Anda di halaman 1dari 24

EMULSI

Definisi
› Menurut FI ed III
Sediaan yang mengandung bahan obat
cair atau larutan obat terdispersi dalam
cairan pembawa distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok
Menurut FI ed. IV
Sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain dalam
bentuk tetesan kecil
› Emulsiadalah campuran 2 cairan
yang tidak tercampur yang secara
termodinamika tidak stabil. Secara
termodinamika emulsi tidak stabil,
karena energi antar permukaan
yang sangat tinggi. Emulsi tersebut
cepat atau lambat akan menuju
sistem yang stabil bila energi antar
muka rendah.
Emulsi
› Makroemulsi: ukuran globul 0,10µm - 0,15µm
Tampak berwarna opaque dan keruh
Kurang stabil
Contoh: susu, santan, lateks dan kuning telur

› Mikroemulsi: ukuran globul 0,14µm – 0,002 µm


Transparan dan relatif stabil
Keuntungan
› Meningkatkan bioavailabilitas obat
Contoh griseovulvin dalam emulsi m/a
meningkatkan absorbsi obat disaluran
cerna
› Mengontrol pelepasan dari obat
› Memberikan perlindungan terhadap obat
yang rentan terhadap oksidasi
› Menutupi rasa yang tidak enak
› Untuk sediaan topikal lebih nyaman
Persyaratan Emulsi
› Stabil dan homogen
› Fase dalam mempunyai ukuran partikel
yang kecil dan seragam
› Tidak terjadi creaming atau cracking
› Warna, bau dan rasa menarik
Macam-Macam Emulsi

1. Menurut konsistensi dan tujuan


pemakaian
a. Emulsi cair: penggunaan oral, topikal
dan parenteral
b. Emulsi semisolid: penggunaan topikal
2. Menurut tipe emulsi
a. Tipe minyak dalam air (m/a)
Fase terdispersi : minyak
Fase pendispersi: air
Contoh: susu, lateks, mayonaise, es krim, santan
b. Tipe air dalam minyak
Fase terdispersi : air
Fase pendispersi: minyak
Contoh: mentega, sabun padat, margarin
Terbentuknya emulsi tipe m/a atau a/m tergantung
pada kelarutan dari emulgator yang digunakan
serta perbandingan jumlah fase minyak dan fase air
Perbedaan Emulsi m/a dan a/m
Parameter M/A A/M
Warna Biasanya putih susu Dipengaruhi warna minyak
Rasa pada kulit Awalnya tidak berlemak
berlemak
Pengenceran Pengenceran dengan Pengenceran dengan minyak
air
Konduktivitas menghantar Tidak menghantar atau jelek
elektrik sekali
Efek zat warna
a. larut minyak Globul berwarna Fasa kontinu berwarna
b. larut air Fasa kontinu berwarna Globul berwarna
Tetesan pada kertas Difusi cepat air Air tidak berdifusi, difusi
saring minyak lambat
Penentuan Tipe Emulsi
A. Tes Pengenceran (drop dilution test)
Berdasarkan pengenceran fase luar
emulsi:
Tipe emulsi m/a: Bila emulsi dapat
diencerkan dengan air (tetap
homogen)
Tipe emulsi a/m: Bila emulsi dapat
diencerkan dengan minyak (tetap
homogen)
B. Tes kelarutan zat warna (dye solubility test)
Berdasarkan kelarutan zat warna dalam air
atau minyak (fase pendispers), dilakukan
dengan cara:
Dengan meneteskan zat warna yang larut air
kedalam emulsi
Tipe m/a: warna akan tersebar secara
merata
Tipe a/m: warna tidak tersebar secara merata
C. Test Konduktivitas (Conductivity test)
Dilakukan dengan menghantarkan arus listri,
dilakukan dengan cara:
- Dibuat suatu rangkaian listrik , dengan
menggunakan emulsi sebagai media yang
menghantarkan listrik
- Adanya arus dapat dilihat dari lampu yang
menyala yang dipasang pada rangkaian tersebut
- Emulsi m/a : dapat menghantarkan listrik, lampu
menyala
- Emulsi a/m: tidak menghantarkan listrik, lampu tidak
menyala.
Keterbatasan : emulgator ionik dapat memberikan
respon positif
D. Kertas kobal klorida (CoCl2)
› Kertas saring dijenuhkan dgn CoCl2
Tipe m/a: warna biru mnjdi merah
Kerugian Jika ada elektrolit menyebabkan
emulsi akan pecah
E. Tes Flouresensi/ Flourescence test
Berdasarkan sifat minyak yang
berfluorosensi pada sinar uv, dilakukan
dengan cara:
Emulsi disinari dengan sinar UV
- Bila fluoresensi merata : tipe a/m
- Bila fluoresensi bintik-bintik: tipe m/a
Ketidakstabilan Emulsi
A. CREAMING
Bila fase dalam menjadi lebih pekat
(dengan kadar lemak lebih tinggi) dan
mendorong fase luar naik ke atas atau
ke bagian bawah sediaan, tergantung
dari BJ kedua fase tersebut. Dapat
diperbaiki dengan pengocokan
B. CRACKING
Bila fase dalam dan fase luar memisah secara
menyeluruh yang disebut dengan pecahnya
sistem emulsi
› Proses pemisahan dapat terjadi dalam 2 tahap
yaitu :
a. Mula-mula terjadi flokulasià globul terdispersi
saling berikatan membentuk kelompok yang lebih
besar (jika dikocok secara perlahan-lahan akan
terdispersi kembali secara sempurna).
› b. Selanjutnya terjadi koalesensi, àglobul
membentuk kelompok yang lebih besar yang
sifatnya ireversibel, secara visual terlihat memisah
(jika dikocok sulit terdispersi sempurna).
Teori Emulsifikasi
C. INVERSI FASA
›Bentuk ketidakstabilan emulsi yang
terjadi secara tiba-tiba karena
perubahan fasa M/A menjadi A/M
atau sebaliknya.
›Terjadinya inversi fasa dapat
disebabkan karena pengenceran
yang terlalu cepat dan adanya
mikroorganisme.
›Kerugian inversi fasa adalah terjadi
perubahan viskositas dari sediaan
tersebut.
›Cara mengatasi:
a. Menambah bahan yang dapat
menurunkan tegangan
permukaan
b. Menambah bahan yang
membentuk suatu film/selaput
tipis disekeliling butiran fase
dalam
Faktor yang mempengaruhi
Stabilitas Fisika Sediaan Emulsi
› Ukuran fase terdispersi
Ukuran partikel yang halus dan homogen dalam
waktu yang lama akan meningkatkan kestabilan
emulsi
› Konsentrasi fase yang terdipersi
Konsentrasi fase terdispersi yang terlalu besar dapat
menyebabkan creaming
› Viskositas
Viskositas emulsi dapat mengurangi
gerakan/tumbukan antara partikel sehingga
menyebabkan berikatannya antar partikel
Prinsip Pembuatan sediaan
emulsi
› Tahap Destruksi
Pemecahan fase minyak menjadi globul
kecil sehingga fase terdispersi tersebut
dapat lebih mudah terdispersi dalam fase
pendispersi
› Tahap stabilisasi
Stabilisasi globul yang terdispersi dalam fase
pendispersi dengan menggunakan
emulgator
TUGAS
› Jelaskan teori terbentuknya emulsi
Formula Sediaan Emulsi
› Bahan Aktif
› Bahan Pengemulsi
› Bahan Tambahan
› Pembawa

Anda mungkin juga menyukai