dan kloramfenikol,
Brunton, L.L., et al. 2011. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics, .New York:
McGraw-Hill
Nafriadi, Gunawan, dan Gan Sulistia. (2012). Farmakologi Dan Terapi.
2
Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FKUI.
Metabolisme
Ekskresi
Absorbsi
Distribusi
• Kira-kira 30- • Dalam plasma • Obat • Golongan
80% serum jenis tetrasiklin
tetrasklin tetrasiklin golon diekskresi melalui
terikat oleh gan
diserap protein urin berdasarkan
lewat plasma dalam ini filtrasi glomerulus.
saluran jumlah yang tidak Pada pemberian
cerna. bervariasi. per oral kira-kira
Doksisiklin • kadar dimet 20-55% golongan
dan golongan abolis tetrasiklin
minosiklin tetrasiklin diekskresi melalui
hanya 10-20% me
diserap urin. Golongan
lebih dari
kadar dalam secar tetrasiklin yang
serum.
90%. a diekskresi oleh hati ke
dalam empedu
• Absorpsi ini berar mencapai kadar 10
sebagian ti di kali kadar serum
besar
berlangsung
hati.
di lambung
Nafriadi, Gunawan, dan Gan Sulistia. (2012). Farmakologi Dan Terapi. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FKUI.
dan usus
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 3
Mekanisme Kerja Antibiotik Secara Umum
Madigan M and Martinko J (editors). (2005).Brock Biology of Microorganisms(11th ed.). Prentice Hall.
4
Mekanisme Kerja tetrasiklin
✘ Tetrasiklin menginhibisi sintesis protein
dengan cara memblokir ikatan aminoasil-
tRNA ke komplek mRNA –ribosom.
Reseptor tetrasiklin adalah di subunit 30S
dan ikatanya bersifat reversible. Seperti
diketahui bahwa ada dua tempat untuk
mengikat aminoasil-tRNA di komplek
mRNA-70S. ikatan aminoasil-tRNA yang
pertama adalah di A-site, yaitu ketika
subunit 30S sudah bergabung membentuk
komplek dengan mRNA. Ikatan aminoasil-
tRNA yang kedua di P-site baru terbentuk
setelah subunit 50S bergabung dengan
subunit 30S membentuk komplek ribosom-
mRNA. Di P-site aminoasil-tRNA mengikat
polipetida
Nafriadi, Gunawan,yang mengalami
dan Gan Farmakologi. Dan Terapi. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FKUI.
Sulistia. (2012).elongasi
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Brunton, L.L., et al. 2011. Goodman & Gilman's The Pharmacological
5 Basis of Therapeutics, .New York:
6
Uretritis nonspesifik Infeksi yang disebabkan oleh ureaplasma urealitikum atau clamydia trachomatis dibati dengan baik
dengan pemberian tetrasiklin 4 x 500 mg sehari selama 7 hari. Infeksi C. Trachomatis seringkali
menyertai uretitis akibat gonokokus
Infeksi mycoplasma Pneumonia primer atipik yang disebabkan oleh bakteri ini dapat diatasi dengan pemberian tetrasiklin.
pneumoniae Walaupun penyembuhan klinis cepat dicapai mycoplasma pneumoniae mungkin tetap terdapat dalam
sputum setelah obat dihentikan
Infeksi basil Bruselosis pengobatan dengan tetrasiklin mengahsilkan hasil yang baik dan memuaskan biasanya
pengobatab 3 minggu . untuk kasus berat biasanya diberikan streptomisin 1 gr perhari IM
Tularemia Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi terapi dengan golongan tetrasiklin
juga memberikan hasil yang baik.
Kolera Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk penyakit ini. Pemberian dapat
mengurangi volume diare dalam 48 jam.
Sampar Antibiotik terbaik untuk mengobati infeksi ini ialah streptomisin. Bila streptomisin tidak dapat diberikan, maka
dapat dipakai golongan tetrasiklin. Pengobatan dimulai dengan pemberian secara IV selam 2 hari dan
dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 1 minggu.
Infeksi Kokus Golongan tetrasiklin sekarang tidak lagi diindikasikan untuk infeksi stafilokokus maupun streptokokus karena
sering dijumpai resistensi. Tigesiklin efektif untuk infeksi kulit dan jaringan lunak oleh streptokokus dan
stafilokokus (termasuk MRSA)
Nafriadi, Gunawan, dan Gan Sulistia. (2012). Farmakologi Dan Terapi. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FKUI.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Indikasi atau Penggunaan klinik
INFEKSI KETERANGAN
Riketsiosis Perbaikan yang dramatis tamapak setelah pemberian golongan tetrasiklin. Demam mereda dalam 1-3
hari dan ruam kulit menghilang dalam 5 hari. Perbaikan klinis yang nyata telah tampak 24 jam setelah
terapi dimulai
Infeksi klamidia. Limfo-granuloma venerum golongan tetrasiklin merupakan lini pertama. Pada infeksi akut
diberikan terapi selama 3-4 minggu atau keadaan kronis diberikan 1-2 bulan. 4 hari setelah
terapi bubo mulai mengecil.
Psitakosis Pemberian tetrasiklin selala beberapa hari dapat mengatasi gejala klinis. Dosis yang digunakan
adalah 2 gr perhari selama 7-10 hari atau 1 gram per 21 hari
Konjungtivis inklusi Dapat diobati selma 2-3 minggu dengan memberikan salep mata atau tetes mata dengan
golongan tetrasiklin
trakoma Pemberian tetrasiklin yang dikombinasi dengan dosisiklin 2x100 mg/hari selama 14 hari
menghasilkan pengobatan yang baik
Nafriadi, Gunawan, dan Gan Sulistia. (2012). Farmakologi Dan Terapi. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FKUI.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 8
Akne Vulgaris Tetrasiklin diduga menghambat produksi asam lemak dari sebum. Dosis yang diberikan untuk ini ialah 2 kali 250 mg sehari selama 2-3
minggu, bila perlu terapi dapat diteruskan sampai beberapa bulan dengan dosis minimal yang masih efektif.
Penyakit Paru Obstruksi Eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif menahun dapat diatasi dengan doksisiklin oral 2 kali 100 mg/ hari. Antibiotika lain yang juga
Menahun bermanfaat ialah kotrimoksazol dan koamoksiklav
Infeksi Intraabdominal Tigesiklin efektif untuk pengobatan infeksi intraabdominal yang disebabkan oleh E. Coli, C.freundii, E.faecalis, B.fragilis dan kuman-kuman
lain yang peka.
Infeksi lain Aktinimikosis
Frambusia
Leptospirosis
Infeksi saluran cerna
Penggunaan Topikal Pemakaian topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata golongan tetrasiklin
efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata oleh kuman Gram-positif dan
Gram-negatif yang sensitif. Selain itu salep mata ini dapat pula digunakan untuk profilaksis
oftalmia neonatorum pada neonatus
Ikatan Apoteker Indonesia. 2015.ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 49 2015 s/d
2016.Jakarta: PT ISFI Penerbitan 10
Efek Samping
Katzung, B.G., 2012. Basic & Clinical Pharmacology 12th ed., USA: McGraw Hill Companies
11
Efek Samping
Fotosensitisasi
•Toksisitas Jaringan •Tetrasiklin yang Reaksi Vestibular
Toksisitas Ginjal Lokal Injeksi diatur secara
intravena dapat sistemik, terutama
Pusing, vertigo,
Asidosis tubulus menyebabkan demeklinik, dapat mual, dan
ginjal dan cedera trombosis vena, menginduksi muntah
Injeksi intra- kepekaan terhadap
ginjal muskular sinar matahari atau •telah dicatat
menghasilkan iritasi sinar ultraviolet, terutama dengan
Tetrasiklin + lokal khususnya pada doxycycline pada
diuretik = retensi orang-orang berkulit dosis di atas 100 mg
nitrogen putih
Katzung, B.G., 2012. Basic & Clinical Pharmacology 12th ed., USA: McGraw Hill Companies
12
✘ Interaksi tetrasiklin dengan obat
lain atau dengan makanan
Interaksi tetrasiklin + obat Jenis interasksi
lainnya
Tetrasiklin + Antasid Tingkat serum dan karena itu efektivitas terapeutik tetrasiklin dapat sangat
berkurang atau bahkan dihapuskan oleh antacid yang mengandung aluminium,
bismut, kalsium atau magnesium. Antasida lain, seperti natrium bikarbonat,
juga dapat mengurangi bioavailabilitas beberapa tetrasiklin. Bahkan tingkat
doksisiklin intravena dapat dikurangi oleh antasida.
Tetrasiklin + Antiepilepsi Tingkat serum doksisiklin berkurang dan dapat jatuh di bawah konsentrasi
penghambatan minimum yang diterima pada pasien yang menerima
pengobatan jangka panjang dengan barbiturat, fenitoin, atau karbamazepin.
Tetrasiklin + Colestipol Colestipol dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin sekitar setengahnya.
Untuk selain tetrasiklin belum diketahui
Tetrasiklin + Diuretik Telah direkomendasikan oleh beberapa orang bahwa penggunaan bersamaan
tetrasiklin dan diuretik harus dihindari karena asosiasi mereka dengan naiknya
tingkat nitrogen urea darah.
Tetrasiklin + antagonis Cimetidine mengurangi penyerapan tetrasiklin tetapi tidak terlihat
reseptor-H2 mempengaruhi tingkat serumnya. Ranitidine tampaknya tidak mempengaruhi
bioavailabilitas doxycycline. Informasi tentang tetrasiklin dan antagonis
reseptor H2 lainnya kurang, tetapi tampaknya tidak ada alasan untuk menduga
bahwa mereka akan berinteraksi.
Tetrasiklin + Lantanum Bioavailabilitas tetrasiklin diharapkan dapat dikurangi oleh lanthanum, karena
penggunaan bersamaan dapat menghasilkan pembentukan kelat yang tidak larut
(seperti dengan kation polivalen lainnya). Akibatnya, direkomendasikan bahwa
tetrasiklin (nama produsen tetracycline dan doxycycline) tidak diambil dalam 2 jam dari
dosis lantanum
Tetrasiklin + Metoklopramid Pada 4 pasien, metoclopramide 20mg ditemukan untuk menggandakan tingkat
penyerapan dan sedikit mengurangi tingkat serum maksimum dari satu dosis tunggal
500 mg tetrasiklin. 1 Hal ini tampaknya memiliki sedikit kepentingan klinis.
Tetrasiklin + Quinapril Penyerapan tetrasiklin berkurang oleh eksipien magnesium dalam beberapa formulasi
quinapril.
Tetrasiklin + SukralfatPada dasar teoritis penyerapan tetrasiklin mungkin mungkin
dikurangi oleh sukralfat, tetapi konfirmasi klinis ini tampaknya kurang
Tetrasiklin + Thiomersal Pasien yang memakai tetrasiklin yang menggunakan solusi lensa kontak yang
mengandung thiomersal mungkin mengalami reaksi okular inflamasi
Tetrasiklin + Makanan Kalsium dalam makanan dapat kompleks dengan tetrasiklin untuk mengurangi penyerapannya. Hal ini
terutama penting pada produk susu, yang dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin hingga 80%, sehingga
mengurangi atau bahkan menghilangkan efek terapeutik mereka. Doxycycline dan minocycline kurang
dipengaruhi oleh produk susu (25 hingga 30% pengurangan) dan lymecycline tidak terpengaruh oleh susu.
Jus jeruk dan kopi tidak berinteraksi dengan tetrasiklin
✘ pompa efflux yang dimiliki oleh bakteri yang dapat mentransport obat keluar sel sehingga obat
tidak mampu terakumulasi di dalam sel, Mutasi yang menyebabkan ekspresi berlebihan
multidrug efflux pump menyebabkan resistensi terhadap berbagai antibiotik
✘ Proteksi ribosom dikendalikan oleh protein TetM, TetO, TetS, dan TetQ yang akan melekat pada
ribosom sehinggat tetrasiklin akan terlepas dari ribosom dan menjadi tidak aktif.
✘ Gen tet (X) mengkode enzim, yang memodifikasi dan menonaktifkan molekul tetrasiklin Tet (X)
adalah protein sitopolisakmik yang secara kimia memodifikasi tetrasiklin dengan adanya
oksigen dan NADPH, dan tigecycline obat semi-sintetik
✘ Resistensi tidak diketahui
Scholar, E.M. & Pratt, W.B., 2000, The antimicrobial drugs, Oxford university press, Oxford.
17
✘ 5 kelompok efflux pump berdasarkan cara kerja dan sekuens primernya. Berfungsi sebagai antipoter
✘ Kelompok ATP-binding cassette (ABC) merupakan transporter utama yang menggunakan energi yang dilepaskan oleh proses
hidrolisis ATP , menggunakan energi
✘ major facilitator superfamily (MFSmemompa obat keluar dari sel sambil memompa H + atau Na + ke dalam selresistance-
nodulation-division
✘ (RND), multisubunit yang mencakup membran dalam dan luar pada bakteri Gram-negatif.
✘ small multidrug resistance (SMR) danmemompa obat keluar dari sel sambil memompa H + atau Na + ke dalam sel multidrug and
toxic compounds extrusion
✘ (MATE) menggunakan proton motive force (PMF) atau sodium ion motive force untuk mengeluarkan antibiotik dari sel.
Tegos, G. P., Haynes, M., Strouse, J. J., Khan, M. T.,Bologa, C. G.,18Oprea, T. I., & Sklar, L. A. (2013). Curr Pharm
Kateryna Kon, Mahendra Rai-Antibiotic Resistance. Mechanisms and New Antimicrobial Approaches-Academic
Press (2016)
19
Kateryna Kon, Mahendra Rai-Antibiotic Resistance. Mechanisms and New Antimicrobial Approaches-Academic
Press (2016)
20
[Infectious Disease] George A. Jacoby (auth.), Douglas L. Mayers MD (eds.) - Antimicrobial Drug
Resistance_ Mechanisms of Drug Resistance Volume 1(2009,
21 Humana Press)
✘ Di indonesia
22
23
DOKSISIKLIN RESISTENSI
24
SULFONAMIDE
25
Sulfonamida ditemukan pertama kali oleh I. G. Farbenindustrie pada tahun 1932 dan diberi
nama PRONTOSIL. Kemudian dicobakan kepada mencit yang terinfeksi streptococcal.
Diujikan kepada bayi 10 bulan yang menderita sepsis streptococcal dan juga untuk menguji
meningococcal pada tahun 1933.
Domagk pada tahun 1938 mendapatkan Nobel Prize in Medicine atas Sulfonamida
Brunton, L.L., et al. 2011. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics, .New York:
McGraw-Hill
Nafriadi, Gunawan, dan Gan Sulistia. (2012). Farmakologi Dan Terapi. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FKUI.
26
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Farmakokinetika Sulfonamida
Absorbsi : Metabolisme :
absorbsi obat ini baik Distribusi : Sulfa diasetilasi pada
di saluran cerna Didistribusikan ke N4, terutama di hati Eksresi :
mencapai 70-100%. seluruh tubuh, menjadi produk
Absorbsi dari rute Melalui filtrasi
menembus cairan tanpa aktivitas
lain seperti vagina, glomerulus.
serebrospinalis, antimikroba, tetapi
saluran pernapasan Sehinggal gangguan
melewati sawar berpotensi toksik
dan kulit tidak dapat fungsi ginjal
plasenta dan masuk pada pH netral atau
diprediksi dan menyebabkan
ke ASI. Sulfa asam yang
mungkin dapat akumulasi obat.
berikatan dengan menyebabkan
masuk ke sistemik albumin. pembentukan batu
pada ginjal.
Nafriadi, Gunawan, dan Gan Sulistia. (2012). Farmakologi Dan Terapi. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FKUI.
27
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
✘ Mekanisme kerja
Brunton, L.L., et al. 2011. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics, .New York:
McGraw-Hill
28
29
Katzung, B.G., 2012. Basic & Clinical Pharmacology 12th ed., USA: McGraw Hill Companies
30
Penggunaan Klinik
Penggunaannya secara topikal berkurang karena kurang
atau tidak efektif, resiko kejadian sensitisasi tinggi kecuali
pemakaian lokal Na-sulfasetamid pada infeksi mata.
34
Efek Samping
RESISTENSI
36
INTERAKSI
Stockley, I.H., 2008, Stockley’s Drug Interaction Eighth Edition, 21,144, 698,700, 904, 920, 936, Pharmaceutical Press,
London
37
CHLORAMFENICHOL
TITA KHOSIMA HIDAYATI
CHLORAMFENICOL
Rumus molekul
C11H12C12N2O5
• Chloramphenicol
menghambat sintesis protein
pada bakteri .
• Obat masuk dengan
menembus sel bakteri dengan
difusi difasiiasi
• Chloramphenicol mengikat
secara reversibel ke ribosom
sub unit 50 S.
. Figure 55–2. Inhibition of bacterial protein
synthesis by chloramphenicol.
lanjutan
• Meskipun pengikatan tRNA di
lokasi pengenalan kodon pada
subunit ribosomal 30S tidak
terganggu, obat ini tampaknya
mencegah pengikatan ujung
asam amino yang
mengandung tRNA aminoasil
ke situs akseptor pada subunit
ribosom 50S
• Interaksi peptydiltranferase
dan substrat asam amino
tidak dapat tejadi dan
pembentukan ikatan peptida
terhambat
Mekanisme Resistensi chloramfenicol
1. Disebabkan oleh asetiiltranferase yang dikodekan plasmid dan
mengaktivasi obat.
• Enzim ini secara kovalen melekat pada gugus asetil dari asetil-KoA untuk
kloramfenikol, yang mencegah kloramfenikol mengikat ke ribosom.
(Smith A., 2004)
ABSORBSI
• Chloramfenicol dapat diberikan
secara intravena dan oral
• Obat ini diserap dengan cepat
dari saluran GI melalui rute oral
karena sifat lifopiliknya
dan mudah didistribusikan ke
seluruh tubuh dan mudah
memasuki CSF normal.
Lanjutan
• DISTRIBUSI
Kloramfenikol didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan dengan mudah
mencapai konsentrasi terapeutik dalam CSF, di mana nilainya adalah ~ 60% dari
mereka dalam plasma (kisaran, 45-99%).
• METABOLISME
Obat ini menghambat oksidasi campuran fungsi hati.
ELIMINASI
• Eksresi obat tergantung pada konversi di hati menjadi glucoronide, yang
kemudian disekresikan oleh tubulus ginjal
• Kloramfenicol disekresikan melalui ASI plasenta, cairan empedu
Indikasi
ANEMIA
• Anemia hemoltiik
• Anemia aplastik
Leukopenia , trombositopenia
• Chloramfenicol mampu
menghambat beberapa
oksidase fungsi hati
CYPs,dengan demikiann
akan memperpanjang
waktu paruh obat yang di
metabolisme oleh sistem
ini warfarin, fenitoiin,
tolbutamin dan
chlorpropamid
konsentrasi meningkat
INTERAKSI OBAT
NAMA OBAT TINGKAT INTERAKSI EFEK YANG TMBUL
WARFARIN MODERATE MENGALAMI MUDAH
PERDARAHAN
FENITOIN MODERATE Efek fentoin menIngkat
gerakan mata berkedut, bicara
cadel, mengantuk, kehilangan
keseimbangan, tremor,
kekakuan otot atau kelemahan,
mual, muntah, merasa pusing,
pingsan, dan napas lambat atau
dangkal.
NAMA OBAT TINGKAT INTERAKSI KETERANGAN
TOLBUTAMIDE MODERATE EFEK TOLBUTAMIDE
MENIGKATHYPOGLIKEMIA
CHLORPRPAMIDE MODERATE EFEK CHLORPRPAMIDE
MENINGKAT ->HYPOGLYCEMIA
Resistensi Kloramfenikol
63
Resistensi Kloramfenikol
64
DAFTAR PUSTAKA
• ai, Mahendra. Kon, Kateryna. (2016). Antibiotic resistance. UK : Academic Press
• Brunton, L.L., et al. 2011. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics, .New York: McGraw-Hill
• EUGENE D. WEINBERG AND SUE M. TONNIS Action of Chloramphenicol and Its Isomers on Secondary Biosynthetic Processes of Bacillus
• Finkel, Richard; Clark, Michelle A.; Cubeddu, Luigi X. Title: Lippincott's Illustrated Reviews: Pharmacology, 4th Edition
• George A. Jacoby (auth.), Douglas L. Mayers MD (eds.) - Antimicrobial Drug Resistance_ Mechanisms of Drug Resistance Volume 1(2009, Humana Press)
• Ikatan Apoteker Indonesia. 2015.ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 49 2015 s/d 2016.Jakarta: PT ISFI Penerbitan
• Kateryna Kon, Mahendra Rai-Antibiotic Resistance. Mechanisms and New Antimicrobial Approaches-Academic Press (2016)
• Katzung, B.G., 2012. Basic & Clinical Pharmacology 12th ed., USA: McGraw Hill Companies
• Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2009. Basic & Clinical Pharmacology, 11th Ed. New York:McGraw-Hill.Brunton, L.L., et al. 2007.
• Madigan M and Martinko J (editors). (2005).Brock Biology of Microorganisms(11th ed.). Prentice Hall.
• Nafriadi, Gunawan, dan Gan Sulistia. (2012). Farmakologi Dan Terapi. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
• OLEG JARDETZKY Studies on the Mechanism of Action of Chloramphenicol ,From the Department of Pharmacology, Harvard Medical School, Boston 16, Massachusetts
• Scholar, E.M. & Pratt, W.B., 2000, The antimicrobial drugs, Oxford university press, Oxford.
• Stockley, I.H., 2008, Stockley’s Drug Interaction Eighth Edition, 21,144, 698,700, 904, 920, 936, Pharmaceutical Press, London
• Tegos, G. P., Haynes, M., Strouse, J. J., Khan, M. T.,Bologa, C. G., Oprea, T. I., & Sklar, L. A., curr pharm., (2013).
• Tjay, T. H., dan Rahardja, K.,2002, Obat-Obat Penting: Khasiat Penggunaandan Efek Samping, Edisi IV, Direktorat Jenderal Pengawasan Oba Dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta