Anda di halaman 1dari 33

Kelompok 8

Amin Tri Handayani P07133114043


Ardhian Dwi Putro Utomo P07133114045
Ardika Noviyawan P07133114046
Ardyan Saputra P07133114047
Puji Lestari P07133114072
Oksida
CARBON
Kebisingan Sulfur
Oksida

Radiaasi Pencemaran
Nitrogen
Udara

Partikulat H2S

Hidro
karbon
Peningkatan Kebutuhan Manusia

Kemajuan Industri dan Teknologi

Pemakaian mesin-mesin

Produksi Barang Transportasi Kontruksi Fisik

Kebisingan Kebisingan Kebisingan

Pencemaran Udara
Polusi suara atau pencemaran suara adalah gangguan
pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi
atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman
makhluk hidup di sekitarnya.
Pencemaran suara diakibatkan suara-suara
bervolume tinggi yang membuat daerah
sekitarnya menjadi bising dan tidak
menyenangkan.
Penilaian terhadap suara yang muncul sebagai polusi
atau tidak merupakan sesuatu yang subjektif.
Kerusakan yang diakibatkan pencemaran suara
bersifat setempat, tidak seperti polusi udara
maupun polusi tanah.
 Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak
dikehendaki sehingga mengganggu atau
membahayakan kesehatan.
 Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan
frekwensi antara 16-20.000 Hz, dan intensitas
dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara
terus menerus.
 Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan
gangguan dan batas ini disebut critical level of
intensity.
 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, standart tingkat
kebisingan di ruang kerja tanpa pelindung
maksimal 85 dBA.
 Dalam pencemaran suara, kebisingan yang dialami sehari hari
tanpa sadar merupakan faktor utama terjadinya pencemaran
suara.
 Apalagi pada era modern seperti sekarang ini banyak sekali alat-
alat yang menggunakan mesin yang berbunyi bising serta
penggunaan gadget yang bisa memutar bunyi dengan earphone
yang suaranya langsung mengenai gendang telinga tanpa ada
perantara merupakan suatu hal yang beresiko mengakibatkan
pencemaran suara
 Sebagai contoh beberapa kebisingan yang menyebabkan
kebisingan yang kekuatannya diukur dengan dB atau desibel
adalah:
1. Orang ribut / silat lidah = 80 dB
2. Suara kereta api / krl = 95 dB
3. Mesin motor 5 pk = 104 dB
4. Suara petir = 120 dB
5. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB
Kebisingan
Impulsif

Kebisingan
Berdasarkan Kebisingan
sumbernya Kontinyu

Kebisingan
Semikontinyu
Yaitu kebisingan yang datangnya tidak secara
terus menerus, akan tetapi sepotong-sepotong.
Contohnya adalah :
 Kebisingan yang datang dari suara palu yang
dipukulkan
 Kebisingan yang datang dari mesin pemasang
tiang pancang
Yaitu kebisingan yang datang secara terus
menerus dalam waktu yang cukup lama.
Contohnya adalah :
 Kebisingan yang datang dari suara mesin yang
dijalankan (dihidupkan)
Yaitu kebisingan kontinyu yang hanya sekejap,
kemudian hilang dan mungkin akan datang
lagi.

Contohnya adalah :
 Suara mobil atau pesawat terbang yang sedang
lewat.
Jarak Serapan Udara

Faktor-Faktor
Lingkungan
yang Mempengaruhi
Kebisingan

Permukaan Bumi Angin


 Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk
merambat.
 Dalam kasus di permukaan bumi, gelombang
bunyi merambat melalui udara.
 Dalam perjalanannya, gelombang bunyi akan
mengalami penurunan intensitas karena
gesekan dengan udara.
 Udara mempunyai massa.
 Udara mengisi ruang kosong diatas bumi dan
digunakan oleh suara untuk merambat. Namun
adanya udara juga sebagai penghambat gelombang
suara.
 Gelombang suara akan mengalami gesekan dengan
udara.
 Udara yang kering akan lebih menyerap udara
daripada udara lembab, karena adanya uap air akan
memperkecil gesekan antara gelombang bunyi dengan
massa udara.
 Udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap
suara daripada udara bersuhu tinggi, karena suhu
rendah membuat udara menjadi lebih rapat sehingga
gesekan terhadap gelombang bunyi akan lebih besar.
 Arah angin akan mempengaruhi besarnya
frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar.
 Arah angin yang menuju pendengar akan
mengakibatkan suara terdengar lebih keras,
begitu juga sebaliknya.
 Permukaan bumi yang berupa tanah dan
rumput, merupakan barrier yang sangat alami.
 Suara yang datang akan terserap langsung.
 Sebaliknya, permukaan yang tertutup aspal
jalan akan langsung memantulkan bunyi.
 Kebisingan merupakan salah satu parameter fisik
kualitas udara selain suhu, kelembaban,
pencahayaan, dan debu partikulat.
 Parameter ini harus diperhatikan dan dipantau
secara berkala agar tidak berdampak negative
terhadap kesehatan manusia.
 Parameter yang tidak memenuhi standar harus
segera dikendalikan sehingga dapat
meminimalkan dampak bahaya kesehatan yang
ditimbulkan.
 Kebisingan sebagai polutan fisik udara juga dapat
mengganggu kenyamanan beraktivitas, terutama
aktivitas dalam ruangan.
 Pengukuran kebisingan dilakukan dengan
menggunakan Sound Level Meter.
 Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur
tingkat tekanan bunyi.
 Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam
tekanan atmosfir yang disebabkan oleh getaran
partikel udara karena adanya gelombang yang
dinyatakan sebagai amplitudo dari fluktuasi
tekanan.
 Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
KEP/51/MEN/1999 zona kebisingan dibedakan
atas tiga bagian, yaitu :
a. Zona aman tanpa pelindung : < 85 dBA
b. Zona dengan pelindung ear plug : 85 - 95 dBA
c. Zona dengan pelindung ear muff : > 95 dBA
 Terdengarnya suara-suara dering/berfrekuensi
tinggi di telinga.
 Volume suara yang makin keras pada saat
harus berbicara dengan orang lain.
 ”Mengeraskan” sumber suara hingga tingkatan
tertentu yang dianggap oleh seseorang sebagai
kebisingan.
Waktu (jam/hari) Tingkat Kebisingan (dB A)
8 90
6 92
4 95
3 97
2 100
1,5 102
1 105
0,5 110
< 0,25 115
No Zona Maksimum dianjurkan Maksimum diperbolehkan
(dB A) (dB A)
1 A 35 45
2 B 45 55
3 C 50 60
4 D 60 70

Zona A = tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan dsb;


Zona B = perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya;
Zona C = perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya;
Zona D = industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.
Tingkat Kebisingan Intensitas Bunyi Keterangan Waktu Kontak
dB (jam)
0 Batas ambang
dengar
Amat sangat tenang 10 Suara daun bergerak
Sangat tenang 20 Studio radio
Tenang I 30 Ruang perpustakaan
Tenang II 40 Rumah tinggal
Sedang 50 Ruang kantor, lalu
lintas (30 m)
Kuat I (awal 60 Ruang
kebisingan) berpendingin,
percakapan kuat,
radio keras
Kuat II (bising) 70 Pasar, jalan ramai,
kantor gaduh
Sangat bising 80 Suasana pabrik, < 8 jam
bunyi peluit polisi
Amat sangat bising 90 Suara mesin diesel < 5 jam
Menulikan 100 Pesawat jet (300 m) < 1/3jam
Waktu Pemaparan Satuan Waktu Intensitas (dB A)
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,75 127
0,88 13
0,44 133
0,22 136
0,11 139
dB Waktu paparan dB Waktu paparan dB Waktu paparan
yang yang yang
diperbolehkan diperbolehkan diperbolehkan
(jam) (jam) (jam)
80 25,4 97 0,5 114 0,59
81 20,16 98 0,4 115 0,47
82 16 99 0,31 116 0,37
83 12,7 100 0,25 117 0,3
84 10,08 101 0,2 118 0,23
85 8 102 0,16 119 0,19
86 6,35 103 0,13 120 0,15
87 5,04 104 0,1 121 0,12
88 4 105 0,08 122 0,09
89 3,17 106 37,5 123 0,07
90 2,52 107 2,98 124 0,06
91 2 108 2,36 125 0,05
92 1,59 109 1,88 126 0,04
93 1,26 110 1,49 127 0,03
94 1 111 1,18 128 0,02
95 0,79 112 0,94 129 0,02
96 0,63 113 0,74 130 0,01
Dampak Kesehatan

Dampak
Kebisingan

Gangguan Komunikasi
Gangguan Fisiologis Gangguan Psikologis
Gangguan percakapan Rasa tidak nyaman
Peningkatan tekanan darah Kurang konsentrasi/berfikir
Peningkatan nadi Susah tidur, cepat marah, stress
Mual, susah tidur, sesak nafas Gangguan jiwa

Dampak
Kesehatan

Gangguan Patologis
Gangguan Keseimbangan
Organis
Kepala pusing (vertigo)
Ketulian sementara atau Mual-mual
permanen
Masking Effect

Gangguan Komunikasi

Kecelakaan
Mengganggu Pekerjaan Karena tidak mendengar
isyarat atau tanda bahaya

Membahayakan
Keselamatan
Pengendalian Teknis Pengendalian Administratif
Uji emisi kendaraan bermotor
Penyesuaian jadual
Pengurangan kebisingan pada
Rotasi kerja
sumbernya
Informasi tentang bahaya bising
Penembatan penghalang pada jalan
Penggunaan alat pelindung
transmisi
perorangan
Pemakaian sumbat atau tutup telinga

Pengendalian
Kebisingan

Pengendalian Medis
Penggunaan APD
Pemeriksaan riwayat medis pra-kerja
Ear plug
Pemeriksaan berkala
Ear muff
Mengubah cara kerja dari yang menimbulkan bising menjadi
berkurang suara yang menimbulkan bisingnya, yaitu dengan cara
sebagai berikut :
 Uji kebisingan kendaraan bermotor
Uji kebisingan kendaraan bertujuan untuk mengurangi
pencemaran suara yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor.
Penggunaan knalpot yang tepat dan mesin yang terawat juga
menentukan tingkat kebisingan yang ditimbulkan suatu
kendaraan.
 Pengurangan kebisingan pada sumbernya
Hal ini bisa dilakukan dengan menempelkan alat peredam suara
pada alat yang bersangkutan. Selain itu, pengurangan kebisingan
dapat dilakukan dengan subtitusi mesin yang bising dengan
mesin yang kurang bising, menggunakan pondasi mesin yang
baik agar tidak ada sambungan yang goyang atau mengganti
bagian-bagian logam dengan karet, modifikasi mesin dan proses,
serta merawat mesin secara teratur dan periodik sehingga dapat
mengurangi sumber bising.
 Penembatan penghalang pada jalan transmisi
Usaha ini dilakukan dengan jalan mengadakan isolasi ruangan
atau alat-alat penyebab kebisingan dengan jalan menempatkan
bahan-bahan yang mampu menyerap suara sehingga suaara-suara
yang keluar tidak lagi merupakan gangguan bagi lingkungan.
Selain itu dapat menggunakan penyekat dinding dan langit-langit
yang kedap suara.
 Pemakaian sumbat atau tutup telinga
Cara ini terutama dianjurkan kepada orang yang berada di sekitar
sumber kebisingan yang tidak dapat dikendalikan, seperti
ledakan. Tutup telinga biasanya lebih efektif dari pada
penyumbatan telinga. Alat seperti ini harus dipilih yang tepat
sesuai dengan kebutuhan. Sumbat telinga plastik yang terkadang
tidak mudah diterima pemakai, dan sumbat telinga telinga dari
lilin dapat mengurangi tingkat kebisingan antara 8-30 dB.
Pelindung telinga tipe gumpalan kapas dan headphone lebih
efektif (pengurangan 20-40dB). Pada umumnya, alat-alat ini dapat
mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25dB. Permasalahan
utama pemakai alat proteksi pendengaran adalah mendidik
tenaga kerja agar kontinu menggunakanya sumbat telinga harus
dipakai bila adanya kebisingan lebih dari 100dB.
 Pengendalian secara administratif merupakan
cara yang dipakai untuk mengurangi exposure
time dan level pada tenaga kerja dengan
mengatur work pattern sedemikian rupa
sehingga waktu dan level exposurenya masih
dalam batas aman.
 Adapun pengendalian secara administratif
meliputi jadwal yang sesuai, rotasi pekerjaan,
informasi tentang bahaya bising, serta
penggunaan alat pelindung perorangan.
 Pemeriksaan medis sebaiknya dilakukan sebelum
tenaga kerja tersebut bekerja atau diterima kerja.
 Pemeriksaan sebelum penempatan hendaknya
mencakup riwayat medis pemeriksaan fisik.
 Selain itu, pengendalian secara medis juga dapat
dilakukan dengan pengadaan pemeriksaan
berkala. Misalnya dilakukan setahun sekali.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ini (sebelum,
sesudah, maupun secara periodik), dapat
dijadikan dasar sebagai bahan evaluasi dan
perbaikan sistem.
 Pengendalian dengan cara penggunaan APD merupakan
alternatife terakhir bila pengendalian yang lain telah
dilakukan.
 APD berupa alat pelindung telinga yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran (telinga) dan bahaya
kebisingan dan melindungi telinga dari percikan api atau
logam yang panas.
 Secara umum alat pelindung telinga dapat dibagi menjadi
dua yaitu, ear plug dan ear muff.
 Ear plug atau sumbat telinga merupakan alat pelindung
telinga yang cara penggunaannya dimasukan pada liang
telinga.
 Sedangkan tutup telinga (ear muff) merupakan alat
pelindung telinga yang penggunaanya ditutupkan pada
saluran daun telinga.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai