Sumarlin B1B113152 Andi Fadel Muh B1B113153 Rivandi B1B113157 Reno Sandi Yuda B1B113155 Fajar Rahmawan Z B1B113159 Erlin Aprilia B1B113162 Sumiati B1B113160 A. Buruknya iklim investasi Iklim investasi adalah semua kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung terjadi dimasa mendatang, yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian resiko suatu investasi. Berbagai survei membuktikan faktor utama yang mempengaruhi lingkungan bisnis adalah tenaga kerja, perekonomian daerah, infrastruktur fisik, kondisi sosial politik, dan institusi. Alasan utama mengapa investor masih khawatir untuk melakukan bisnis di Indonesia adalah ketidakstabilan ekonomi makro, ketidakpastian kebijakan, korupsi, perizinan usaha dan regulasi pasar tenaga kerja. Lemahnya perencanaan dan koordinasi peraturan perundangan, baik tingkat vertikal ( antara pemerintah pusat-provinsi- kabupaten/kota) dan pada tingkat horizontal ( antara kementrian dan badan lainnya) terus terjadi. Oleh karena itu diperlukan reformasi mendasar berkaitan dengan perbaikan iklim bisnis dan investasi di Indonesia. 1. Paket kebijakan investasi dalam Inpres No. 3 Tahun 2006. Paket kebijakan ini berisi serangkaian program dan tindakan dengan tujuan untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia. 2. Paket perbaikan iklim investasi dalam Inpres No. 3 Tahun 2007. Paket ini berisi kebijakan pembangunan sektor ril dan pembangunan UMKM. 3. Paket fokus pembangunan ekonomi 2008-2009 dalam Inpres No. 5 Tahun 2008. Kebijakan ini berisi langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan dan fokus program ekonomi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, kelestarian sumber daya alam, peningkatan ketahanan energi dan kualitas lingkungan, dan untuk pelaksanaan berbagai komitmen masyarakat ekonomi ASEAN. 1. Evaluasi Inpres No. 3 Tahun 2006 Inpres No. 3 Tahun 2006 sematanya agaknya tidak cukup untuk menghasilkan peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang telah ditargetkan meningkatkan paket kebijakanini setidaknya mengundang tiga keterbatasan. 2.Belum mencantumkan penetapan skala prioritas sektoral maupun spasial. 3.Paket kebijakan tidak menggunakan pendekatan yang mengacu pada masalah utama yang menghadang gerak maju perekonomian,kecuali persoalan investasi. Sampai dengan maret 2008,pelaksanaan Inpers no.6 tahun 2007,dari 140 tindakan yang harus diselesaikan hanya 101 tindakan dinyatakan selesai atau 72,1% dari total tindakan.Meskipun tindakan belum dapat diselesaikan secara tepat waktu,sejumlah tindakan diantaranya telah mencapai kemajuan yang berarti.Namun sejumlah tindakan lainya memerlukan perhatian yang lebih sungguh-sungguh untuk menyelesaikannya. pencapain dalam inpers No.5 tahun 2008 adalah(1)telah diselesaikan peraturan pendukung U-U NO.25 THN 2007 Tentang penanaman modal,diantaranyan draf per pres untuk pelayanan terpadu satu pintu.(2)telah diselesaikanya berbagai fasilitas bagi penanam modal,diantaranya perubahan PP 1/2007 menjadi No.6 thn 2007 PP 62/2008 tentang pemberian fasilitas perpajakan bagi bidang tertentu dan daerah tertentu.(3)disampaikan draf RUU Kawasan Ekonomi khusus kepada DPR,(4)diterbitkan berbagai peraturan untuk memudahkan iklim berusaha di indonesia. A. TREND INVESTASI INDONESIA Berbagai studi menunjukkan bahwa iklim investasi indonesia masih lebih buruk dibanding china, thailand, vietnam dan negara-negara ASEAN lainnya. Iklim investasi dapat didefinisikan sebagai semua kebijakan,kelembagaan,dan lingkungan,baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi dimasa mendatang, yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian dan risiko suatu investasi. B. ARUS MODAL ASING KE ASEAN Tingginya pertumbuhan ekonomi ASEAN tidak terlepas dari derasnya arus PMA ke negara-negara kawasan ini. ASEAN sukses menarik PMA dan menjadikan perusahaan- perusahaan transnasional (TNC) sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional. C. REALISASI PMA DAN PMDN DI INDONESIA Ada beberapa hal yang menyebabkan iklim investasi indonesia sering disoroti yaitu waktu untuk mengurus ijin investasi masih dikeluhkan terlalu lama ( 97 hari untuk memulai bisnis baru), prosedur ekspor yang lambat dan kompleks sehingga membuat biaya logistik dan transpor menjadi tidak kompetitif, ditambah korupsi yang masih berlanjut di bea cukai dan pelabuhan. A. PENGHEMATAN LISTRIK Sumber daya alam yang merupakan energi primernya, seperti minyak dan panas bumi, batubara, dan potensi air, memiliki jumlah yang terbatas. Jika kita berpola hidup tidak cermat dalam penggunaan energi primer yang tak terbarukan ini, perlahan tetapi pasti energi primer tersebut akan habis dan berdampak negatif terhadap kehidupan mahluk hidup. Perilaku hemat listrik akan membantu mengurangi pemadaman bergilir. 1. KEBIJAKAN TARIF SUBSIDI Tarif subsidi listrik dikurangi secara bertahap dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban negara.Namun, bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, subsidi akan tetap diberikan dan diutamakan dalam bentuk subsidi langsung.
2. KEBIJAKAN TARIF NONSUBSIDI
Kebijakan tarif nonsubsidi didasari oleh pemikiran bahwa pemerintah hanya memberikan subsidi pemakaian listrik sampai dengan batas pemakaian tertentu. B. DAMPAK KENAIKAN TARIF LISTRIK BAGI SEKTOR INDUSTRI Penurunan pertumbuhan industri ini diperkirakan akan makin diperparah dengan kebijakan pengalihan jam kerja tersebut. Padahal jika kita cermati, jumlah pelanggan listrik nonsubsidi tertinggi adalah sektor bisnis yang mencapai 226,8 ribu pelanggan ditambah lagi dengan usulan untuk menaikkan tarif listrik untuk industri. Tentu hal ini akan menambah beban bagi dunia industri. c. INDUSTRI KETENAGALISTRIKAN Jejaring organisasi industri ketenagalistrikan nasional dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pemerintah dan nonpemerintah. Dalam struktur jejaring pemerintah, industri ketenagalistrikan berada dibawah koordiansi menteri ESDM. Sedangkan dalam struktur jejaring nonpemerintah, terdapat beberapa hierarki yang menghubungkan antara Masyarakat Energi Indonesia (MEI), Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), dan masyarakat dibidang energi primer. D. KONDISI SUPLAI LISTRIK NASIONAL Salah satu variabel yang mempengaruhi krisis listrik adalah kapsitas suplai listrik nasional. Kapasitas suplai listrik nasional tergantung pada banyaknya pembangkit listrik yang dimiliki oleh PLN.Pembangkit listrik PLN terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber tenaganya. Sumber tenaga yang dimanfaatkan sebagai pembangkit adalah diesel,air,uap,gas,kombinasinya,dan geothermal. A. Masalah Mendasar Ketenagakerjaan
Di pasar tenaga kerja, ada tiga masalah mendasar yang
muncul. Tingkat pengangguran meningkat pesat pasca krisis ekonomi. Permasalahan regulasi ketenagakerjaan dan penetapan kontrak adalah masalah terpenting yang berkaitan dengan iklim investasi. Pemutusan hubungan kerja di sektor riil, khususnya industri padat karya ,terus berlangsung Para pengusaha dan investor merasa bahwa salah satu permasalahan yang paling dikeluhkan adalah masalah regulasi pasar tenaga kerja, keterampilan dan produktivitas buruh yang rendah, upah buruh yang tidak lagi kompetitif dibandingkan dengan china/vietnam, pesangon dan kesejahteraan buruh, meningkatnya kasus sengketa hubungan industrial, dan semakin militannya buruh indonesia. Berbagai sumber menyebutkan ada tiga bidang utama yang mengundang kontroversi. Aturan main yang berkaitan dengan perekrutan, khususnya tentang outsourcing dan penggunaan pekerja kontrak. Aturan main tentang upah minimum. Aturan main tentang PHK dan pesangon. Jumlah upah yang diberikan perusahaan kepada buruhnya didasarkan pada standar upah minimum yang disebut upah minimum kota (UMK). UMK didasarkan pada perhitungan nilai kebutuhan hidup layak (KHL) yang paling rendah (minimum). Permasalahan regulasi ketenagakerjaan seringkali mencuat ke permukaan. Revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan memunculkan kontroversi di kalangan buruh. Mereka menolak draf revisi UU tersebut karena dikhawatirkan pasal-pasal yang memihak buruh akan dihilangkan.Revisi UU No. 13/2001 ini sepertinya didasari atas pertimbangan kepentingan pengusaha, karena pada UU No. 13/2003 tersebut terdapat pasal-pasal yang kurang menguntungkan dari sudut pengusaha. Perbaikan UU ketenagakerjaan bukan untuk merugikan buruh akan tetapi perlu dimengerti nahwa dengan biaya buruh yang kompetitif akan mengundang investor masuk. Hal ini akan mambantu negara dan masyarakat dalam penyerapan tenaga kerja di tengah banyaknya pengangguran yang semakin meningkat sebagai imbas krisis finansial global. HOME