Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

KETUBAN PECAH DINI

Muchamad Fadil

Pembimbing:

dr. Subur Suprojo, Sp.OG


SMF/BAG ILMU OBSTETRI GYNEKOLOGY
RSUD KABUPATEN JOMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
PENDAHULUAN

Selaput ketuban KPD


berfungsi menghasilkan
air ketuban dan
melindungi janin
terhadap infeksi Ketuban Pecah Dini (KPD)
merupakan masalah penting
Dalam keadaan normal dalam obstetri yang berkaitan
selaput ketuban pecah dengan penyulit kelahiran
dalam proses persalinan prematur dan terjadinya infeksi
Ketuban pecah dini adalah korioamnionitis sampai sepsis
keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan
TINJAUAN PUSTAKA

1. Selaput ketuban
dan cairan amnion

-Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion.


-Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran
janin. Dengan demikian, pembentukan komponen-komponen amnion yang
mencegah ruptur atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan

korion merupakan membran eksternal yang berwarna putih dan terbentuk dari vili-
vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut
dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus
cairan Ketuban

Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 –1500 ml, warna putih, agak
keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini dengan
berat jenis 1.008, terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta
bahan organik.
Mekanik

Mobilisasi Fungsi persalinan

Homeostasis Proteksi
Ketuban Pecah Dini

1.Definisi

Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah, 1 jam kemudian tidak diikuti

tanda-tanda awal persalinan.


Ketuban Pecah Dini

2.Epidemiologi

Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm, dan

pada midtrimester kehamilan. Frekuensi kejadiannya yaitu 8%, 1% –3%

dan kurang dari 1 %


Ketuban Pecah Dini

3. Etiologi

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan

secara pasti
Kelainan Infeksi Usia ibu tua
letak genitalia Riwayat KPD
sungsang >2
Overdistensi
uterus pada
Faktor Serviks
hidramnion predisposisi inkompeten

Multipara, Merokok Faktor


grandemultipara selama Keturunan
kehamilan
Ketuban Pecah Dini

patologi

• Secara umum karena kontraksi uterus dan peregangan berulang

• Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi

perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban bagian

inferior rapuh.

• Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen

menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput

ketuban pecah. (MMP dan TIMPs)


Diagnosis

A. Anamnesis:

Kadangkala cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita
merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba- tiba dari jalan lahir.
• Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi
tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas.
• Pemeriksaan Inspekulo

• Merupakan langkah pertama dalam mendiagnosis KPD karena pemeriksaan dalam seperti vaginal
toucher dapat meningkatkan risiko infeksi

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH-nya.Yang dinilai adalah :
• Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks
• Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diagnosis KPD.
Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien batuk untuk mempermudah
melihat pooling.
• nitrazine test. Kertas nitrazin akan berubah menjadi biru jika pH cairan diatas 6.0 –
6.5. Sekret vagina ibu hamil memiliki pH 4 –5, dengan kertas nitrazin tidak
memberikan perubahan warna. bisa memberikan hasil positif palsu bila tersamarkan
dengan cairan seperti darah, semen atau vaginitis seperti trichomoniasis.
• Mikroskopis (tes pakis). Jika dengan pooling dan tes nitrazin masih samar dapat
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks posterior.
Cairan di swab kemudian dikeringkan di atas gelas objek dan dilihat dibawah
mikroskop. Gambaran ‘ferning’ menandakan cairan amnion.
• Dilakukan juga kultur dari swab untuk Chlamydia, gonnorhea dan group B
Streptococcus.
C. Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan alpha-fetoprotein (AFP).
Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisis.
Tes pakis.
Tes lakmus (Nitrazine test).
2.Pemeriksaan ultrasonography (USG)
Diagnosis banding

1.Cairan dalam vagina bisa urine atau fluor albus


2. “Hind water” and “fore water rupture of the membrane”
Penatalaksanaan
1.KPD dengan kehamilan aterm
•MRS

•Diberikan antibiotik (ampisilin 4x500mg/eritromisin 2x500)


•Observasi suhu rektal tidak meningkat,
•Ditunggu 24 jam, bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi

•Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam,


•Tidak ada tanda-tanda inpartu, dilakukan terminasi
2.KPD dengan kehamilan premature
EFW > 1500 gram
• Ampiciline 1gr/hr tiap 6 jam, im/iv selama 2 hari dan
gentamycine 60-80 mg tiap 12 jam selama 2 hari
• Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru.
(Betamethasone 12mg iv, 2 x selang 24 jam)
• Observasi 2 x 24 jam, kalau belum ada tanda-tanda inpartu
segera terminasi
• Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan
meningkat > 37.6oC segera terminasi
EFW <1500gram
• Observasi 2 x 24 jam
• Observasi suhu rektal tiap 3 jam
• Pemberian antibiotik (Ampiciline 1gr/hr tiap 6 jam, im/iv
selama 2 hari dan gentamycine 60-80 mg tiap 12 jam selama
2 hari) / kortikosteroid (Betamethasone 12mg iv, 2 x selang
24 jam)
• Bila suhu rektal meningkat > 37.6oC, segera terminasi
• Bila 2 x 24 jam cairan tidak keluar
• USG: Bagaimana jumlah air ketuban
• Bila jumlah air ketuban cukup, dilanjutkan perawatan diruangan
s/d 5 hari
• Bila jumlah air ketuban minimal segera terminasi

• Bila 2 x 24 jam cairan ketuban tetap keluar, segera terminasi


• Bila konservatif, sebelum pulang penderita diberi nasehat:
• Segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda demam, atau keluar
cairan lagi
• Tidak boleh koitus
• Tidak boleh manipulasi vagina
3.KPD yang dilakukan induksi
• Bila 12 jam belum ada tanda-tanda awal persalinan dengan
atau belum keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal
dan persalinan diselesaikan dengan seksio sesar
• Bila dengan 2 botol (5u/500cc D5%) dengan tetesan
maksimum, belum ada tanda-tanda inpartu atau belum
keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal, persalinan
diselesaikan dengan seksio sesar.
Komplikasi

1. Infeksi

2. Persalinan premature

3. Hipoksia dan afiksia

4. Sindrom Deformitas Janin


Prognosis

Tergantung pada Usia kehamilan, keadaan ibu serta janin, dan adanya
infeksi atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai