Anda di halaman 1dari 41

PEMERIKSAAN FISIK

HIDUNG
Oleh :
Rossa Setyowati 17710099
Rizka Rosa Dwi Mulyani 17710100
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN
SINUS PARANASALIS
ANATOMI
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN
SINUS PARANASALIS
Jenis pemeriksaan hidung dan sinus paranasalis terdiri
atas:
1. Pemeriksaan dari luar
2. Rinoskopi anterior
3. Rinoskopi posterior
Pemeriksaan dari luar
A. INSPEKSI

Kerangka Dorsum nasi:


 lebar (polip)
 Miring (fraktur)
 Saddle nose ( lues)
 Lorgnet nose (abses septum nasi)
 Luka-luka, warna, edema (kulit ujung hidung menjadi mengkil
at), ulkus naso-labial
 Bibir atas: maserasi akibat dari sekresi sinusitis, adenoiditis.
PALPASI
Dorsum nasi: krepitasi, deformitas
(tanda fraktur os nasali)
• Ala nasi: Sangat sakit pada furun
kel vestibulum nasi
• Regio frontalis untuk sinus frontalis:
 Menekan lantai sinus frontalis, dengan ibujari ke a
rah medio-superior ,dengan tenaga yang optimal
dan simetris (tenaga kiri= kanan)
Nilai: mempunyai nilai bila ada perbedaan reaksi,
sinus yang lebih sakit adalah sinus yang patologis
 Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari ke arah m
edial dengan tenaga yang optimal dan simetris , pada tempat y
ang simetris dan tidak boleh pada foramen suopraorbitalis seba
b disana ada N.supraorbitalis.
 Nilai seperti diatas

palpasi sinus frontalis


• Fossa kanina ( untuk sinus maxilaris): Syarat- syar
at seperti diatas, tetapi jangan ditekan pada fora
men infra-orbitalis sebab ada N. Infra-orbitalis.
TRANS-ILUMINASI (DIAPHANOSCOPY)

PEMERIKSAAN RONGGA SINUS PARANASALIS DGN


MENGGUNAKAN LAMPU DI KAMAR GELAP
PX SINUS MAKSILARIS  LAMPU DIMASUKKAN KE
RONGGA MULUT, MULUT DI TUTUP DENGAN
TANGAN PEMERIKSA TAMPAK SINAR
MEMANCAR MENEMBUS DINDING SINUS
NORMAL: SINAR DI SINUS MAKSILARIS KANAN DAN
KIRI SAMA (TIDAK BERBEDA)
PX SINUS FRONTALIS LAMPU DILETAKKAN DI
DASAR SINUS FRONTALIS (ATAP ORBITA), LAMPU
DITUTUP DGN TANGAN PEMERIKSA
NORMAL: TAMPAK PANCARAN SINAR MELEWATI
DINDING DEPAN SINUS FRONTALIS KANAN DAN
KIRI SAMA TERANGNYA
GAMBAR TEKNIK TRANSILUMINASI
RINOSKOPI ANTERIOR
1. ALAT :
a. Spekulum hidung hartman
b. Pinset (angulair)- bayonet (Lucae)
c. Aplikator
d. Pipa penghisap
e. Kaca rinoskopi posterior
Gambar alat pemeriksaan hidung
2. CARA MEMAKAI SPEKULUM
1. Memegang spekulum dengan tangan kiri, posisi spe
kulum horizontal, tangkai lateral, mulutnya medial (
masuk dalam lubang hidung)
MEMASUKKAN SPEKULUM
Mulut spekulum dalam keadaan tertutup, masukkan s
pekulum kedalam kavum nasi dan mulut spekulum di
buka pelan- pelan

MENGELUARKAN SPEKULUM
Mulut spekulum ditutup 90%, baru dikeluarkan. Jika
ditutup 100%, maka mungkin ada bulu rambut yang
terjepit dan ikut tercabut.
3. TAHAPAN PEMERIKSAAN:
a. Memeriksa Vestibulum Nasi
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah
c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole
d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas
e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )
a. Memeriksa Vestibulum Nasi
 Pemeriksaan pendahuluan, yang dilihat :
 Bibir atas : maserasi ( terutama anak – anak )
 Pinggir – pinggir lubang hidung : kruste, merah
 Posisi septum nasi : dorong ujung hidung ke atas dengan ibu jari

 Pemeriksaan dengan spekulum


 Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke lateral, medial
dengan mendorong ke medial, superior dengan mendorong ke atas, inferior
dengan mendorong ke bawah
 Yang di lihat : apakah ada sekret, krusta, bisul – bisul, raghaden
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah
 Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi sehingga sejajar
dengan konka inferior, perhatikan :
 warna mukosa dan konka inferior hiperemi, anemi, biru

 besarnya lumen kavum nasi

 dasar kavum nasi

 septum deviasi, bentuk krista atau spina


c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole
 Cahaya lampu di arahkan ke dinding belakang nasofaring.
 Normal nasofaring kelihatan sangat terang karena cahaya l
ampu tegak lurus pada dinding belakang nasofaring.
 Kemudian penderita disuruh mengucapkan huruf “iiii”.
 Positif jika, pada saat mengucapkan “iiii” palatum mole ber
gerak keatas, sehingga akan kelihatan benda gelap yang be
rgerak ke atas
 Benda yang gelap karena cahaya tidak tegak lurus pada p
alatum mole.
 Selesai mengucapkan huruf “iiii” palatum mole bergerak ke
bawah dan tampak benda gelap menghilang ke arah bawa
h atau dinding belakang yang gelap jadi terang kembali.
 Fenomena palatum mole negatif bila waktu mengucapk
an huruf “iiii”, palatum mole tidak bergerak ke atas,
nasofaring tetap terang.

 Fenomena palatum mole negatif pada :


 paralisa dari palatum mole (post difteri)
 spasme dari palatum mole (abses peritonsil)
 sikatrik (pasca ATE dengan sluder, arkus anterior ikut terambil)
 tumor dalam nasofaring, misalnya karsinoma nasofaring, abses
retrofaring, adenoid
d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas
 Arahkan cahaya lampu diarahkan ke kavum nasi bagian atas ( kepa
la ditengadahkan )
 Perhatikan :
 kaput dari konka media
 meatus medius: pus, polip
 septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai menekan konka
media)
 fissura olfaktoria

e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )


Dari posisi tengadah penderita dikembalikan ke posisi semula. Dilihat ad
anya deviasi septum.
PEMERIKSAAN
RINOSKOPI POSTERIOR
TUJUAN PEMERIKSAAN
• Menyinari koane dan dinding-dinding
nasofaring dengan cahaya yang dipa
ntulkan oleh suatu cermin yang ditemp
atkan dalam nasofaring.
Syarat yang harus dipenuhi:
• Harus ada tempat yang cukup luas buat menempatkan kaca
untuk itu lidah di dalam mulut dan ditekan ke bawah dengan
spatula.
• Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan faring a g a r
cahaya yang dipantulkan oleh cermin, dapat masuk ke dala
m nasofaring.

Untuk keperluan itu penderita harus bernapas dari hidung,


sehingga palatum mole akan bergerak ke arah bawah,
untuk memberi jalan kepada udara yang dari kavum nasi
ke paru-paru dan sebaliknya.
Alat-alat
• Cermin yang kecil
• Spatula penekan lidah
• Lampu spiritus
• Solusio tetrakain (- efedrin)
1%.
Teknik

• Penderita yang sangat sensitif, faring diberikan


Xylocain 10%, selama 5 menit. Spatula dipegang de
ngan tangan kiri, cermin dengan tangan kanan.
Punggung cermin dipanasi dengan lampu spiritus sam
pai suhunya sedikit diatas 37 derajat C.
Temperatur dicek dengan menyentuhkan pada pungg
ung tangan kiri.
• Mulut dibuka lebar, lidah ditarik kedalam mu
lut, penderita bernafas lewat hidung.
• Ujung spatula diletakkan paramedian kanan
depan uvula, lidah ditekan kebawah.
• Masukkan cermin antara faring dan palatum
mole kanan, kemudian cermin disinari.
Posterior Rhinoscopy
Mirror Examination

Nasal turbinates
Sup. Middle &Infer

Margo posterior
Septum nasi
Tahap-tahap pemeriksaan:
• Tahap1 : Pemeriksaan septum nasi (margo
posterior), koane dan tuba kanan
• Tahap2 : Pemeriksaan septum nasi (margo
posterior), koane dan tuba kiri
• Tahap 3 : Memeriksa atap nasofaring
• Tahap 4 : Memeriksa kauda konka inferior
Rinoskopia Posterior untuk melihat
Koane
1. Meatus superior
2. Meatus medius
3. Meatus inferior
4. Koana
5. Konka Superior
6. Konka medius
7. Konka inferior
8. Palatum mole
9. Uvula
Rinoskopia Posterior untuk melihat Ostium
Tuba
1. Lipatan anterior dari
ostium tuba
2. Ostium tuba
3. Fosa Rosenmuller
4. Lipatan posterior dari
ostium tuba
Tahap 1 : Memeriksa bagian kanan penderita
.
Cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda konka media k
anan.

Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo posterior s


eptum nasi di tengah-tengah cermin.

Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka yan


g paling besar ialah kauda dari konka inferior.

Perhatikan kauda konka superior dan meatus medius. Tangkai cermin


diputar terus ke kanan. Kelihatan ostium dan dinding-dinding tuba.
Tahap 2: Memeriksa bagian kiri
Putar tangkai cermin ke medial, hin
gga tampak margo posterior dari s
eptum nasi.

Putar terus tangkai cermin ke kiri se


hingga tampak berturut-turut konka
media kiri dan tuba kiri.
Tahap 3: Memeriksa atap nasofaring
Tangkai cermin mulai diputar kembali
ke medial sehingga pada cermin kelih
atan kembali margo posterior septum
nasi.

Sesudah itu tangkai cermin dimasukkan


sedikit dan cermin direndahkan sedikit.
Rinoskopia Posterior untuk melihat Atap Nasofaring

1. Konka medius
2. Adenoid
3. Konka
superior
4. Margo
posterior
septum nasi
Tahap 4: Memeriksa kauda konka inferior

Tangkai cermin direndahkan, atau cermin dinaikkan.


Biasanya kauda konka inferior tak dapat dilihat.
Dapat dilihat bila konka inferior hipertrofi, bentuknya
seperti murbei (berdungkul-dungkul), edem.

Perhatikan:
•Radang : pus pada meatus medius dan meatus superior
adenoiditis, ulkus pada dinding-dinding nasofaring (TBC)
•Tumor : poliposis, karsinoma.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai