Anda di halaman 1dari 103

Contraceptive Technology

Update (CTU)
Outline
• Pendahuluan
• Teknologi Kontrasepsi Terkini
• masalah timbul dengan cepat berkembanganya
tekonologi kontrasepsi tersebut
• Tantangan dan Hambatan Penggunaan Kontrasepsi
Modern
• Menciptkan Lingkungan yang Kondusif pada Program
KB.
• Program KB di indonesia dapat dikelompokkan pada
tiga tujuan besar
• Metode Modern
Metode Modern
• Pil Kontrasepsi Non
• Kontrasepsi Hormonal
Hormonal
1. Suntik KB hormon pada
1. Ekstrak Tanaman
pria
Gandarusa (Justicia
2. Desogestrel Gendarussa)
3. Androgen 2. Suntikan Styrene Maleic
4. Androgen dan Kombinasi Anhydride (SMA)
dengan Progestin 3. Nifedipine
5. Androgen dan GnRH
Antagonis
• Ultrasound
6. Androgen dan Kombinasi • Implant
dengan Estrogen • AKDR
• Metode Operasi :
1. MOW
– Minilaparotomi
– Laparoskopi
– MOW tanpa sayatan
2. MOP
– RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under
Guidance Penghambatan Sperma Reversibel di
Bawah Bimbingan
– Vasektomi
MACAM MACAM
KONTRASEPSI TERKINI

•1.Kontrasepsi Emergensi
•2.Progesteron Only Pills
•3.Pil Kombinasi Trifasik
•4.Implan,Indoplan ( JADENA )
•5.Alkon Tempel
•6.Kontrasepsi Hormonal Pria
•7.Kontrasepsi di masa mendatang
Kontrasepsi

Alamiah Hormonal Barier


Mekanik Mantap
- Laktasi
-senggama - Bentuk PIL -Tubektomi
terputus - AKDR
-Suntikan - Kondom - asektomi
- Kalender - Implant - Diafragma
- Spremisida
4/4/2018 6
• pelatihan Contraseption Technology Update (CTU) dari BKKBN,
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KB.
• pentingnya meningkatkan kualitas kemampuan nakes dlm program
KB kualitas pelayanan dan berdampak secara signifikan
terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan.
• Tuntutan kebutuhan akan pelayanan KB semakin tinggipelatihan
Contraceptive Technology Up to date (CTU),  mengikuti
perkembangan terkini
• Pelatihan CTU terkinimengikuti langkah yang baku, lebih jelas dan
mengikuti perkembangan teknologi terkinimengusai teori dan
tindakan berkompeten, melayani sesuai dengan standar
pemasangan AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) dan AKBK (Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit)pelayanan berkualitas
• menghindari KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan),
menunda perkawinan di usia muda sampai pada usia
matang dan mengatur atau merencanakan
kehamilan keturunan yang berkualitas.
• KB alamiah atau KB modern KB aman sesuai kondisi
pasien, maka para tenaga kesehatan harus benar
menguasai teori dan tindakan yang akan dilakukannya
• mengatur kehamilan agar jarak anak pertama dan
kedua tidak terlalu dekat  keselamatan ibu terjaga
Angka Kematian Ibu dan Bayi bisa menurun, karena AKI
dan AKB di Indonesia semakin meningkat,
Paradigma Baru Program KB
• Dari norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera menjadi keluarga berkualitas
• Dari aspek teknis terfokus pada peningkatan
kualitas pelayanan
• Dari aspek program lebih berorientasi pada
kebutuhan, kepuasan dan hak reproduksi
klien
• Peningkatan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat dalam program KB
Teknologi Kontrasepsi Terkini

 Upaya untuk pemutakhiran informasi dan


teknologi kontrasepsi
 Informasi terkini (evidence-based) dan
praktik terbaik (best practices) digunakan
untuk perbaikan kualitas dan keamanan
pelayanan
 Dampak perbaikan informasi dan teknologi
dapat berupa perluasan akses dan
kepuasan klien yang disebabkan oleh
berkurangnya barier medik dan dikenalinya
mekanisme kerja alat kontrasepsi
Teknologi Kontrasepsi Terkini
 Salah satu penyebab Unmet Need adalah
hilangnya akses/peluang untuk mendapat
pelayanan KB akibat petugas pelaksana tidak
mengikuti perkembangan mutakhir informasi dan
teknologi kontrasepsi
 Trend penggunaan metode kontrasepsi di
Indonesia (2005-2010) lebih diwarnai oleh adanya
provider-bias sebagai akibat tidak diterapkannya
informed choice dan informed consent
 Perlu penyegaran pengetahuan dan keterampilan
yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi
kontrasepsi untuk meningkatkan akses dan mutu
pelayanan KB bagi masyarakat yang membutuhkan
Mix Kontrasepsi di Indonesia
Perlu CTU1
1. upaya untuk mendapat informasi dan teknologi terkini dalam kontrasepsi
2. Untuk perbaikan informasi sebelumnya(hasil temuan mutakhir atau
mekanisme kerja alat kontrasepsi)
3. Untuk penyegaran informasi dan teknologiperluasan akses dan
perbaikan mutu serta mengurangi barier irasional terhadap pelayanan
4. Agar Petugas pelaksana tidak mengacu pd informasi dan teknologi
beberapa tahun sebelumnya  mengikuti paradigma baru program KB
5. Merubah paradigma nakes agar tidak selalu menganjurkan komoditi KB
(Pil dan suntk)MKJP
6. mengurangi/menghilangkan masalah barier medik diantara petugas klinik
yang sebelumnya menjadi penghambat akses bagi keluarga yang
membutuhkan pelayanan KB.
7. meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB terstandarkeahlian,
kompetensi, peralatan, sarana, prasarana, dan manajemen
klinikmemuaskan klien/akseptor KBmeningkatkan jumlah akseptor
KB.
8. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan MKJPmenurunkan
fertilitas
9. Untuk meningkatkan kualitas pely KB jlh akseptor meningkat
Mendasari CTU2
1. Didaerah terpencil dgn sumber daya terbatasdihasilkan petugas yang
kompetenMemberikan pely yg berkualitasmelalui pemutakhiran
informasi dan teknologi kontrasepsi
2. Daerah terpencil yang minim informasi nakes dpt mengupdate
ilmuseimbang pengetahuan dan ketrampilan sesuai perkembangan
3. Untuk meningkatkan akses dan mutu pelayan KB
4. Tingginya akseptor KB yg menggunakan hormonal untuk jangka waktu yg
lama dr pd memilih MKJP non hormonal
5. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan nakes ttg CTUlebih
menyarankan KB pil dan suntik
6. Tingginya AKI yg disebabkan tingginya kehamilan dgn 4T(terlalu muda, tua,
dekat jarak kelahiran, banyak anak) sehingga meningkatkan
AKImenumbang pd tingginya angka kematian kasar
7. CTU mengembangkan alkonMKJPmenurunkan
fertilitasmeingkatkan kesehatan ibu
8. Tingginya AKB
9. TFR mengalami stagnansi 2,6 2,1
10. CPR rendah 57,965%
11. Unmetneed 8,5%5%
12. ASFR 4830,median 21
Barier
• Dampak CTU pemutakhiran informasi dan
teknologi kontrasepsiinformasi terkini dan
praktik terbaik untuk peningkatan kualitas dan
keamanan pelaynanperbaikan informasi
dan teknologi berkurangmya barier
medikperluasan akses, kepuasan klien,
diketahui mekanisme kerja
Penyebab barier3
1. Hilangnya akses/peluang untuk mendapat pelaynan KB akibat
petugas tidak mengikuti perkembangan mutakhir informasi
dan teknologi kontrasepsi
2. Provider bias sebagai akibat tidak diterapkannya informed
choice dan informed consent
3. Pelayanan belum berkualitasperlu penyegaran penetahuan
dan ketrampilan yg disesuaikan dgn teknologi terkini
4. Sumber daya terbataspetugas tdk kompetenlebih memilih
komoditi KB (suntik dan Pil)
5. Mainset nakes untuk jenis KB masih terbatasperlu dijelaskan
tidak hny hormonal saja yg ada
6. Hanya terbatas pd promosi beberapajenis KB saja
7. Minimnya pengetahuan dna ketrampilan nakes akibat tidak
mengupdate ilmu info yg disampaikan pd masyarakat
terbatas
8. Belum memahami jenis KB yg lebih efektif untuk mencegah
kehamilan
8. Tidak diketahuinya mekanisme kerja alat KBtdk
menyampaikan efek samping dan efektivitas alkon
secara maksimalklien tdk puasmenurunkan jlh
akseptor KB
9. Beleum berkompetennya nakes blm
mengupdate pemutakhiran informasi dan
teknologi KBKB tdk berkualitas
10.Hanya tersedia beberap jenis KB tradisionaljenis
KB blm diketahui nakes krn tdk melakukan
pemutakhiran info dan teknologi
11.Belum memperhatikan gender pelaynan KB msh
berorientasi pada pria
12.Ketrampilan dan pengetahuan yg tdk mengikuti
perkembangan terkinipely KB tidak
berkualitasmenurunkan jlh akseptor KB
Cara supaya AKDR lebih tinggi dr hormonal4
1. Meningkatkan kualitaspemutakhiran informasi dan
tenologi agar seimbang pengetahuan dan ketrampilan
mampu memberikan AKDR
2. Mempromosikan AKDR diderah terpencil yg minim informasi
3. Pemerbian KIE, konseling dan pelaynan KB secra kontiniu
pada derah yg sulit dijangkau
4. Meningkatkan SDM nakes baik dalam kualitas dan kuantitas
agar mampu memberikan pely AKDR
5. Pemerataan fasilitas dan nakes yg kompeten
6. Penyediaan layanan KB berkualitas dan tejangkau
7. Meningkatkan pembiayaan AKDR
8. Memberikan konseling untuk menghilangkan rumor ttg
AKDR
9. Melakukan I.choice dan I consentpely berkualitas
10.Penggunaan MKJPmemiliki hambatan,ketersediaan
tenaga yang terampil dan ketidak merataan fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan.
11.Distribusi mereka belum merata dan kualitas
pelayanannya belum mencapai standard maksimal yang
diharapkan, terutama hal-hal yang terkait dengan
konseling dan pasca tindakan (follow-up).
12.kemampuan petugas kesehatan IUD masih belum
mencukupidiperberat dengan semakin minimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan tindakan
pelayanan operasi dan kebiasaan petugas pelayanan KB
yang cenderung memilih untuk mengadakan komoditi
kontrasepsi (pil dan injeksi)
Upaya saya sbg nakes untuk menurunkan LPP5
1. Mengupdate informasi dan teknologi kontrasepsi
akses dan mutu pely KBklien
puasmempertahankan jlh akseptor KB
2. Pendekatan pada masyarakat dengan
konselingmenciptakan suasana agar pr menyatakan
kebutuhan dan kondisinyaengambil keputusan
3. Pendekatan koordinasi aktif dengan advokasi pada
stakeholder dan KIE
4. Pendekatan integrative dengan pelaksanaan KB dari
lini lapangan
5. Pendekatan kualitas dengan meningkatkan kualitas
pelayanan beserta penyampaian efek samping dan
indikasi dari masing-masing metode KB
6. Pendektan kemandirian dgn mengubah prilaku msyrk
7. Pendekatan 3 dimensi dengan membangun semua
toma, tomas untuk bisa memberikan informasi pada
PUS yang ragu-ragu dan tidak mau mengikuti
program KB
8. Pendekatan program KB disepanjang siklus
reproduksi: kesehatan reproduksi remaja, promosi KB
pada PUS, dan pelayanan KB pasca salin)
9. Promosi pendewasaan usia perkawinan (PUP) 
mendorong wanita melanjutkan jenjang pendidikan
dan mendorong wanita masuk pasar kerja
10.Promosi GenRe (generasi berencana)  mengajak
remaja untuk merancang kehidupannya mulai dari usia
pernikahan, usia siap untuk hamil, mengatur jarak
hamil dan jumlah anak.
Permasalah kespro bila LPP tdk menurun6
• AKI meningkat karena 4T
• AKB meningkat
• Angka kesakitan dan kematian Ibu,bayi dan anak
meningkat
• Angka kelahiran tinggi (TFR)
• Bila wanita tdk menghindari hamilmenurunkan
kesehatan wanitamempengaruhi kesehatan
significantsosial wanita, keluarga dan komunitas
Teknologi Kontrasepsi Terkini dan
Keterampilan Klinik AKDR

Sebagai pemutakhiran informasi dan teknologi,


baik melalui teknologi kontrasepsi terpadu maupun
lokakarya tersendiri
Mengintegrasikan keterampilan
insersi/pencabutan AKDR dalam TKT/CTU
merupakan upaya efisiensi dan pengayaan
keluaran pelatihan
Promosi dan penyediaan pelayanan AKDR adalah
bagian dari aplikasi teknologi kontrasepsi efektif,
jangka panjang, dan terjangkau bagi masyarakat
 MDGs:
1. Menghapus kemiskinan dan kelaparan
2. Pendidikan untuk semua orang
3. Promosi kesetaraan gender
4. Penurunan kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV dan AIDS
7. Menjamin keberlanjutan lingkungan
8. Kemitraan global dalam pembangunan
Program KB-menentukan pencapaian sasaran MDGs
 UU RI Nomor 10 Tahun 1992  KB menggerakan dan
memberdayakan masyarakat
 RUU No............. Tahun 2009  PK-PK
PEMILIHAN METODA KONTRASEPSI PERLU MEMPERHATIKAN
TUJUAN BER KB (RASIONAL)

TUJUAN TUJUAN TUJUAN


MENCEGAH MENJARANGKAN MENGAKHIRI
KEHAMILAN KEHAMILAN TIDAK HAMIL
LAGI
3 – 5 TH

• Pil • IUD • IUD • Kontrasepsi


• IUD • Suntikan • Suntikan mantap
• Sederhana • Minipil • Minipil • IUD
• Suntikan • Pil • Pil • Implant
• Implant • Implant • Implant • Suntikan
• Sederhana • Sederhana • Sederhana
• Kontrasepsi • Pil
mantap
20 35
URUTAN PEMILIHAN KONTRASEPSI YANG RASIONAL
Pendahuluan
• kesenjangan keseimbangan sumber daya dan jumlah
penduduk di Indonesia berdampak pada kondisi sosio-
ekonomi dan pembangunan di bidang kesehatan.
• kontroversi dalam perkembangan teknologi kontrasepsi
dampak negatif kontrasepsi wanita jangka panjang.
• Banyak pertanyaan risiko negatif kontrasepsi, tetapi
sangat sedikit penyampaian informasi tentang dampak
positif kontrasepsi kepada kespro wanita.
• dampak positif seperti mencegah jenis kanker tertentu
dan anemia
• istilah teknologi terkini, tidaklah indentik dengan
penggunaan peralatan canggih dan piranti yang
mahal.
• Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau
Contraceptive Technology Update (CTUupaya
untuk pemutakhiran informasi dan teknologi
kontrasepsiteknologi tepat guna dan sesuai untuk
institusi pelayanan dengan
– sumber daya terbataspetugas yang kompeten,
– manfaat maksimal yg berkualitas bagi masyarakat atau
keluarga yang membutuhkan
• Pemahaman tentang teknologi terkini dapat
mengurangi/menghilangkan masalah barier medik
diantara petugas klinik yang sebelumnya menjadi
penghambat akses bagi keluarga yang membutuhkan
pelayanan KB.
• pemberi pely KB memerlukan penyegaran pengetahuan
dan keterampilan sesuai kemajuan teknologi kontrasepsi
maupun perkembangan ilmu terbaru  meningkatkan
akses dan mutu pelayanan KB
• Bidan merupakan ujung tombak penyedia layanan
KBanggota IBI meningkatkan dan mempertahankan
kualitas pelayanan kesehatan reproduksi terstandar.
• Standarisasi pelayanan KB dalam kebijakan Depkes RI
– keahlian, kompetensi, peralatan, sarana, prasarana, dan
manajemen klinik
• Pelatihan kualitas pelayanan KB meningkat sesuai
standar  memuaskan klien/akseptor
KBmeningkatkan jumlah akseptor KB.
Definisi Kontrasepsi
• Kontrasepsi
– ‘kontra’ mencegah/ menghalangi
– ‘konsepsi’ y pembuahan/pertemuan antara sel
telur dengan sperma. J

– kontrasepsi cara untuk mencegah terjadinya


kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur dengan sperma.
Teknologi Kontrasepsi Terkini
• upaya untuk selalu memberi informasi dan teknologi
terkini dalam kontrasepsi
• Merupakan perbaikan informasi sebelumnya(hasil temuan
mutakhir atau mekanisme kerja alat kontrasepsi)
• Penyegaran informasi dan teknologiperluasan akses
dan perbaikan mutu serta mengurangi barier irasional
terhadap pelayanan
• Hasil kajian selintas tentang kualitas pelayanan KB
sebagian besar petugas pelaksana tidak mengikuti
perkembangan mutakhir informasi dan teknologi
kontrasepsiPetugas pelaksana mengacu informasi
dan teknologi beberapa tahun sebelumnya tidak
dapat mengikuti paradigma baru program KB
• Perlu penyegaran informasi dan teknis sebagai
upaya perluasan akses dan peningkatan mutu
pelayanan KB (melalui baku klinis dan
institusional) bagi masyarakat yang
membutuhkan
• 4 dasawarsakemajuan signifikan dalam
perkembangan teknologi Kontrasepsi baru
• Misal
– perubahan dari kontrasepsi oral kombinasi dengan
estrogen tinggi ke dosis lebih rendah
– IUD tanpa bahan aktif apapun ke IUD dengan bahan
tembaga, bahkan IUD yg mengandung levonorgestrel
(intra uterin systems)
– KB suntikan depo (DMPA),
– kombinasi antara DMPA dan norethindrone enanthate,
– KB hormonal kombinasi dalam btk cincin vagina, d
– susuk mengandung levonogestrelimpant, s
– KB patch dan spray (koyok ditempelkan dan
disemprotkan padakulit) mengandung kombinasi
estrogen dan progesteron
• Perkembangan tersebut tidak semua bisadinikmati oleh
pria dan wanita dinegara sedang berkembang termasuk
indonesiasehingga terdapat variasi penggunaan KB
menurut jenis dan jlh antara negara maju dan
berkembangperbedaan fertilitas negara maju dan
berkembangperbedaan angka pertumbuhan penduduk
yg menjadi penentu dinamika kependudukan
• Indonesia
– 58% KB modern
– 4% KB tradisional
– Total pengguna KB62%
Mengingat pengunaan Kontrasepsi adalah hak
pasanganindikasi belum terpenuhinya hak-hak
reproduksi utk setiap org krn bervariasinya antar daerah
• penurunan fertilitas yang mandeg (stalling
fertility)dipengaruhi 5 faktor-faktor utama:
– proporsi kawin (ASFR)
– ketidak suburan pasca melahirkan karena laktasi,
– aborsi,
– ketidaksuburan karena patologis, dan
– ketidaksuburan karena penggunaan kontrasepsi.
• Meskipun penggunaan kontrasepsi menjadi
determinan utama penurunan fertilitas, faktor-
faktor lain harus mendapat perhatian dalam
program KB.
• pilihan dan tantangan utama program KB penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
• MKJP  sterilisasi wanita dan pria, IUD dan Implan yang
memiliki efektivitas secara teoritis yang cukup tinggi dibanding
metode lainnya.
• Selain itu, MKJP dianggap memiliki kelangsungan penggunaan
• yang terbaik.
• dalam kondisi stalling fertilitas MKJP dianggap satu-satunya
jawaban meningkatkan dampak demografis program KB, yaitu
penurunan angka fertilitas.
• Sebagai akibatnya, efektifitas penggunaan kontrasepsi hanya
dilihat dari sudut pandang yang sempit (demografis) tanpa
mempertimbangkan hak-hak reproduksi, kebebasan memilih
jenis kontrasepsi dan benefit nonkontraseptif
• metode yang memadai untuk individu dan pasangan
bervariasi menurut umur, paritas, pilihan keluarga dan
faktor-faktor lain (misalnya: tahapan reproduksi dan
tujuan), kebijakan dan program menjamin setiap
pria dan wanita memperoleh informasi dan akses
berbagai metode KB yang aman dan efektif
memiliki kebebasan dan memilih atas dasar informasi
yang lengkap (informed choice)”landasan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kontrasepsi yang
perlu dilakukan untuk menjawab kondisi stalling
fertilitas.
• Pilihan jenis kontrasepsi seringkali sengaja
tidak dipromosikan dalam program karena
pertimbangan demografis.
• Pendapat umum seringkali menganggap
bahwa non-MKJP tidak efektif, atau bahkan
dianggap tidak ada gunanya. contoh,
seseorang menjatuhkan pilihan setelah
mendapat informasi lengkap tentang
kontrasepsi kemudian memilih metode
tradisional akan dibiarkan tanpa bimbingan
• Penggunaan MKJPmemiliki hambatan,ketersediaan tenaga yang terampil dan ketidak
merataan fasilitas pelayanan yang dibutuhkan.
• Di indonesia, tenaga yang mampu melakukan kontrasepsi mantap untuk wanita dan pria
sangat sedikit jumlahnya.
• Distribusi mereka belum merata dan kualitas pelayanannya belum mencapai standard
maksimal yang diharapkan, terutama hal-hal yang terkait dengan konseling dan pasca
tindakan (follow-up).
• kemampuan petugas kesehatan IUD masih belum mencukupidiperberat dengan semakin
minimalnya fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan tindakan pelayanan operasi
dan kebiasaan petugas pelayanan KB yang cenderung memilih untuk mengadakan
komoditi kontrasepsi (pil dan injeksi)
• pilihanMKJP seringkali tidak dapat menjadi pilihan bukan karena kebijakan yang tidak
mendukung, tetapi karena pelayanan tersebut tidak tersedia secara merata dan
mencukupi permintaan yang ada.
• Bahkan untuk komoditi kontrasepsi (pil dan injeksi) seringkali tidak tersedia pada waktu-
waktu tertentu karena pengadaan pemerintah dan distribusi yang tidak tepat waktu dan
sasaran.
• Di Indonesia, prevalensi metode tradisional 4%kegagalan berbagai metode tradisional
bervariasi antara 0,4-5% pada penggunaan tahun pertama.Angka ini menjadi 24% dalam
penggunaan sehari-hariya (typical use).
• Coitus intereptus memiliki kegagalan yang hampir sama (22%) apabila tidak dijalankan
sesuai petunjuk yang benar.
masalah timbul dengan cepat berkembanganya
tekonologi kontrasepsi tersebut
• banyak petugas kesehatan belum mengikuti perkembangan secara
mendalam karena masih langkanya publikasi di dalam negeri tentang
perkembangan terkini tentang kontrasepsi.
• pilihan dan sediaan kontrasepsi yang lebih didasarkan pada keputusan
perorangan; atau bahkan bias pada petugas pelayanan; atau dorongan
dari penyedia alat dan
• obat kontrasepsi.
• teori-teori lama yang dijadikan landasan dalam pelayanan kontrasepsi
tanpa didukung oleh bukti-bukti ilmiah dari hasil penelitian (evidence
based) di masyaraka
• abad ke 21, perkembangan bioteknologi metode kontrasepsi
kesenjangan antara pengetahuan dan praktek pelayanan menjadi
masalah yang semakin seriuspetugas hrs mengikuti perkembangan
terkini
• jenis dan cara teknologi kotrasepsi baru akan bertambah terus di masa
yang akan datang Kontrasepsi modern ditutunt untuk memiliki angka
efikasi mendekati 100%,
• Di Indonesia, sejak diperkenalkannya pil dan
injeksi yang bisa diberikan dengan mudah oleh
perawat dan bidan maka angka prevalensi di
Indonesia mengalami peningkatan secara
nyata.
Tantangan dan Hambatan Penggunaan
Kontrasepsi
Modern
• Secara umummereka yang sudah tidak ingin
anak lagi, tantangannya ialah bagaimana agar
mereka menggunakan MKJP agar dampak
demografisnya tercapi secara maksimal
1. Pemerintah harus membangun dan melaksanakan sistem
dan mekanisme operasional pelayanan secara khusus
untuk daerah yang sulit dijangkau pelayanan, yaitu
pelayanan untuk penduduk miskin dan berpendidikan
rendah; penduduk bertempat tinggal di daerah tertinggal,
terpencil, perbatasan, kepulauan (DTPK); daerah kumuh
perkotaan; dan daerahdaerah baru yang mengalami
mengalami pemekaran dan perkembangan pesat.
2. mempromosikan, mengadvokasi dan menjamin
tersedianya pelayanan KB untuk semua segmen
penduduk, termasuk pria dengan menyediakan fasilitas
pelayanan MOP. Agar promosi dapat mencakup semua
segmen penduduk, kelompok remaja dan pria harus
mendapat penanganan secara khusus.
3. Pemerintah harus menjamin pelayanan KB berkualitas untuk
sektor swasta dan Pemerintah dengan upaya-upaya:
– penjaminan jumlah dan jenis kontrasepsi yang tersedia di tempat-
tempat pelayanan sesuai pilihan peserta
– meningkatkan mutu informasi pengaturan kelahiran dan
kontrasepsi efek samping, komplikasi, dan kegagalan
– meningkatkan kompetensi petugas pelayanan klinis dan calon
petugas pemberi pelayanan KB (bidan dan dokter) sejak
pendidikan sampai bekerja
– mewujudkan agar hubungan interpersonal antara petugas
pelayanan dan peserta tidak bersifat formalitas dan transaksional
tetapi penuh empati dan secara kekeluargaan,
– melakukan tindakan rujukan terhadap wanita dengan kejadian
efek samping, komplikasi
– meningkatkan kondisi tempat dan sarana pelayanan sehingga
memenuhi standar minimal fasilitas pelayanan yang berkualitas.
4. mempromosikan dan mendorong pelayanan
kontrasepsi agar memenuhi kriteria rasional
efektif dan efisien (REE),memberikan jenis
kontrasepsi sesuai dengan tujuan untuk
menunda kelahiran anak pertama (postponing),
menjarangkan jarak kelahiran (spacing), atau
untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi
(stopping) serta indikasi medis yang benar.
diikuti dengan ketersedian pelayanan metode
kontrasepsi jangka panjang (MOP/MOW, IUD,
dan implan) yang bermutu pemberian
konseling dan penyediaan kontrasepsi alternatif
agar tidak mengalami diskontinuitas sehingga
tidak terjadi putus pakai,
5. menurunkan unmet need monitoring peserta
KB dalam sistem informasi yang terpadu dengan
sistem informasi kesehatan lainnya, khususnya
mereka yang putus pakai (drop out) karena efek
samping, komplikasi dan kegagalan serta ganti
cara metode kontrasepsi.
6. Pemberian KIE, konseling dan pelayanan KB
secara kontinyu pada daerah daerah yang sulit
dijangkau, khususnya kebutuhan kontrasepsi
dengan sistem logistik dan distribusi yang sesuai
dengan kebutuhan.
Hambatan
• daerah-daerah sulit terjangkau memiliki
infrastruktur yang minimal (jumlah klinik dan
petugas kesehatan minimal) dan pendidikan serta
budaya masyarakatnya masih belum menerima
dengan mudah tentang intervensi kesehatan
modern.
• penduduk menentang perempuan mengatur
kelahirannya dengan kontasepsi.
• remaja yang sudah aktif seksual merupakan
upaya yang sangat sulit karena akan melawan
budaya, agama dan realitas sesunggunya.
Menciptkan Lingkungan yang Kondusif pada
Program KB.
• prasarat keberhasilan untuk meningkatkan akses terhadap
pelayanan kontrasepsi modern.
• Karakteritik Keberhasilan Program KB mencakup aspek
berikut:
1. Kebijakan mendukung dan sensitif gender
2. Evidence-based programming
3. Kepemimpinan yang kuat dan manajemen prima
4. Strategi komunikasi yang efektif
5. Jaminan ketersedian kontrasepsi dan sistem logistik
6. Kinerja staff yang tinggi
7. Pelayanan terfokus pada klien
8. Kemudahan akses pelayanan
9. Pelayanan terjangkau
10. Pelayanan terintergrasi yang tepat
Kualitas Pelayanan Rendah
• kualitas pelayanan yang rendah  tingginnya
angka efek samping, komplikasi, dan
kegagalan penggunaan kontrasepsi.
Program KB di indonesia dapat dikelompokkan pada
tiga tujuan besar
1. Pembentukan norma untuk memiliki jumlah anak ideal
sebagai hak dan kewajiban setiap
pendudukNKKBSkeluarga berkualitas
– Kulturisasi atau pembudayaan NKKBS dimulai pada saat belum
berkeluarga,
– Memiliki jumlah anak tertentu adalah hak setiap orang tetapi
harus disertai tanggung jawab terhadap dirinya dan anaknya,
masyarakat dan nusa bangsa,
– pemahaman pengaturan jumlah anak hendaknya tidak hanya
untuk manfaat demografis dan ekonomis, akan tetapi terkait
dengan kesehatan dan persiapan SDM generasi mendatang,
– pemahaman pengaturan kelahiran untuk kesehatan dan
kesejahteraan  kesadaran ber KB didasarkan pada
kepentingan pasangan dan keluarga selain kepentingan
masyarakat dan bangsa,
– kesadaran semua aparat pemerintah dan TOMA serta TOGA
untuk mendukung NKBS sebagai kebutuhan semua masyarakat.
2. Pemberian informasi tentang pengaturan kehamilan
menggunakan alat atau obat kontrasepsi.
– pemberian KIE serta konseling kepada calon dan peserta KB
konsep-konsep kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien,
– Pemberiaan informasi dan edukasi kepada calon dan peserta KB
tentang risiko and benefit setiap metode metode kontrasepsi,
– pemberian kesempatan calon peserta memilih jenis kontrasepsi
pilihannya setelah diberikan informasi selengkap-lengkapnya
dari petugas pelayanan (informedchoice) dan mendatangani
secara suka rela terhadap jenis metode kontrasepsi yang dipilih
(inform consent),
– memperoleh informasi akses pelayaan kontrasepsi melalui
‘kartu sehat’ dan mengetahui tempat tempat pelayanan yang
tepat bagi dirinya, termasuk pelayanan rujukan,
– meperoleh informasi tentang berbagai pilihan jenis pelayanan
(mandiri atau subsidi) serta konsekuensi pembiayaan yang
harus dipikul oleh perserta diluar pelayanan kartu sehat yang
disediakan.
3. Penyediaan pelayanan kontrasepsi berkualitas
dan terjangkau.
– Penyediaan kontrasepsi cafetaria sehingga klien dapat
memilih kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien,
– Penyediaan pelayanan merata dan mampu melayani
semua jenis kontrasepsi yang diinginkan oleh calon
perserta KB,
– Akses dan kualitas pelayanan terjamin untuk semua
orang dan memberikan kesempatan bagi yang
mampu untuk memilih kontrasepsi yang disediakan
oleh program,
– Dukungan organisasi dan pendanaan operasional
pelayanan KB memadai sampai di tingkat desa.
disimpulkan bahwa:
• Penggunaan metode kontrasepsi modern di Indonesia masih rendah
tingginya angka kesakitan dan kematian ibu, bayi dan anak.
• tersedinya berbagai cara kontrasepsi  pilihan kontrasepsi seringkali
masih terfokus pada jenisjenis tertentu akibat miskonsepsi Masyarakat
dan petugas pelayanan kesehatan perlu berorientas pada konsep
‘informed choice’.
• Meskipun dampak perluasan akses kepada berbagai jenis kontrasepsi
belum dipahami secara rinci, Negara-negara yang telah menyediakan
pilihan untuk semua jenis kontraspsi cenderung memiliki angka
penggunaan kontrasepsi modern yang tinggi. Pemberian informasi dan
pilihan kontrasepsi menjadi upaya utama dalam promosi hak-hak
reproduksi sebagai bagian dari pelaksanaan hak-hak azasi manusia
secara universal dalam kesehatan seksual dan reproduksi.
• Kelompok rentan, seperti penduduk miskin dan remaja yang sudah
aktif secara seksual harus mendapatkan penanganan secara khusus,
agar kebutuhan reproduksinya terpenuhi.
• metode kontrasepsi yang memadai untuk individu
dan
• pasangan bervariasi menurut umur, paritas, pilihan
besarnya keluarga dan faktor-faktor lain (misalnya:
tahapan reproduksi dan tujuan).
• Kebijakan dan program harus menjamin bahwa
setiap pria dan wanita memperoleh informasi dan
akses seluas mungkin berbagai metode keluarga
berencana yang aman dan efektif.
• Harus diupayakan setiap peserta KB memiliki
kebebasan dalam memilih kontrasepsi atas dasar
informasi yang lengkap (informed choice)”.
Peran Bidan dalam KB
• Bidan memfasilitasi klien memberikan
informasi dan saran mengenai keluarga
berencana yang baik.
• Bidan menjadi faktor penentu dalam
memanfaatkan dan menciptakan kesempatan
agar wanita dapat menyatakan kebutuhan
mereka membantu mengambil keputusan
yang tepat terkait dengan kesehatan seksualnya.
• alat kontrasepsi ideal seharusnya 100% efektif,
sangat aman, reversible, dan tidak menimbulkan
nyeri.
• tidak mengganggu spontanitas, tidak mengotori,
tidak berbau,mudah digunakan, murah, tidak
bergantung pada ingatan penggunanya, dan tidak
bergantung pada petugas kesehatan, tidak
bertentangan dengan budaya
setempatKontrasepsi semacam ini belum
tersedia.
• Jika memiliki pengetahuan terkini mengenai
metode kontrasepsi dan hal yang perlu
diperhatikan setelah melahirkandapat
memfasilitasi pilihan yang paling tepat bagi
wanita dan pasangannya.
Pola Perencanaan Keluarga
• Masa menunda kehamilan
• Masa mengatur kesuburan (menjarangkan
kehamilan)
• Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi)
Pola Dasar Penggunaan Kontrasepsi
• Masa menunda kehamilan
– Reversibelitas tinggi
– Efektifitas relatif tinggi
– Kontrasepsi yang cocok; KB pil, KB AKDR, KB cara
sederhana.
• Menjarangkan kehamilan
– Efektifitas cukup tinggi
– Reversibilitas cukup tinggi
– Dapat dipakai 3 – 4 tahun
– Tidak menghambat produksi ASI
– Kontrasepsi yang cocok ; KB AKDR, KB pil, KB suntik,
KB cara sederhana, KB susuk, KONTAP.
• Masa mengakiri kesuburan
– Efektifitas sangat tinggi
– Reversibilitas rendah
– Dapat dipakai jangka panjang
– Tidak menambah kelainan yang sudah ada
– Kontrasepsi yang cocok; KONTAP, ADKR, Susuk.
Penerimaan atau penolakan seseorang
terhadap KB

• Tahu secara sepintas (awerenest)


• Tertarik (Interest)
• Penilaian (Evaluation)
• Percobaan (Trial)
Metode Kontrasepsi Terkini di
Indonesia
• Metode suntik dengan interval yang lebih panjang antar
injeksi ulang akan lebih memudahkan wanita dan
penyedia, dan kemungkinan lebih berjangka panjang
dibandingkan dengan pilihan injeksi saat ini.
• Kemungkinan lain adalah implan biodegradable yang tidak
memerlukan tindakan pengambilan yang mungkin sulit
untuk diakses dalam sumber daya yang terbatas, atau
sistem implan reservoir yang dapat dihentikan dan
diteruskan oleh seorang wanita tanpa pernah harus
dihapus.
• upaya mengembangkan metode mudah yang
memberikan perlindungan ganda terhadap
kehamilan dan infeksi/ penyakit menular seksual,
termasuk HIV.
• Pendekatan non-steroid  mengatasi kebutuhan
perempuan yang ingin menghindari efek samping
dari metode hormonal umum, sementara
pendekatan non operasi untuk sterilisasi bisa
lebih aman bagi perempuan yang tidak ingin anak
lagi.
• Keterjangkauanmasalah penting daya beli.
• Teknologi inovatif terlalu mahal bagi
perempuan dinegara-negara termiskinuntuk
metode long-acting
• empat dasawarsa terakhirteknologi kontrasepsi
berkembang pesat teknologi kontrasepsi dapat
mengatasi masalah pertumbuhan penduduk
secara maksimal.
• aspek kegagalan penggunaan kontrasepsi
(terjadinya kehamilan) adalah satu-satunya
pertimbangan utama dalam pengembangan alat
dan obat kontrasepsi.
• Kedepan perkembangan teknologi kontrasepsi
perlu mempertimbangkan hak-hak reproduksi dan
kesetaraan gender tidak terjadi ketimpangan
dalam perkembangan teknologi kontrasepsi antara
metode pria dan wanita.
• kontrasepsi perempuan berkembang pesat
berbagai alternatif dan angka kegagalan yang
sangat rendah
• kontrasepsi pria terbatas jenisnya tidak dikaitkan
dengan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi
dan aspek kesetaraan gender.
• Masalah inilah  landasan perkembangan
teknologi kontrasepsi mengarah pada teknologi
kontrasepsi pria
• Bbrp dekade terakhir  penelitian difokuskan
pd perkembangan efektivitas dan keamanan
kontrasepsi priakhasiat jangka lama,
menyebabkan azoospermia (tidak adanya
sperma didalam semen).
• Menurunkan jumlah sperma relatif lebih sulit
bila dibandingkan dengan menghambat
terjadinya ovulasi pada wanita
– sperma sekali ejakulasi melebihi 20-40 juta
sperma,
– wanita hanya menghambat satu sel telur untuk
setiap bulannya.
• Tantangan umum perkembangan obat
kontrasepsi pria terutama dalam hal:
– Menekan jumlah sperma yang dikeluarkan.
– Variasi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keadaan azoospermia.
– Meminimalkan efek metabolik yang tidak
diinginkan
• Selain metode hormonal kontrasepsi pria,
penelitian kontrasepsi pria difokuskan pada
metode immunocontraceptionMetode ini
didasarkan pada metode hormonal dan
dikembangkan sampai tahapan uji klinik pada
manusia.
• metode SMA (Styrene maleic anhydride) metode
non bedah yang menggunakan pendekatan
metode non hormonal untuk kontrasepsi pria.
• Cara kerjanya 
– perusakan membran sperma,
– mengurangi fungsi sperma,
– menghambat fertilisasi.
• Masalahnya beberapa metode yang
dikembangkan sampai saat ini belum dapat
diedarkan sebagai mana alat kontrasepsi pada
perempuanMasih diperlukan uji klinik yang
lebih luas sebelum digunakan untuk
kepentingan program keluarga berenacana
perlu pemahaman lebih lanjut agar
perkembangan metode kontrasepsi pria dapat
dipahami oleh semua pihak.
• Penemuan terkini Alat Kontrasepsi
perkembangan teknologi memang
terus berkembang dan tidak terkecuali
dengan alat kontrasepsi. beberapa alat
kontrasepsi diantaranya :
Metode Modern
• Pil Kontrasepsi Non
• Kontrasepsi Hormonal
Hormonal
1. Suntik KB hormon pada
1. Ekstrak Tanaman
pria
Gandarusa (Justicia
2. Desogestrel Gendarussa)
3. Androgen 2. Suntikan Styrene Maleic
4. Androgen dan Kombinasi Anhydride (SMA)
dengan Progestin 3. Nifedipine
5. Androgen dan GnRH
Antagonis
• Ultrasound
6. Androgen dan Kombinasi • Implant
dengan Estrogen • AKDR
• Metode Operasi :
1. MOW
– Minilaparotomi
– Laparoskopi
– MOW tanpa sayatan
2. MOP
– RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under
Guidance Penghambatan Sperma Reversibel di
Bawah Bimbingan
– Vasektomi
1. Suntik KB hormonal pada pria
• Alat kontrasepsi semakin bermacam pilihan
alternative pasangan suami isteri untuk memilih
metode
• Selama ini alkon suntikan atau pil Kb hanya kaum
wanita dengan penemuan yang terbaru lelaki
sudah bisa menggunakan alat kontrasepsi suntik.
• menguntungkan kaum wanita karena bisa bergantian
menggunakan alat kontrasepsi, namun akan makin
menumbuhsuburkan perilaku seks bebas lelaki karena
pria tidak takut lagi akan menghamili pasangan yang
sah.
• Keterlibatan laki-laki dalam KB di Indonesia masih
rendah.
• Selain kondom, vasektomi  merupakan pilihan jenis
kontrasepsi yang tersedia untuk pria.
• Untuk mencari alternatif kontrasepsi terbarukini para
ahli tengah meneliti kontrasepsi pria yang lebih efektif,
yakni suntikan testoteron
• responden disuntik dengan 500 miligram formula
testoteron setiap bulan selama 30 bulan angka
kegagalan hanya 1,1 per 100 pria dalam kurun waktu 24
bulan.
• tidak ditemukannya efek samping suntikan ini.
• setelah penghentian suntikan, kemampuan
memproduksi sperma pada laki-laki tersebut kembali
normal.
2.Desogestrel
• Desogestrel60% keberhasilannya
– mengkombinasikan desogestrel (digunakan pada pil
kontrasepsi untuk wanita) dan koyo yang
mengandung testosterone untuk digunakan sebagai
kontrasepsi pada pria
– Cara kerjanya 
• desogestrel menghentikan produksi testosterone di testis ,
• koyo testosterone akan menyediakan kebutuhan
testosterone yang diperlukan oleh bagian tubuh yang lain
bulu-bulu di wajah dan cegah payudara membesar.
– penggunaan kontrasepsi hormonal pada pria sampi
saat ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut
3. Androgen
• Metode kontrasepsi pria dalam bentuk injeksi
testosteron ester testosteron 200 mg IM
sehingga merupakan dosis supra-
fisiologisterjadi azoospermia dan atau
oligozoospermia berat karena rangsangan
androgen dari luar
• Kadar testosteron darah yang melibihi nilai
ambang batas fisiologis dapat meningkatkan
kejadian jerawat dan berat badan.
4. Androgen dan Kombinasi dengan
Progestin
• Bahan lain yang dapat menekan gonadotropin,
misalnya progestinmengurangi kadar androgen
yang diperlukan untuk kontrasepsi pria.
• kombinasi antara androgen dengan progestin
memberikan efikasi 94 persen, sedangkan
androgen tanpa progestin hanya 61 persen.
• Proses menjadi azoospermia atau
oligozoospermia 8,9 minggu (androgen+progestin
dan 14,4 minggu (androgen tanpa kombinasi).
• Pada semua penelitian ini terlihat bahwa
progestin memperkuat efek androgen
5. Androgen dan GnRH Antagonis

• GnRH agonis perempuan tidak menimbulan


ovulasi.
• GnRH agonis pria tidak dapat dipakai untuk
memprediksi terjadinya proses spermatogenesis.
• GnRH agonis, jika diberikan dengan dosis yang tinggi
bersama-sama androgen pada laki-laki  supresi
pengeluaran hormon LH dan FSH
• cara ini belum belum berhasil menekan sampai
kondisi azospermia dan oligozoozpermia.
• obat ini dapat menimbulkan gatal-gatal dikulit,
karena reaksi yang mirip terhadap histamin dari luar
tubuh.
6.Androgen dan Kombinasi dengan
Estrogen
• kombinasi estradiol implant dengan
testosteron implan menghasilkan supresi dari
spermatogenesis yang terlihat lebih lengkap.
• Estrogen kemungkinan memiliki potensi
menimbulkan efek samping dan merangsang
terjadinya gynaecomastia.
b) Pil Kontrasepsi Non Hormonal

1. Ekstrak Tanaman Gandarusa (Justicia


gendarussa)penelitian tersebut sudah
memasuki uji klinis, 2012 pil KB pria pertama di
dunia ini bisa dikonsumsi oleh masyarakat
– Tanaman gandarusa memiliki sifat antispermatozoa
– cara kerja senyawa ekstrak gandarusa ini mirip
seperti metode hormonal KBmenurunkan aktifitas
enzim hialuronidase didalam spermatozoasel
sperma tidak mampu menembus sel telur
2. Suntikan styrene maleic anhydride
(SMA)
• Obat non hormonal lainnya yang potensial
dan reversibel vaksin dan suntikan styrene
maleic anhydride (SMA) yang disuntikan
kedalam vas deferen.
• Obat yang berasal dari sumber natural adalah
gossypol.
• Gossypol berasal dari tanaman kapas dan
dapat menghambat pergerakan sperma dan
pematangan sperma (spermatogenesis)
• Gossypol masih memiliki masalah utama
berupa: toksisitas, efikasi yang rendah, dan
reversabilitas yang lambat atau tidak
sempurna. Penelitian perlu dilanjutkan
sedikitnya bukti-bukti tentang pengaruh
obat tersebut terhadap sperma.
• Dari review bahwa kontrasepsi non-hormonal
sudah bisa digunakan kombinasi hormon
progestin dan testosteron lebih menjanjikan
dibanding metode obat non-hormonal.
3. Nifedipine

• Adalah jenis obat yang


termasuk calcium channel
blockers (CCBs).
• CCBs bisa menghambat saluran
kalsium dalam membran sel
sperma.
• Hal itu akan berdampak
menghambat kerja sperma
tetapi tidak berpengaruh pada
produksinya.
C. Ultrasound
• gelombang ultrasound di bagian testis diketahui
cukup aman menghentikan produksi sperma
selama enam bulan
• Prinsip kerjanya adalah
menembakkan ultrasound ke testis supaya
produksi sperma turun sampai tingkat nol
• Angka ini merupakan angka ideal untuk
mencegah terjadinya konsepsi atau
kehamilanpeneliti masih berkutat untuk
mencari tahu cara mengembalikan kesuburan
pria
d) Implant
• suatu alat kontrasepsi yang mengandung
levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul
silastic silicon polidymetri silicon dan
disusukan dibawah kulit.
• Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit
adalah sebanyak 2 kapsul masing masing
kapsul panjangnya 44 mm masing masing
batang diisi dengan 70mg levonorgetrel
(progesteron)
Implan
Subdermal
Jenis :
-Norplant : 6 batang, 36 mg Levonogestrel, efektif
hingga 5 tahun
- Implanon : 1 batang, 68 mg keto-desogestrel,
efektif hingga 3 thn.
- Jadena/ Inioplant
Subdermal implan : 2yang
batang, 75 mg di AS adalah
banyak
Levonogestrel,
Implanon, efektig
namun 3thn
saat lebih banyak wanita yang
memilih ENG implan jenis lain yaitu Nexplanon.

Nexplanon lebih baik karena cenderung mengurangi


kesalahan implantasi dan
4/4/2018
berisi barium  84
Subdermal Implant yang melepaskan
Etonorgestrel

ENG – Implant terdiri dari satu


batang putih lentur
 panjang : 40 mm
 diameter : 2 mm
 isi : 68 mg progestin etonorgestrel
 lama kerjanya 3 tahun
4/4/2018 85
Mekanisme Kerja
ENG Implant,
mengandung
progesteron maka akan
mencegah kehamilan
dengan cara:
• Membuat lendir serviks
menjadi lebih kental
• Progesteron dapat
mengahalangi
pengeluaran LH 
tidak terjadi ovulasi
dan menyebabkan
situasi endometrium
tidak siap menjadi
4/4/2018 86
Mekanisme kerja implant :
• Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga
tidak terjadi ovulasi
• Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi
migrasi spermatozoa
• Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi
migrasi spermatozoa
Keuntungan : Kekurangan :

 Tidak dapat dipakai pada


seseorang yang memiliki
Sangat efektif.
penyakit liver
Pengembalian  Membutuhkan tindak
tingkat kesuburan pembedahan minor untuk
yang cepat setelah insersi dan pencabutan
pencabutan.  Tidak mencegah infeksi
Tidak memerlukan menular seksual
pemeriksaan dalam.  Efektivitas menurun bila
menggunakan obat
Bebas dari pengaruh
tuberkulosis atau obat
estrogen.
4/4/2018 epilepsi 88
IUD
IUD /AKDR adalah alat
kontrasepsi yang dipasang
di dalam rahim
terbuat dari rangka
plastik yang lentur dan
benang dengan tembaga
atau hormon progestin.

Efektivitas :

4/4/2018 89
• sesungguhnya sudah dikenal sejak ratusan tahun silam.
• intrauterine device (IUD) dalam versi lebih modern
tahun 1909
• 1920 yang membuat alat kontrasepsi mekanik dari
sebuah cincin perak.
• Kini IUD dibuat dari plastik dan tembaga.
• 1996, IUD hormonalkontrasepsi yang efektif dan
penggunaannya jangka panjang.E
• efek samping seperti radang pangggul dan penyebab
perdarahan bercak pervagina sempat dikaitkan dengan
penggunaan IUD.Tetapi, sudah banyak perbaikan sejak
penemuan ini.
• Bahan dasarnya plastik, Jenisnya banyak yaitu
AKDR polos (inert IUD), AKDR yang
mengandung tembaga (copper bearing IUD),
AKDR yang mengandung obat (medicated IUD)
Mekanisme kerja IUD
Untuk IUD-LNG:
Progesteron

Untuk IUD
copper T: • reaksi radang disertai peningkatan produksi prostaglandin
dan infiltrasi leukosit
Tembaga pada • Membuat dinding endometrium menjadi tipis tidak siap
AKDR untuk nidasi
menyebabkan • Membuat kontraksi tuba menjadi terganggu
reaksi inflamasi
4/4/2018 • toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi
92
(mengionisasi)
AKDR

• Mekanisme kerja
– sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang
setempat, dengan serbukan leukosit yang dapat melarutkan
blastokist atau sperma.
– Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-
perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan
blastokist tidak dapat hidup dalam uterus.
– Produksi lokal prostaglandin yang meninggi
– Pergerakan ovum yang bertambah cepat dalam tuba
fallopii.
– AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan
lendir serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma
untuk melewati kavum uteri.
• Jenis AKDR terbaru yaitu skylaukuran yang
lebih kecil dari AKDR mirena.
• Mengandung levonorgestrel.
• Skyla jangka waktu 3 tahun,
• Mirena jangka waktu 5 tahun.
• Skyla dapat digunakan oleh wanita yang
belum memiliki anak dan mirena digunakan
pada wanita yg sudah memiliki anak.
IUD Pascaplasenta
• 10 menit setelah plasenta lahir
• IUD Post plasenta sangat efektif karena
terbukti tidak menambah risiko infeksi,
perforasi dan perdarahan
Metode Operasi
– MOW (Metode Operasi Wanita)
• Minilaparotomi
– Teknik atau metode minilaparotomi ini dalam
pelaksanaannya harus dilakukan sayatan selebar
kurang lebih 10 cm di bagian perut.
• Laparoskopi
– Teknik atau metode laparoskopi ini dalam
pelaksanaannya harus dilakukan sayatan selebar
kurang lebih 1,5 sampai 2 cm di bagian perut
MOW tanpa sayatan(Hysteroscopy
• Teknik ini menggunkan alat berupa
histereskopi yang dimasukkan ke dalam rahim
melalui vagina dan mulut rahim.
MOP (Metode Operasi Pria)
• RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance) /
Penghambatan Sperma Reversibel di Bawah Bimbingan
• Gel yang dihasilkan disuntikkan ke vas deferens untuk
melapisi dinding vas deferens dan memblokir lorongnya
(lumen).
• merupakan kontrasepsi di dalam saluran vas deferens
• keuntungan dari metode ini adalah karena bersifat
sementarakesuburan dapat kembali apabila diinginkan
• Suntikan ini sangat efektif dan per dosis bisa bertahan
hingga 10 tahun.Efek sampingnya juga sedikit dan
dosisnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
• RISUG disuntikkan melalui metode yang mengekspos vas
deferens seperti pada metode vasektomi tanpa
pisau bedah
Vasektomi
• pemotongan sebagian (0.5 cm – 1 cm) saluran
benih sehingga terdapat jarak diantara ujung
saluran benih bagian sisi testis dan saluran
benih bagian sisi lainnya yang masih tersisa
dan pada masing-masing kedua ujung saluran
yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan
sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat.
• 1957 metode Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
mampu meminimalkan trauma, rasa nyeri dan
kemungkinan terjasinya komplikasi.
• efektivitas metode 10 kali menurunkan
kemungkinan terjadinya komplikasi
dibandingkan dengan Vasektomi cara
Konvensional.
• VTPmembutuhkan waktu kurang lebih 10
menit.
• Vasektomi konvensional  20 - 30 menit.
TERIMAKASIH…….

Anda mungkin juga menyukai