Anda di halaman 1dari 50

TRANSFORMATOR

Pengertian Transformator
• Alat listrik yang dapat memindahkan energi
listrik dengan merubah tingkat tegangan dari
suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lain
melalui prinsip induksi magnetik tanpa merubah
frekuensi.
BAGIAN UTAMA TRANSFORMATOR
INTI BESI
INTI BESI
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan
fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
melalui kumparan. Pada transformator, inti
besi dibuat dari lempengan-lempengan besi
tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas
(sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh
“Eddy Current”
KUMPARAN
KUMPARAN
Beberapa lilitan kawat berisolasi akan
membentuk suatu kumparan. Kumparan
tersebut di-isolasi, baik terhadap inti besi
maupun terhadap kumparan lain disebelahnya
dengan isolasi padat, seperti karton, pertinax.
MINYAK TRANSFORMATOR
MINYAK TRANSFORMATOR
Sebagian besar trafo tenaga, kumparan-
kumparan dan intinya direndam dalam minyak
trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang
berkapasitas besar, karena minyak trafo
mempunyai sifat sebagai media pemindah
panas (di sirkulasi), dan bersifat sebagai isolasi
(daya tegangan tembus tinggi), sehingga
minyak trafo tersebut berfungsi sebagai
media pendingin dan isolasi.
TANGKI

Pada umumnya bagian-bagian dari trafo


yang terendam minyak trafo berada
(ditempatkan) dalam tangki. Untuk
menampung pemuaian minyak trafo,
tangki dilengkapi dengan konservator.
BUSHING
BUSHING
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan
luar melalui sebuah bushing, yaitu sebuah
konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang
sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor tersebut dengan tangki trafo.
PERALATAN BANTU

PENDINGIN
TAP CHANGER
ALAT PERNAPASAN
PENGAMAN
PENDINGIN
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan
timbul panas, akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi
tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan
kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak
isolasi (di dalam trafo), maka untuk mengurangi
kenaikan suhu yang berlebihan tersebut trafo
perlu dilengkapi dengan alat/system pendingin
untuk menyalurkan panas keluar trafo. Media
yang dipakai pada system pendingin dapat
berupa:udara/gas, minyak, dan air.Sedangkan
pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara
alamiah (natural) atau tekanan/paksaan.
PENDINGIN
MEDIA
No MACAM SISTEM Dalam Trafo Luar Trafo
PENDINGIN* Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi
Alamiah Paksa Alamiah Paksa

1 AN - - Udara -
2 AF - - - Udara
3 ONAN Minyak - Udara -
4 ONAF Minyak - - Udara
5 OFAN - Minyak Udara -
6 OFAF - Minyak - Udara
7 OFWF - Minyak - Air
8 ONAN/ONAF Kombinasi
3 dan 4

9 ONAN/OFAN Kombinasi
3 dan 5

10 ONAN/OFAF Kombinasi
3 dan 6

11 ONAN/OFWF Kombinasi
3 dan 7
TAP CHANGER
Merupakan alat pengubah perbandingan
transformasi untuk mendapatkan tegangan
operasi sisi sekunder yang konstan/stabil
(diinginkan) dari tegangan jaringan/sisi primer
yang berubah-ubah. Tap changer dapat
dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-
load) atau dalam keadaan tak berbeban (off
load) tergantung pada jenisnya.
ALAT PERNAFASAN
Akibat pengaruh naik turunnya beban
transformator maupun suhu udara luar, maka
suhu minyak akan berubah-ubah mengikuti
keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi,
minyak akan memuai dan mendesak udara di
atas permukaan minyak keluar dari dalam
tangki, sebaliknya apabila suhu turun, minyak
menyusut maka udara luar akan masuk ke
dalam tangki.
PENGAMAN
Rele Bucholz untuk mendeteksi dan
mengamankan terhadap gangguan di
dalam trafo yang menimbulkan gas
PENGAMAN
• Rele Differensial pengaman trafo dari
gangguan hubung singkat di dalam trafo
Over Load

Load
% Over load
factor

10% 20% 30% 40% 50%

Jam jam jam menit menit

0.5 3 1.5 1 30 15

0.75 2 1 0.5 15 8

0.9 1 0.5 0.25 8 4


0

Suhu tertinggi terhadap isolasi transformator


yang diijinkan oleh VDE 0532

Kelas Isolasi

Bagian Minyak

A A E B F H

LIilitan °C 60 76 75 85 110 135


PRINSIP KERJA TANSFORMATOR
• Keadaaan Transformator Tanpa beban

Transformator tanpa beban

Vektor transformator tanpa beban


Keadaan Tanpa Beban
• Bila kumparan primer suatu transformator
dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang
sinusoid, akan mengalirlah arus primer Io yang juga
sinusoid dan dengan mengannggap belitan N1 reaktif
murni, Io akan tertinggal 90o dari V1 (lihat gambar ).
Arus primer Io menimbulkan fluks () yang sefasa
dan juga berbentuk sinusoid.
•  = maks sin t
Keadaan Tanpa Beban
• Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan
induksi e1 (Hukum Faraday). Fluks yang berubah-ubah
memotong suatu kumparan maka pada kumparan
tersebut akan di induksikan suatu tegangan listrik :

d
e1   N 1
dt

d ( maks sin wt )
e1   N 1   N 1 maks cos wt (tertinggal 90o dari )
dt

N 1 2f maks
Harga efektifnya E1   4,44 N 1 f maks
2
Keadaan Tanpa Beban
• Pada rangkaian sekunder, fluks () bersama tadi
menimbulkan

d E1 N 1
e2   N 2 e2   N 2 w m cos wt E 2  4,44 N 2 f maks 
E2 N 2
dt

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor,

E1 V1 N 1
  a a = perbandingan transformasi
E 2 V2 N 2

Dalam hai ini tegangan E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi


berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.
Keadaan Tanpa Beban
Arus Penguat
• Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani
disebut arus penguat. Dalam kenyataannya arus primer Io bukanlah
merupakan arus induktif murni, hingga ia terdiri atas dua komponen:
(1) Komponen arus pemagnetan IM, yang menghasilkan fluks ().
(2) Komponen arus rugi tembaga IC, menyatakan daya yang hilang akibat
adanya rugi histeris dan ‘arus eddy’. IC sefasa dengan V1, dengan demikian
hasil perkaliannya (IC x V1) merupakan daya (watt) yang hilang

Vektor hubungan fasor Io, IM dan IC Rangkain pengganti Io, IM dan IC


Keadaaan Transformator Berbeban

• Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan


beban ZL, I2 mengalir pada kumparan sekunder, di
mana I2 = V2/ZL .
Keadaaan Transformator Berbeban
• Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak
magnet (ggm) N2 I2 yang cenderung menentang
fluks () bersama yang telah ada akibat arus
pemagnetan IM. Agar fluks bersama itu tidak
berubah nilainya, pada kumparan primer harus
mengalir arus I’2, yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga
keseluruhan arus yang mengalir pada primer
menjadi :
I1  I o  I '2
I o  I1  I '2
Keadaaan Transformator Berbeban
• Bila rugi besi diabaikan (IC diabaikan) maka Io = IM
I1 = IM + I’2
• Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm
yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM saja, berlaku
hubungan :
N1IM = N1I1 – N2I2
N1IM = N1(IM + I’2) – N2I2
Sehingga
N1I’2 = N2I2
• Karena nilai IM dianggap kecil maka I’2 = I1
N1I1 = N2I2 atau I1/I2 = N2/N1
Contoh 3
Sebuah trafo memiliki perbandingan lilitan 10 : 2 dihubungkan ke sumber
listrik 100V untuk mennyalakan sebuah lampu 25 W. Hitunglah tegangan
listrik yang diserap oleh lampu dan kuat arus yang masuk kedalam trafo!

Diket: Np:Ns = 10:2


Vp = 100 V
Ps = 25 W
Dit. Vs = …
Ip = …
Jawab: Pp = Ps
Np:Ns =Vp:Vs Vp . Ip = Ps
10:2 = 100:Vs 100 . Ip = 25
Vs = 20 V Ip = 0,25 A
Contoh 4
Sebuah trafo memiliki perbandingan lilitan kumparan 10:1 dihubung-kan ke listrik 100 V
untuk menyalakan sebuah lampu 10 W. Jika efisiensi trafo 75 %, berapakah arus listrik
pada kumparan primer?

Diket: Np:Ns = 10:1


Vp = 100 V
Ps = 7,5W
= 75%
η
Dit Ip = …
Jawab:
η = (Ps/Pp)X100 %
Pp = Vp . Ip
75 % = 7,5/Pp X 100%
10 = 100 . Ip
0,75 = 7,5/Pp Ip = 0,1 A
Pp = 7,7/0,75 = 10 W
SOAL 1:
Sebuah trafo memiliki perbandingan belitan kumparan 5: 12 dihubung-kan ke
tegangan listrik 220 V untuk menyalakan sebuah pemanas 1500 W. Jika efisiensi trafo
85 %, berapakah arus listrik pada kumparan primer dan rugi daya trafonya?

SOAL 2:
Motor Induksi 220-V, 15 HP, 4 Kutub, 50 Hz, Hubungan Bintang , Slip beban penuh 4,4
%
1. Tentukan kecepatan synchronous nya !
2. Berapa kecepatan rotor pada beban penuh ?
3. Hitung besar torka mekaniknya !

SOAL 3:
Motor shunt berputar pada 2000 rpm disupply tegangan 220 V DC. Arus jaringan 61 A dan
tahanan medan 220 Ohm. Bila tahanan armatur 0.12 Ohm, hitunglah :
a. Arus armatur/jangkar
b. Tegangan lawan
c. Daya mekanik yang dihasilkan motor
SOAL 4 :
A 560-V, 50 Hz, 35-hp, three phase induction motor is drawing 53 A at 0.88 PF
lagging. The stator copper losses are 1,7 kW, and the rotor copper losses are
500 W. The friction and windage losses are 400 W, the core losses are 1500
W, and the stray losses are negligible. Find the following quantities:
1. The air-gap power PAG.
2. The power converted Pconv.
3. The output power Pout.
4. The efficiency of the motor.

SOAL 5 :
Gambarkan diagram rangkaian daya dan kendali untuk operasi Motor Induksi
:
a) Putaran bolak balik
b) Starting Y/D
Transformator INSTRUMEN
• Transformator (trafo) instrumen berguna
untuk pengukuran besaran AC di stasiun
(pusat) pembangkit, stasiun trafo, serta
saluran transmisi energi, bersama dengan
instrumen pengukuran AC (voltmeter,
amperemeter, wattmeter, VARmeter dan
sebagainya).
• Trafo instrumen diklasifikasikan menurut
penggunaannya yakni:
– Trafo arus (CT, current transformer) dan
– Trafo potensial/ tegangan (PT, potential
transformer).
Contoh: Substasiun (Gardu Induk, GI) Tegangan 69 kV
• Trafo instrumen melakukan dua fungsi penting:
– memberbesar rentang pengukuran bagi instrumen
pengukuran AC, sebagaimana resistans paralel atau
pengali yang memperluas rentang pengukuran pada
meteran DC;

– kedua, mengisolasi instrumen pengukuran yang


digunakan dari rangkaian saluran daya tegangan
tinggi.
Urgensi Pengisolasian Instrumen
• Sistem energi biasanya beroperasi dlm arus dan
tegangan orde kilo/ ratusan kilo Ampere/ Volt.

 Faktor kepraktisan pengisolasian tegangan;


 Faktor ekonomis;
 Faktor keselamatan manusia;

• Instrumen pengukuran yang bekerja dengan arus


yang relatif kecil, dapat dipastikan berbiaya yang
lebih rendah dibanding dengan yang bekerja dengan
arus yang besar..
Gambar/ Foto CT
600V
2000A
12-40KV
2500A

36-550KV
4000A

5-25KV
4000A
Gambar/ Foto PT
Dua divais yang akan menggunakan output trafo
instrumen:

• Instrumen (ammeter, voltmeter dll.);


• Relai proteksi (relai arus-lebih, relai jarak dll.)
Koneksi CT dg Relai Proteksi
Trafo Potensial

• PT digunakan untuk mentransformasikan


tegangan tinggi saluran daya ke tegangan
rendah yang sesuai dengan kebutuhan
voltmeter AC atau koil tegangan wattmeter AC
dan relai proteksi.
• Nilai tegangan pada sisi sekunder trafo
tegangan, baiasanya 120 V. Sementara
tegangan sisi primernya, biasanya
terstandarisasi yang mencakup: 2400 V, 4160
V, 13,8 kV, 44 kV, 66 kV dan 220 kV.
• PT didesain untuk mampu “memikul” beban
(burden) tertentu pada sisi sekundernya.
Kapasitas burden yang berbeda, tersedia untuk
trafo yang berbeda;
• Kapasitas yang umum adalah 200 VA pada
frekuensi 60 Hz. Untuk tegangan 2400/120 V.
Trafo Arus
• Trafo arus kadangkala mempunyai rangkaian primer
dan selalu mempunyai rangkaian sekunder.
• Jika ada rangkaian primernya, maka ia mempunyai
sejumlah kecil lilitan.
• Dalam banyak kasus, belitan primer hanya terdiri dari
satu lilitan atau konduktor tunggal yang terhubung
seri dengan beban sistem, yakni yang akan diukur
arusnya.
• Belitan sekunder mempunyai jumlah lilitan yang
besar dan terhubung ke meteran atau relai proteksi
(protection relay).
• Sering kali belitan sekunder CT hanya berupa
konduktor tunggal yang melalui inti trafo.
• CT demikian disebut bar-type CT.
• Belitan sekunder CT biasanya didesain untuk
mengirimkan arus sebesar 5 A.

• Suatu CT bar-type dengan rasio 800/5-A berarti: saat


ia membawa arus 800 A di belitan primernya, maka
akan ada arus sebesar 5 A pada belitan sekundernya
dan ia mempunyai 160 jumlah lilitan pada belitan
sekundernya.
• Belitan primer CT dihubungkan langsung ke
rangkaian beban sistem.
• Ketika belitan sekunder terbuka (opencircuit),
tegangan yang dibangkitkan pada belitan sekunder
bisa jadi sangat tinggi (karena rasio step-up) dan
dapat dengan mudah menembus (mem-breakdown)
isolator antara belitan sekunder.
• Belitan sekunder CT “harus” karena itu selalu
dihubung-singkat (short-circuit), atau dihubungkan ke
meteran atau relai proteksi.
• Jadi suatu CT, jangan pernah dibiarkan dalam
kondisi belitan sekunder terbuka, di saat belitan
primernya membawa arus; ia harus selalu
ditutup melalui meteran arus, koil relai, koil
wattmeter, atau dihubungsingkat langsung.
• Kelalaian kita dalam hal tersebut bisa
menyebabkan “bahaya” serius kepada peralatan
atau orang yang mengoperasikannya.
Standar IEEE Rasio CT

Rasio Arus Rasio Arus Rasio Arus


50:5 300:5 800:5
100:5 400:5 900:5
150:5 450:5 1000:5
200:5 500:5 1200:5
250:5 500:5
600:5

Anda mungkin juga menyukai