Anda di halaman 1dari 47

Penyakit

laring
Mutiara Nova Pratiwi
1620221193
Keluhan pada organ fonasi
 Gangguan suara (disfonia) :
 Roughness
 Hipofonia
 Afonia
 Spastik
 Diplofonia
 odinofonia
Penyebab disfonia
 Radang
 Tumor
 Paralisis otot laring
 Sikatriks akibat operasi
 Fiksasi pada sendi krikoaritenoid
Kelainan laring
 Congenital
 Peradangan laring
 Lesi jinak laring
 Kelumpuhan pita suara
Kelainan kongenital
 Laringomalasi
 Stenosis subglotik
 Selaput di laring
 Kista kongenital
 Hemangioma
 Fistel laringotrakea esofagal
laringomalasia
Stenosis sub glotik
Fistula laringotrakeoesofageal
Peradangan Laring

Laringitis

Kronis
Akut Kronis
spesifik

Laringiitis Laringitis
tuberkulosisi luetika
Laringitis Akut
Radang akut laring, pada umumnya
kelanjutan dari rinofaringitis (common
cold)

Bakteri yg menyebabkan radang lokal


atau virus yg menyebabkan
peradangan sistemik
Gejala Pemeriksaaan

•Demam, •Mukosa laring


•Malaise (umum), hiperemis,
•Suara parau atau •Mukosa
smpai afoni, membengkak
•Sumbatan laring, terutama diatas
dan bawah pita
•Batuk kering atau
suara
dahak
Patofisiologi
 Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri
mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau
nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan
pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,
malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada
musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan
menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang
meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi
saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan
iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus
untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga
menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang
terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring.
Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini
akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia
darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu
tubuh.
Diagnosis
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis banding
 Benda asing pada laring
 Faringitis
 Lesi jinak laring : nodul, polip
Tatalaksana
 Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3
hari
 Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/
menit
 Istirahat
 Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi
minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul
sumbatan dihidung atau penggunaan
larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang
dikemas dalam bentuk semprotan hidung
atau nasal spray
 Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada
demam,
 bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri /
analgetik,
 hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal
seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin,
napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun
spray.
 Pemberian antibiotika yang adekuat yakni : ampisilin 100
mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol
: 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau
sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu
dapat diberikan kortikosteroid intravena berupa
deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
 Pengisapan lendir dari tenggorok atau
laring, bila penatalaksanaan ini tidak
berhasil maka dapat dilakukan
endotrakeal atau trakeostomi bila sudah
terjadi obstruksi jalan nafas.
Saat sudah terjadi obs. Nafas
 Sumbatan laring dapat disebabkan oleh :
 Radang akut dan radang kronis
 Benda asing
 Trauma akibat kecelakaan
, perkelahian, percobaan bunuh diri dengan
senjata tajam
Trauma akibat tindakan mendik
Tumor laring
Kelumpuhan nervus rekuren bilateral
Gejala dan tanda sumbatan
laring
 Suara serak disfoni sampai afoni
 Sesak nafas (dispnea)
 Stridor (nafas berbunyi)
 Cekungan yang erdapat pada waktu
inspirasi suprasternal, epigastrium,
supraklavikula dan interkostal
 Geliha
 Warna muka pucat
 Terakhit sianosis
Sumbatan laring dibagi dalam
4 stadium
 Stadium 1 : cekungan tmapak pada
waktu inspirasi di suprasternal, stridor
pada waktu inspirasi dan pasien masih
tenang
 Stadium 2 : cekungan pada waktu
inspirasi di daerah suprasternal makin
dalam, ditambah lagi dengan timbulnya
cekungan di daerah epigastrium. Pasien
sudah mulai gelisah, stridor terdengar
pada waktu inspirasi
 Stadium 3 : cekungan selain di daerah
suprasternal, epigastrium juga terdapat di
infraklavikula dan sela sela iga, pasien sangat
gelisah dan dispnea, stridor terdengar pada
waktu inspirasi dan ekspirasi
 Stadium 4 : cekungan di atas bertambah
jelas, paien sangat gelisah, tampak sangat
ketakutan dan sianosis, jika keadaan ini
berlangsung terus maka pasien akan
kehabisan tenaga, hiperkapnea,
 Pasien lebih memilih lemah dan tertidur
akhirnya meninggal karena asfiksi
Tatalaksanan pada sumbatan
laring
 Stadium 1 : anti inflamasi, anti alergo,
antibiotik, oksigen intermitten
 Stadium 2 dan 3 : intubasi endotrakea
dan trakeostomi
 Stadium 4 : krikotirotomi
Pencegahan :
 Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan
membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi
pada pita suara,
 minum banyak air karena cairan akan membantu
menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan
tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan,
 batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah
tenggorokan kering.
 jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan
karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi
abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan
dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan
memproduksi lebih banyak lendir.
Laringitis Kronis
Etiologi
•Sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip
hidung atau bronkitis kronis, vocal abuse
Gejala
•Suara parau menetap,
•Rasa tersangkut di tenggorokan,
•Pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret
karena mukosa menebal

Pemeriksaan
•Mukosa menebal, hiperemis, permukaan tidak rata
Tatalaksana
 Istirahat berbicara
 amoksisilin
 perubahan pola hidup adalah faktor yang jauh lebih
penting dalam mencegah terjadinya laringitis kronik,
meliputi: berhenti merokok dan menghindari
lingkungan berasap; hindari makanan dan minuman
2-3 jam sebelum tidur untuk mencegah sekresi aktif
asam lambung selama tidur; tinggikan kepala ketika
tidur, yang akan melindungi laring dari refluks asam
lambung selama tidur; obat-obatan yang dapat
mengurangi produksi asam lambung pada pasien
yang mempunyai gejala peningkatan asam
lambung; hindari tindakan membersihkan
tenggorokan yang dapat memperburuk gejala.
Komplikasi
 penyebaran infeksi ke sistemik atau
struktur di sekitarnya
 stenosis laring
 edema atau stenosis sekunder
 kerusakan struktur pita suara yang
permanen
 transformasi menjadi keganasan.
Pencegahan
 Jangan merokok, dan hindari asap rokok
 Minum banyak air
 Batasi penggunaan alkohol dan kafein
 Jangan berdehem untuk membersihkan
tenggorokan
Laringitis Tuberkulosa
Patogenesis laringitis tuberkulosa
Infeksi kuman ke laring melalui udara pernapasan, sputum
yg mengandung kuman, penyebaran limfogen/hematogen

Stadium Stadium
Stadium Stadium
perikondrit fibrotuberk
infiltrasi ulserasi
is ulosis
Stadium infiltrasi :

•Pembengkakan dan hiperemis mukosa


laring bagian posterior, pita suara
•Submukosa : terbentuk tuberkel,
mukosa tdk rata, tampak bintik-bintik
kebiruan, tuberkel ini makin membesar
 tuberkel berdekatan bersatu
mukosa diatasnya meregang  pecah
 ulkus
Stadium ulserasi

•Akhir stadium infiltrasi  ulkus


yang dangkal, dasarnya ditutupi oleh
perkijuan sangat nyeri
Stadium perikondritis
•Ulkus yang mengenai kartilago
laring  merusak tulang rawan,
sehingga terbentuk nanah dan bau
 berlanjut terbentuk sequester
•>> Kartilago Aritenoid dan
epiglotis
Stadium fibrotuberkulosis

•Terbentuk fibrotuberkulosis pada


dinding posterior, pita suara dan
subglotik
Gejala Klinis
 Rasa kering, panas, dan tertekan di daerah
laring
 Suara parau
 Hemoptisis
 Nyeri waktu menelan
 Keadaan umum buruk
 Pemeriksaan paru : terdapat proses aktif
Terapi
 Obat Anti tuberkulosis primer
 Vocal rest
Laringitis Luetika
 Etiologi
: Treponema Palidum
 Gambaran Klinis :
 Jika guma pecah  ulkus
 Sifat ulkus : sangat dalam, bertepi dgn dasar
keras, wrna merah tua, eksudat warna
kekuningan, tidak nyeri , menjalar cepat
Gejala Klinis Terapi
 Suara parau  Penisilin
 Batuk kronis  Dosis 1,2 juta U ,IM
 Disfagia  Pengangkatan
sekuester
 Jika ada sumbatan
Laring  Trakeostomi
Lesi jinak jaringan
 Nodul pita suara
 Polip pita suara
 Kista pita suara
Nodul pita suara
Polip pita suara
Kista pita suara
Kelumpuhan pita suara
 Terganggunya pita suara karena disfungsi saraf ke
otot laring
 Kelainan ini berupa gejala dan bukan suatu penyakit
 Penyebab : diduga kelainan pada batang otak atau
trauma kepala pada prosses kelahiran, keganasan
pada paru, esofagus atau tiroid, tindakan
pembedahan tiraoid, trauma kepala dan leher,
tuberkulosis, aneurisma aorta,

 Gejala tersering stridor pada bayi


 Gejala didapat: suara parau, stridor, kesulitan
menelan
 Pemeriksaan :
 Laringoskop
 Laryngeal electromyogra[hy
 Untuk menentukan penyebab : foto
thoraks, MRI

 Pengobatan : terapi suara, pembedahan


pita suara
TERIMAKASIH
PR
3 area penyempitan esofagus
 Disebabkan oleh muskulus krikofaringeal
 Persilangan cabang utama bronkus
kiridan arkus aorta
 Mekanisme sfingtergastroesofageal

Anda mungkin juga menyukai