Anda di halaman 1dari 4

Sipermetrin

Sipermetrin adalah senyawa insektisida sintetik golongan piretroid generasi keempat yang menyerupai
senyawa piretrin pada ekstrak piretrum yang berasal dari 11 tanaman krisantemum. Senyawa ini disintesis
pertama kali pada tahun 1974. Sipermetrin memiliki nama kimia cyano-(3-phenoxyphenyl)methyl-3-(2,2-
dichloroethenyl)-2,2-dimethylcyclopropane-1-carboxylate, dengan rumus kimia C22H19Cl2NO3.
Sipermetrin memiliki berat molekul sebesar 416,298 g/mol (NCBI, 2017b ). Senyawa ini larut dalam pelarut
organik seperti metanol dan aseton (Susanti & Boesri, 2012). Sipermertin banyak digunakan pada sektor
pertanian, peternakan dan pengendalian hama pemukiman terutama vektor penyakit. Insektisida ini
memiliki efektifitas dan daya bunuh yang baik serta memiliki harga yang murah sehingga banyak digunakan
di Indonesia maupun di dunia. Di Indonesia produk sipermetrin banyak digunakan untuk pengendalian
rayap, nyamuk, lalat, lipas (Wirawan, 2006).

Gambar 3. Struktur kimia sipermetrin (Ahmad et al., 2012)


Sipermetrin adalah senyawa racun kontak dan perut yang biasa
digunakan untuk insektisida rumah tangga. Sipermetrin dapat
berikatan dengan protein pada saraf yang dikenal sebagai
voltage-gate sodium channel. Ikatan tersebut akan mencegah
penutupan voltage-gate sodium channel secara normal sehingga
menyebabkan ion natrium tetap mengalir pada membran saraf
dan akan timbul impuls ganda. Timbulnya impuls ganda akan
menginduksi pengeluaran neurotransmiter asetilkolin dan
menstimulasi saraf lainnya sehingga menimbulkan kelumpuhan hingga kematian serangga dalam waktu singkat
(Cox, 1996; 12 Gandahusada et al., 2008). Menurut World
Health Organization (WHO), sipermetrin termasuk dalam jenis
racun kategori 2 yang memiliki risiko sedang. Pada tikus betina
yang sedang hamil, sipermetrin dapat mengakibatkan
pertumbuhan anak yang lambat setelah dilahirkan sedangkan
pada tikus jantan senyawa ini dapat menimbulkan abnormalitas
sperma (Cox, 1996). Sipermetrin dapat menyebabkan kerusakan
pada tubulus seminiferus dan mengganggu proses
spermatogenesis pada tikus jantan galur Sprague Dawley. Selain
itu, sipermetrin juga dapat menurunkan kadar testosteron serum
tikus Sprague-Dawley (Fang et al., 2013). Pemberian
sipermetrin dengan dosis 25 mg/kgBB selama 35 hari dapat
menurunkan kadar testosteron di dalam serum maupun
testosteron intratestikuler mencit jantan (Wang et al., 2009).
Siswandono, dan Bambang Soekarjo. 1995. Kimia Medisinal
Edisi I. Airlangga university Press. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai