Radiaasi Pencemaran
Nitrogen
Udara
Partikulat H2S
Hidro
karbon
Peningkatan Kebutuhan Manusia
Pemakaian mesin-mesin
Pencemaran Udara
Polusi suara atau pencemaran suara adalah gangguan
pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi
atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman
makhluk hidup di sekitarnya.
Pencemaran suara diakibatkan suara-suara
bervolume tinggi yang membuat daerah
sekitarnya menjadi bising dan tidak
menyenangkan.
Penilaian terhadap suara yang muncul sebagai polusi
atau tidak merupakan sesuatu yang subjektif.
Kerusakan yang diakibatkan pencemaran suara
bersifat setempat, tidak seperti polusi udara
maupun polusi tanah.
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak
dikehendaki sehingga mengganggu atau
membahayakan kesehatan.
Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan
frekwensi antara 16-20.000 Hz, dan intensitas
dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara
terus menerus.
Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan
gangguan dan batas ini disebut critical level of
intensity.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, standart tingkat
kebisingan di ruang kerja tanpa pelindung
maksimal 85 dBA.
Dalam pencemaran suara, kebisingan yang dialami sehari hari
tanpa sadar merupakan faktor utama terjadinya pencemaran
suara.
Apalagi pada era modern seperti sekarang ini banyak sekali alat-
alat yang menggunakan mesin yang berbunyi bising serta
penggunaan gadget yang bisa memutar bunyi dengan earphone
yang suaranya langsung mengenai gendang telinga tanpa ada
perantara merupakan suatu hal yang beresiko mengakibatkan
pencemaran suara
Sebagai contoh beberapa kebisingan yang menyebabkan
kebisingan yang kekuatannya diukur dengan dB atau desibel
adalah:
1. Orang ribut / silat lidah = 80 dB
2. Suara kereta api / krl = 95 dB
3. Mesin motor 5 pk = 104 dB
4. Suara petir = 120 dB
5. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB
Kebisingan
Impulsif
Kebisingan
Berdasarkan Kebisingan
sumbernya Kontinyu
Kebisingan
Semikontinyu
Yaitu kebisingan yang datangnya tidak secara
terus menerus, akan tetapi sepotong-sepotong.
Contohnya adalah :
Kebisingan yang datang dari suara palu yang
dipukulkan
Kebisingan yang datang dari mesin pemasang
tiang pancang
Yaitu kebisingan yang datang secara terus
menerus dalam waktu yang cukup lama.
Contohnya adalah :
Kebisingan yang datang dari suara mesin yang
dijalankan (dihidupkan)
Yaitu kebisingan kontinyu yang hanya sekejap,
kemudian hilang dan mungkin akan datang
lagi.
Contohnya adalah :
Suara mobil atau pesawat terbang yang sedang
lewat.
Jarak Serapan Udara
Faktor-Faktor
Lingkungan
yang Mempengaruhi
Kebisingan
Dampak
Kebisingan
Gangguan Komunikasi
Gangguan Fisiologis Gangguan Psikologis
Gangguan percakapan Rasa tidak nyaman
Peningkatan tekanan darah Kurang konsentrasi/berfikir
Peningkatan nadi Susah tidur, cepat marah, stress
Mual, susah tidur, sesak nafas Gangguan jiwa
Dampak
Kesehatan
Gangguan Patologis
Gangguan Keseimbangan
Organis
Kepala pusing (vertigo)
Ketulian sementara atau Mual-mual
permanen
Masking Effect
Gangguan Komunikasi
Kecelakaan
Mengganggu Pekerjaan Karena tidak mendengar
isyarat atau tanda bahaya
Membahayakan
Keselamatan
Pengendalian Teknis Pengendalian Administratif
Uji emisi kendaraan bermotor
Penyesuaian jadual
Pengurangan kebisingan pada
Rotasi kerja
sumbernya
Informasi tentang bahaya bising
Penembatan penghalang pada jalan
Penggunaan alat pelindung
transmisi
perorangan
Pemakaian sumbat atau tutup telinga
Pengendalian
Kebisingan
Pengendalian Medis
Penggunaan APD
Pemeriksaan riwayat medis pra-kerja
Ear plug
Pemeriksaan berkala
Ear muff
Mengubah cara kerja dari yang menimbulkan bising menjadi
berkurang suara yang menimbulkan bisingnya, yaitu dengan cara
sebagai berikut :
Uji kebisingan kendaraan bermotor
Uji kebisingan kendaraan bertujuan untuk mengurangi
pencemaran suara yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor.
Penggunaan knalpot yang tepat dan mesin yang terawat juga
menentukan tingkat kebisingan yang ditimbulkan suatu
kendaraan.
Pengurangan kebisingan pada sumbernya
Hal ini bisa dilakukan dengan menempelkan alat peredam suara
pada alat yang bersangkutan. Selain itu, pengurangan kebisingan
dapat dilakukan dengan subtitusi mesin yang bising dengan
mesin yang kurang bising, menggunakan pondasi mesin yang
baik agar tidak ada sambungan yang goyang atau mengganti
bagian-bagian logam dengan karet, modifikasi mesin dan proses,
serta merawat mesin secara teratur dan periodik sehingga dapat
mengurangi sumber bising.
Penembatan penghalang pada jalan transmisi
Usaha ini dilakukan dengan jalan mengadakan isolasi ruangan
atau alat-alat penyebab kebisingan dengan jalan menempatkan
bahan-bahan yang mampu menyerap suara sehingga suaara-suara
yang keluar tidak lagi merupakan gangguan bagi lingkungan.
Selain itu dapat menggunakan penyekat dinding dan langit-langit
yang kedap suara.
Pemakaian sumbat atau tutup telinga
Cara ini terutama dianjurkan kepada orang yang berada di sekitar
sumber kebisingan yang tidak dapat dikendalikan, seperti
ledakan. Tutup telinga biasanya lebih efektif dari pada
penyumbatan telinga. Alat seperti ini harus dipilih yang tepat
sesuai dengan kebutuhan. Sumbat telinga plastik yang terkadang
tidak mudah diterima pemakai, dan sumbat telinga telinga dari
lilin dapat mengurangi tingkat kebisingan antara 8-30 dB.
Pelindung telinga tipe gumpalan kapas dan headphone lebih
efektif (pengurangan 20-40dB). Pada umumnya, alat-alat ini dapat
mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25dB. Permasalahan
utama pemakai alat proteksi pendengaran adalah mendidik
tenaga kerja agar kontinu menggunakanya sumbat telinga harus
dipakai bila adanya kebisingan lebih dari 100dB.
Pengendalian secara administratif merupakan
cara yang dipakai untuk mengurangi exposure
time dan level pada tenaga kerja dengan
mengatur work pattern sedemikian rupa
sehingga waktu dan level exposurenya masih
dalam batas aman.
Adapun pengendalian secara administratif
meliputi jadwal yang sesuai, rotasi pekerjaan,
informasi tentang bahaya bising, serta
penggunaan alat pelindung perorangan.
Pemeriksaan medis sebaiknya dilakukan sebelum
tenaga kerja tersebut bekerja atau diterima kerja.
Pemeriksaan sebelum penempatan hendaknya
mencakup riwayat medis pemeriksaan fisik.
Selain itu, pengendalian secara medis juga dapat
dilakukan dengan pengadaan pemeriksaan
berkala. Misalnya dilakukan setahun sekali.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ini (sebelum,
sesudah, maupun secara periodik), dapat
dijadikan dasar sebagai bahan evaluasi dan
perbaikan sistem.
Pengendalian dengan cara penggunaan APD merupakan
alternatife terakhir bila pengendalian yang lain telah
dilakukan.
APD berupa alat pelindung telinga yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran (telinga) dan bahaya
kebisingan dan melindungi telinga dari percikan api atau
logam yang panas.
Secara umum alat pelindung telinga dapat dibagi menjadi
dua yaitu, ear plug dan ear muff.
Ear plug atau sumbat telinga merupakan alat pelindung
telinga yang cara penggunaannya dimasukan pada liang
telinga.
Sedangkan tutup telinga (ear muff) merupakan alat
pelindung telinga yang penggunaanya ditutupkan pada
saluran daun telinga.
Terima Kasih