surveilans Campak
Alur Pelaporan
Surveilans Campak
Petugas lab
ambil spesimen ks pertama &
Ks Campak selanjutnya setiap kelipatan 5
Klinis kirim ke kabupaten

Puskesmas Petugas
Dokter poliklinik Surveilans
Catat di form C1

Flow Cari kasus


Surveilans tambahan di
lapangan, ditemukan
campak di 5 ks, KLB
Penyelidikan KLB
puskesmas (Fully investigation)
APA YANG DILAKUKAN KABUPATEN ?

1. Data dari laporan C-1, direkap dalam


formulir Integrasi, laporkan ke
Provinsi setiap bulan
2. Lakukan Penyelidikan KLB, Kirim
laporan ke Provinsi
3. Laporan KLb direkap dalam form C-
KLB, kirim ke provinsi dengan
melampirkan form pelacakan C-1
4. Lakukan analisa data
SKEMA KLASIFIKASI KASUS
CAMPAK
Bukan
IgM Negatif
Spesimen darah adekuat
Kasus Campak

IgM positif Kasus campak


Klinis Campak Pasti
Ada hubungan
epidemiologi
dengan kasus
pasti Kasus campak pasti
laboratorium secara epidemiologi
(biasanya dalam
Tdk ada spesimen/
kasus KLB)
spesimen tidak adekuat Tidak ada
hubungan
epidemiologi
dengan kasus Kasus campak
pasti klinis
Peran Puskesmas
Surveilans Campak
DI PUSKESMAS (1) :

1. Setiap kasus campak dicatat dlm form W2 dan C1


(Rutin)
 Form W2 untuk SKD, dikirim mingguan.
 Form C1, individual report, dikirim bulanan.
 Laporan campak juga terdapat di Lb1 (STP), tetapi
status imunisasi (-), dikirim bulanan

2. Setiap KLB lakukan :


• Segera lapor ke Kabupaten
• Semua KLB Lakukan Penyelidikan dan pemeriksaan
spesimen
• Semua hasil penyelidikan didokumentasi
• Bila Kabupaten tidak ikut dalam pelacakan, maka hasil
penyelidikan laporkan ke kabupaten.

3. Buat absensi dan dokumentasi pengiriman laporan ke


kabupaten.
DI PUSKESMAS (2)
4. Lakukan Pengolahan data dalam
bentuk :
 Distribusi kasus perdesa (Spot map)
 Kecendrungan kasus setiap minggu (Grafik
mingguan)
 Kelompok umur dan status imunisasi kasus
(Grafik batang, pie )
 Areamap cakupan imunisasi campak
5. Lakukan Analisa Data
 Tentukan daerah Resiko tinggi
 Informasikan kepada pengelola program
imunisasi
 Perketat pelaksanaan surveilans di daerah
resiko tinggi tersebut

Surveilans Campak
Catatan : Di tingkat puskesmas, data campak adalah
individual
Peran KABUPATEN
Surveilans Campak
KABUPATEN (1) :

1. Laporan C1 puskesmas dan laporan surveilans aktif


RS direkap dalam laporan integrasi (Rutin)
Buat absensi penerimaan laporan W2
Kirim laporan integrasi setiap bulan ke propinsi

2. Setiap KLB lakukan :


• Segera lapor ke Propinsi
• Semua KLB Lakukan Penyelidikan dan ambil spesimen
urin dan darah
• Semua hasil penyelidikan didokumentasikan
• Semua KLB direkap dalam formulir PWS KLB, setiap
bulan dilaporkan ke propinsi.

3. Buat umpan balik setiap 3 bulan ke RS dan puskesmas


yang memuat :
• Absensi penerimaan laporan (W2, C1 dan STP) dan
analisis sederhana tentang isu-isu penting.
PERAN DINKES KAB/KOTA
3. MELAKSANAKAN SURVEILANS AKTIF
KE RS BERSAMA AFP

4. PENCATATAN & PELAPORAN


◦ Data C1 puskesmas dan RS direkap
ke formulir integrasi (spt yg sudah
berjalan)

◦ Khusus kasus campak yang diperiksa


spesimen direkap khusus dalam formulir
C1 dan dilaporkan ke propinsi
bersamaan dg form integrasi secara
kumulatif
PELAPORAN DAN FORMAT
SURVEILANS CAMPAK
Puskesmas : C1 (Rutin) = Bulanan, tiap tagl 5
C-1 & C-2 (Jika ada KLB) = (segera)

Kabupaten : Form integrasi (Rutin), hasil rekap form C1


puskesmas = Bulanan,tiap tgl 08
Form C KLB/K, ada tidak ada KLB setiap
bulan tgl 10, jika ada KLB lampirkan C1
dan C2

Propinsi : Form integrasi (Rutin), hasil rekap form C1


puskesmas = Bulanan,tiap tgl 10
Form C KLB/P, ada tidak ada KLB setiap
bulan tgl 15, jika ada KLB lampirkan C1
dan C2
Jika ada KLB laporkan segera : fax atau
tlp
Format laporan Campak
Lokasi Data Rutin Waktu Data KLB Waktu
Puskesmas C1 Bulanan, C1 & C2 Segera
tgl 5 tgl 5
Kabupaten C1 direkap Bulanan Rekap ke form C Bulanan
ke Form KLB/K, jika ada
Tgl 10 KLB lampirkan C1 Tgl 10
integrasi dan C2
Kabupaten
Provinsi Form Bulanan Form C KLB/K, Bulanan
integrasi Kab direkap ke C
Tgl 15 KLB/P, jika ada Tgl 15
direkap ke KLB lampirkan C1
form dan C2
integrasi
prop
JIKA KASUS CAMPAK DITEMUKAN APA
YANG HARUS DILAKUKAN PUSKESMAS ?
1. Catat pada formulir C-1
2. Jika kasus adalah kasus pertama pada
tahun ini, maka ambil spesimennya
3. Cari kasus tambahan ke lapangan
4. Jika ditemukan kasus lebih 5
mengelompok secara epidemiologis
dalam 1 bulan, maka lakukan
tatalaksana KLB  laporkan SEGERA
ke Kabupaten
5. Setiap bulan laporan C-1 dikirim ke
Kabupaten
Petunjuk Pengisian Form C1
(yang telah dimodifikasi)

 Format STANDAR ini digunakan sebagai


pelaporan oleh Provinsi ke Subdit KLB dan
telah dimodifikasi untuk memudahkan proses
pengolahan database
 Laporan merupakan DATA BULANAN kasus
tersangka campak yang dilaporkan dari
kabupaten/kota
 Laporan dikirimkan SETIAP BULAN ke Subdit
KLB bersama dengan laporan Integrasi PD3I
lainnya sebelum tanggal 15
 No. EPID Kasus CBMS / NO. EPID Kasus KLB
dan NO. KLB ditentukan berdasarkan tahun
mulai ruam tersangka kasus campak
Penetapan Nomor EPID Campak
(Kasus Campak KLB)
PP DD HHH RR NNN

Kode Propinsi
Kode Kabupaten/Kota
Kode Puskesmas
Tahun Mulai Rash
Kode Penderita
KLB ke

Contoh : 010200311001/K1: kasus campak pertama dari KLB 1


dari Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh, Puskesmas X tahun 2011
Penetapan Nomor EPID Campak
(KEJADIAN)
PP DD HHH RR /KK

 Kasus KLB
Kode Propinsi
Kode Kabupaten/Kota
Kode Puskesmas
Tahun Mulai Rash (kasus indeks)
KLB ke:

Contoh : 010200311/K1: KLB pertama dari Provinsi Aceh,


Kota Banda Aceh, Puskesmas X tahun 2011
Surveilans Difteri
 adanya kasus disuatu daerah
menunjukkan
◦ adanya kegagalan cakupan
◦ Adanya kegagalan vaksinasi
◦ Adanya kelemahan program kesehatan
termasuk keterbatasan jangkauan
pelayanan maupun mahalnya pelayanan
sehingga tdk mampu dijangkau
◦ merupakan indikator daerah yang
bermasalah
PENYAKIT DIFTERI
Kuman Penyebab Corynebacterium diphtheriae
Sumber penularan Manusia (Penderita/Carrier)
Cara penularan • Kontak dengan penderita pada
masa inkubasi
• Kontak dengan Carrier
• Melalui pernafasan (droplet
infection, vomite, luka di tangan
(difteri kulit)- Mencemari tanah
sekitarnya.

Masa Inkubasi 2 – 5 hari


Masa penularan • Dari penderita : 2 – 4 minggu
(sejak masa inkubasi)
• Dari Carrier bisa sampai 6 bulan
DEFINISI KASUS DIFTERI
Klinis • Panas, (sekitar 38 derajat Celsius)
• Ada pseudomembrane putih keabu
abuan, tidak mudah lepas tapi mudah
berdarah letak pseudomembrane bisa
di larynx, di pharynx atau di tonsil
• Sakit waktu menelan
• Leher membengkak (bullneck)
• Sesak nafas disertai bunyi (stridor)

Konfirmasi
• Kasus klinis dengan hasil positif C
diphtheri atau ada hubungan
epidemiologis dengan kasus
konfirmasi
 Kekebalan diperoleh krn sakit atau
mendapat imunisasi.
 Seseorang yang sembuh dari penyakit
difteri tidak selalu mempunyai kekebalan
seumur hidup.
Membran menempel jaringan,
bila diambil menimbulkan perdarahan
KLB Difteri
 Satu kasus klinis atau konfirmasi difteri
adalah KLB
 Dilaporkan segera sebagai laporan KLB
 Lakukan penyelidikan menggunakan
formulir penyelidikan KLB pada buku
“Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa”. (Pedoman
Epidemiologi Penyakit), hal, 53
Penyelidikan KLB Difteri
TUJUAN :
 Penatalaksanaan Kasus dan Kontak
 Segera memutus rantai penularan.
◦ Cari kasus tambahan  Tatalaksana kasus
◦ Cari kontak terdekat  Prophilaksis
◦ Cari sumber penularan/carrier  Tatalaksana
kasus
 Mendapatkan gambaran epidemiologis dan
faktor risiko  Tindak lanjut imunisasi
Langkah Penyelidikan KLB Difteri
 Catat identitas kasus pada formulir penyelidikan
KLB difteri
 Pastikan kasus dilakukan manajemen yang tepat,
bantu dalam penyediaan ADS
 Cari sumber penularan/carrier dengan memeriksa
spesimen kontak terdekat.
 Bila ditemukan carrier atau kontak positif,
lakukan pengobatan sampai hasil laboratorium
negatif
 Berikan profilaksis terhadap kontak
 Mencari faktor risiko untuk merumuskan tindak
lanjut imunisasi
LANGKAH PENYELIDIKAN & PENANGGULANGAN KLB DIFTERI

W1 Jangan ada
ADS gratis ADS ngganti
Kontak yg lolos
TAK MAMPU MAMPU konfirmasi

IDENTIFIKASI
PE KONTAK
TATALAKSANA Utamakan
KASUS Yg kontak erat
PROPHILAKSIS
AMBIL SPES
ERYTROMISIN
50 mg/Kg.BB/Hari
IDENTIFIKASI RISTI

-PENGAWASAN
SURVEILANS INTENSIF -SIDE EFEK

BUFFER STOCK
DI PROPINSI
TINDAK LANJUT
DPT, DT & dT
YANG DIMAKSUD KONTAK ERAT

 Kontak serumah, tetangga, teman


sepermainan, teman sekolah.
 Apabila anak sekolah, guru penderita juga
perlu dilakukan pengambilan specimen
 Kontak serumah adalah semua orang yg
tinggal serumah tanpa melihat golongan
umur.
 Definisi Karier:
◦ Hasil lab positif tetapi tidak ada manifestasi klinis
Penanggulangan KLB
 Tatalaksana kasus
 Tatalaksana kontak
 Pemberian imunisasi
Tata laksana

Tata laksana epidemiologik

• Isolasi ketat
• Isolasi penderita: sampai biakan (-) 3x berturut-turut
• Pelacakan kontak dan PE
• Mencari kasus baru
• Mencari dan menekan transmisi karier dg eritromisin
• Tatalaksana kontak
• Amati apakah menjadi penderita baru setelah inkubasi
• Tertular atau menularkan (karier sementara atau kronik)
• tes Schick (kerentanan thd difteri) Bila imunisasi dasar lengkap: booster
• Imunisasi setelah sembuh dan booster
Hal yang perlu dilakukan (1)
 Jika ada kasus difteri, laporkan ke
petugas kesehatan setempat.
 Dapatkan pemeriksaan pendahuluan
klinis dan kultur yang tepat dan
informasi epidemiologi (termasuk
riwayat imunisasi)
 Berikan penatalaksanaan presumptif
dengan antibiotik dan antitoksin.
Lakukan isolasi ketat sampai
sedikitnya 2 kultur negatif 24 jam
setelah antibiotik dihentikan.
EVALUASI (sambil tetap
melakukan surveilans
ketat) di lakukan bila:
- pengobatan prophilaksis selesai

- bagi kontak yg masih (+) , obati


lagi dan beri lagi eritromisin
(original product )
Analisis data & Interpretasi
 Analisis data dengan interpretasi Tabel,
Grafik & Peta penyebaran kasus untuk
memantau keadaan dan trend kasus Difteri.
 Analisis kasus dikaitkan dengan variabel
Waktu – Orang–Tempat dan faktor
determinan lain.
 Berdasarkan hasil analisis dirumuskan
upaya tindak lanjut sebagai tindakan
korektif thd upaya yang telah dilakukan
sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai