Anda di halaman 1dari 28

PEMASANGAN KATETER

NS LIZA PHONNA, SKEP


TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi kateter urin, mahasiswa
diharapkan mampu :

1. Menjelaskan macam-macam kateter urin


2. Mengidentifikasi indikasi pemasangan kateter urin
3. Melakukan tehnik pemasangan kateter urin yang
benar
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM
URINARIA
Struktur yang membangun sistem urinaria terdiri dari:
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. Urethra
SISTEM URINARIA WANITA
SISTEM URINARIA PRIA
DEFINISI
 Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung
yang dipasang pada bagian tubuh manusia untuk
mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin
dari kandung kemih
JENIS KATETER

Kateter Nelathon/ kateter


straight/ kateter sementara
adalah kateter urin yang
berguna untuk mengeluarkan
urin sementara atau sesaat.
Kateter jenis ini mempunyai
bermacam-macam ukuran,
semakin besar ukurannya
semakin besar diameternya.
Pemasangan melalui uretra.
 Kateter balon/kateter Folley,
Kateter Indwelling/ Kateter
Tetap adalah kateter yang
digunakan untuk mengeluarkan
urin dalam sistem tertutup dan
bebas hama, dapat digunakan
untuk waktu lebih lama (5 hari).
Kateter ini terbuat dari karet
atau plastik yang mempunyai
cabang dua atau tiga dan
terdapat satu balon yang
dapat mengembang oleh air
atau udara untuk
mengamankan/ menahan ujung
kateter dalam kandung kemih.
 Kateter dengan dua
cabang, satu cabang untuk
memasukkan spuit, cabang
lainnya digunakan untuk
mengalirkan urin dari
kandung kemih dan dapat
disambung dengan tabung
tertutup dari kantung urin,
 sedangkan kateter dengan tiga cabang, kedua
cabang mempunyai fungsi sama dengan kateter
diatas, sementara cabang ketiga berfungsi untuk
disambungkan ke irigasi, sehingga cairan irigasi
yang steril dapat masuk ke kandung kemih,
tercampur dengan urin, kemudian akan keluar lagi.
Pemasangan kateter jenis ini bisa melalui uretra
atau suprapubik.
 Kateter suprapubik dengan
bungkus Silver alloy,
merupakan kateter paling
baru yang dibungkus dengan
perak bagian luar maupun
bagian dalamnya. Perak
mengandung antimikroba
yang efektif, tetapi karena
penggunaan perak sebagai
terapi antimikroba belum
sistematik, maka penggunaan
jenis kateter inipun masih
terbatas dan belum jelas
keakuratannya. Pemasangan
kateter, sementara ini baru
dapat dilakukan oleh dokter
urologi dalam kamar operasi
sebagai tindakan bedah minor
UKURAN KATETER

Wanita dewasa Kateter no 14/16


Laki-laki dewasa Kateter no 18/20
Anak-anak Kateter no 8/10

WANITA LAKI-LAKI
Panjang urethra 3,7 – 6 cm 14 - 20 cm
Kateter yang masuk 5 - 7,5 cm 15 - 22,5 cm
Yang diberi jelly 3 - 4 cm 5 – 7,5 cm
INDIKASI PEMASANGAN KATETER URINE

 Retensi urin akut dan kronis.


 Menampung arus urin yang keluar terus menerus
pada pasien dengan kesulitan menahan kencing,
sebagai hasil dari gangguan neurologis yang
menyebabkan kelumpuhan atau hilangnya sensasi
yang mempengaruhi buang air kecil.
 Perlu untuk pengukuran akurat dari output urin
pada pasien dengan sakit kritis.
 Penggunaan perioperatif untuk beberapa prosedur
bedah.
 Pasien yang menjalani operasi urologi atau operasi
lain pada struktur yang berdekatan pada saluran
genitourinaria.
 Durasi operasi yang diduga berkepanjangan.
 Pemantauan output urin intra-operatif.
 Untuk membantu dalam penyembuhan luka terbuka
pada sakrum atau perineum pada pasien yang
juga mengalami inkontinensia.
 Pasien memerlukan imobilisasi berkepanjangan.
 Untuk memungkinkan irigasi/lavage kandung kemih.
 Memfasilitasi lancarnya buang air kecil dan
menjaga intergritas kulit (ketika penanganan
konservatif lain tidak berhasil).
 Meningkatkan kenyamanan pasien (jika diperlukan).
Kontraindikasi Kateterisasi Uretra
 Prostatitis akut
 Kecurigaan trauma uretra
Perbandingan Kateterisasi Jangka
Panjang dengan Jangka Pendek
 Kateterisasi Jangka Pendek banyak digunakan
pada:
 Selama prosedur bedah dan perawatan pasca-
operasi.
 Untuk pemantauan urin yang tepat pada penyakit
akut.
 Untuk menghilangkan retensi urin akut atau kronis.
 Pemberian obat langsung ke kandung kemih.
 Kateterisasi Jangka Panjang dapat diperlukan pada:

 Obstruksi kandung kemih (BOO/Bladder outlet


obstruction), pada pasien yang tidak dapat dilakukan
pembedahan.
 Retensi kronis, sering sebagai akibat adanya cedera
neurologis atau penyakit di mana kateterisasi intermiten
tidak dimungkinkan.
 Pasien lemah, lumpuh atau koma; hanya sebagai pilihan
terakhir ketika pendekatan non-invasif alternatif lain
tidak memuaskan atau tidak berhasil.
 Kasus di mana pasien bersikeras untuk dipasang
kateter setelah mendiskusikan tentang risiko yang
dapat terjadi.
 Inkontinensia berat ketika semua langkah-langkah
lain telah dicoba dan terbukti tidak efektif.
 Inkontinensia berat di mana kateterisasi dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien; hanya sebagai
pilihan terakhir ketika pendekatan non-invasif
alternatif lain tidak memuaskan atau tidak berhasil.
Kateterisasi Suprapubik
 Indikasi Kateterisasi Suprapubik
 Selain indikasi dari kateterisasi uretra, untuk
indikasi pemasangan kateterisasi suprapubik
ditambah dengan indikasi berikut:
 Retensi urin akut dan kronis yang tidak mampu
secara memadai dikeringkan dengan kateter
uretra.
 Prostatitis akut.
 Adanya Obstruksi atau striktur ataupun anatomi
yang abnormal dari uretra.
 Trauma panggul.
 Komplikasi jangka panjang dari kateterisasi uretra.
 Ketika kateterisasi jangka panjang digunakan untuk
mengelola pasien dengan inkontinensia.
 Pasien dengan faecal inkotinensia yang selalu
mengotori kateter uretra.
Kontraindikasi Kateterisasi
Suprapubik
 Adanya atau diduga menderita karsinoma kandung
kemih.
 Kontraindikasi mutlak dari kateterisasi suprapubik yaitu
pada pasien dengan kandung kemih yang tidak mudah
teraba atau dengan menggunakan ultrasonografi tidak
ditemui adanya distensi kandung kemih.
 Riwayat operasi perut bagian bawah sebelumnya.
 Asites.
 Perangkat prostetik di perut bagian bawah misalnya
hernia mesh.
Keuntungan dari Kateterisasi
Suprapubik
 Mengurangi risiko trauma uretra, nekrosis, atau kateter-
induced uretritis.
 Mengurangi risiko kontaminasi kateter oleh mikro-
organisme usus.
 Lebih nyaman, terutama bagi pasien yang harus
menggunakan kursi roda.
 Mudah dalam pembersihan dan penggantian kateter.
 Dapat diblok dan dapat menilai kemampuan pasien
untuk mengeluarkan urin melalui uretra secara normal
sebelum pencabutan kateter suprapubik.
Keterbatasan Kateterisasi Suprapubik

 Pemasangan kateter merupakan prosedur invasif


dengan risiko perdarahan.
 Urin pasien masih mungkin keluar melalui uretra.
 Pelatihan khusus diperlukan bagi tenaga kesehatan.
 Pasien dengan katup jantung buatan memerlukan
terapi antibiotik sebelum prosedur pemasangan atau
pada saat penggantian kateter rutin.
 Pasien dengan terapi antikoagulan akan membutuhkan
pemeriksaan tingkat koagulasi sebelum pemasangan
kateter suprapubik.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai