Anda di halaman 1dari 19

Emulsi

Sani Ega Priani, S.Si., Apt.


Definisi
 Emulsi adalah sutau sistem yang
tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit dua fase
cair yang tidak bercampur, dimana
satu diantara zat cair tersebut
terdispersi (fase terdispersi) dalam
fase cair lainnya (fase pendispersi)
yang dibuat stabil dengan zat
pengemulsi (emulgator)
Tipe Emulsi
 Emulsi minyak dalam air (o/w)
Emulsi dimana fase minyak berupa globul-
globul terdispersi sebagai bola-bola
keseluruh fase air yang kontinyu.
Contoh: Sediaan oral (untuk memperbaiki
rasa)
 Emulsi air dalam minyak (w/o)
Emulsi dimana fase air berupa globul-globul
terdispersi sebagai bola-bola keseluruh fase
minyak yang kontinyu
Contoh: Sediaan obat luar, mentega
Penentuan Tipe Emulsi
 Metode Pewarnaan
Sejumlah kecil zat pewarna yang larut dalam air seperti
metilen blue atau brilliant blue bisa ditaburkan pada
permukaan emulsi. Pada emulsi o/w zat warna akan
tersebar merata kepermukaan cairan sedangkan pada
emulsi w/o zat warna akan bergerombol pada
permukaan.
 Metode Pengenceran
Dilakukan pengenceran emulsi dengan menggunakan
air. Jika emulsi bercampur sempurna dengan air, maka
emulsi tersebut bertipe o/w.
 Metode Konduktansi
Emulsi o/w akan bisa menghantarkan arus listrik,
sedangkan w/o tidak.
Teori Emulsifikasi
 Emulsi terdiri dari dua cairan tidak bercampur yang
tidak stabil secara termodinamik
 Campuran 2 cairan akan cenderung kembali untuk
memisah setelah pengocokan karena gaya
kohesi>adhesi
 Pengecilan ukuran molekul zat terdispersi akan
meningkatkan luas permukaan molekul 
meningkatkan enegi bebas  emulsi adalah sistem
yang tidak stabil (1 cm3 bila ibentuk globul berukuran
0,01µm akan memiliki luas permukaan 600 m2)
 Solusi : Emulgator
Macam-macam emulgator

Emulgator

Zat Aktif Pemukaan Koloid Partikel Padat


(Surfaktan) Hidrofilik Terbagi Halus
Lapisan Lapisan Partikel
monomolekular multimolekular terabsorbsi
Surfaktan
Mekanisme kerja:
 Surfaktan mengurangi tegangan
permukaan  menurunkan energi bebas 
menstabilkan emulsi
 Surfaktan membentuk lapisan
monomolekular/monolayer pada globul-
globul fasa terdispersi dan mencegah
pengelompokan ketika globul saling
mendekat
Contoh: Trietanolamin (TEA), Span, Tween, Na
Lauril Sulfat
Surfaktan
 Pada penggunaan surfaktan sebagai
emulgator suspensi harus dipertimbangkan
harga HLB
 Emulsi o/w menggunakan surfaktan dengan HLB
9-12
 Emulsi w/o menggunakan surfaktan dengan HLB
3-6
 Agar emulsi stabil maka
HLB surfaktan = HLB butuh minyak
HLB Butuh: HLB surfaktan yang dibutuhkan
minyak untuk menghasilkan emulsi yang stabil
Koloid Hidrofil
 Mekanisme kerja:
 membentuk lapisan multimolekular yang kuat
pada permukaan globul dan menghambat
terjadinya penggabungan
 Meningkatkan viskositas sehingga menghambat
pergerakan globul
 Karena bersifat hidrofilik maka membenuk
emulsi o/w
 Contoh: Akasia, gelatin
Partikel Padat Terbagi Halus
 Mekanisme kerja:
 Lapisan pekat partikel pada sekitar
permukaan globul mencegah terjadinya
penggabungan
 Serbuk yang bisa dibasahi air
membentuk tipe o/w
 Serbuk yang bisa dibasahi minyak
membentuk tipe w/o
Stabilitas Emulsi

Ketidakstabilan
Emulsi

Flokulasi/ Koalesen/ Perubahan


Inversi Fase
Creaming Demulsifikasi Kimia/fisika
Stabilitas Emulsi
Flokulasi dan Creaming
 Fenomena ini terjadi karena adanya energi bebas
permukaan
 Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya
kelompok-kelompok globul yang posisinya tidak
beraturan di dalam emulsi
 Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-
lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di
dalam emulsi. Lapisan dengan konsentrasi paling
pekat akan berada di sebelah atas atau bawah
(tergantung bobot jenis fase terdispersi) karena ada
pengaruh grafitasi
 Peristiwa flokulasi dan creaming dapat segera
diperbaiki dengan pengocokan karena globul masih
dikelilingi emulgator
Flokulasi dan Creaming
 Mengikuti hukum stokes
 Makin besar perbedaan keraptan/berat jenis antara
air dan minyak maka kercepatan creaming semakin
besar
 Diameter globul semakin besar semakin cepat
creaming
 Bila kerapatan fase terdispersi < pendispersi 
mengarah ke atas
 Bila kerapatan fase terdispersi > pendispersi 
mengarah ke bawah
 Solusi dengan meningkatkan viskositas fase luar
dengan menmbahkan zat pengental seperti
metilselulosa, tragakan, Na-alginat
Koalesen (penggabungan) dan
Demulsifikasi (pemecahan)
 Peristiwa ini selain disebabkan karena energi bebas
permukaan tetapi disebabkan pula oleh
ketidaksempurnaan pelapisan globul
 Koalesen adalah peristiwa terjadinya penggabungan
globul-globul menjadi lebih besar
 Demulsifikasi adalah peristiwa yang disebabkan oleh
proses lanjut dari koalesen dimana emulsi pecah
menjadi 2 lapisan yang saling memisah sempurna
 Peristiwa ini tidak bisa diperbaiki dengan pengocokkan
Inversi Fase
 Terjadinya perubahan tipe emulsi
 Proses:
 Penambahan zat tertentu
Emulsi o/w dengan natrium stearat bisa
membentuk emulsi w/o dengan
penambahan kalsium klorida
 Mengubah perbandingan volume fase
Meningkatkan volume air pada emulsi w/o
akan meribah menjadi emulsi o/w
Pengawetan Emulsi
 Untuk bisa tahan dari mikroorganisme
maka emulsi perlu ditambahkan pengawet
yang lebih terdistribusi ke fase air (bakteri
terutama tumbuh pada fase air)
 Meskipun pada sediaan oral emulsi tidak
harus steril tetapi pengawet tetap harus
ditambahkan karena bakteri terbukti
merusak emulgator dan merusak emulsi
Emulsi Ganda
 Emulsi tipe w/o/w
 Dibuat dengan membuat emulsi w/o
terlebih dahulu menggunakan emulgator
w/o, kemudian ditambahkan air dan
emulgator o/w untuk membentuk emulsi
w/o/w
 Tujuan: memperpanjang kerja obat
Mikroemulsi
 Diameter globul 10-200 nm
 Ukuran globul yang sangat kecil
membuat emulsi sangat tidak stabil
dan harus ditambahkan surfaktan dan
ko-surfaktan untuk mencegah
terjadinya penggabungan globul

Anda mungkin juga menyukai