Anda di halaman 1dari 8

• Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum

1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku


belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai
landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun
1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan
yang dikenal dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1950 dapat
dirampungkan.Selanjutnya undang-undang itu disahkan pada
tahun 1954 sebagai UU No. 12 Tahun 1954.Dari situlah dikenal
undang-undang pendidikan yang pertama kali, yaitu No. 4
Tahun 1950 dan No. 12 Tahun 1954.Namun undang-undang itu
tidak memberlakukan pelaksanaan Kurikulum 1947.
Kelompok Bahasa Kelompok Ekonomi
1. Bahasa Indonesia 1. Hitung dagang
2. Bahasa Inggris 2. Pengetahuan dagang
3. Bahasa Daerah Kelompok ekspresi
Kelompok Ilmu Pasti 1. Seni suara
1. Berhitung dan aljabar 2. Menggambar
2. Ilmu ukur 3. Pekerjaan tangan/kerajinan
Kelompok Pengetahuan Alam wanita.
1. Ilmu Alam/kimia Pendidikan jasmani
2. Ilmu Hayat Budi pekerti*
Kelompok Pengetahuan Sosial Agama*
1. Ilmu Bumi
2. Sejarah
Berkaitan dengan pelajaran agama, dalam struktur kurikulum pelajaran
agama memang diberi jam khusus namun dalam pelaksanaannya
diserahkan pada masing-masing orang tua.
Hal itu dipertegas pada UU No. 4 tahun 1950 Bab XII pasal 20 ayat 1
dan 2 sebagai berikut:
Ayat 1:
“Dalam sekolah-sekolah Negeri diadakan pelajaran agama; orang tua
murid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut”.
Ayat 2:
“Cara menyelenggarakan pengajaran agama di sekolah-sekolah Negeri
diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan bersama Menteri Agama”.
Dari petikan dua ayat itu tersirat maksud bahwa pelajaran agama
merupakan pilihan.Apabila si murid masih kanak-kanak, keikut sertaan
murid ditentukan atas seizin orang tua.Orang tua memiliki hak untuk
membolehkan atau melarang ikut pelajaran agama.Apabila siswa telah
dewasa, dia boleh menetapkan ikut dan tidaknya pelajaran agama.
• Dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai model
yang menerapkan etika, moral, nilai, dan aturan-aturan yang
berlaku. Kedisiplinan, kerajinan, sopan-santun, dan jiwa
nasionalisme ditanamkan melalui tingkah laku guru dan
penegakan peraturan sekolah yang tegas. Sayangnya proses
belajar mengajar berpusat pada guru. Siswa ditempatkan
sebagai objek yang menerima informasi sebanyak-banyaknya
dari guru.
• Sistem Penilaian pada kurikulum 1952 hampir sama dengan
kurikulum 1947, yakni dilakukan melalui ulangan harian,
ulangan umum catur wulan, dan ujian Negara. Ulangan harian
dan ulangan umum catur wulan dipakai sebagai dasar untuk
menentukan apakah seorang siswa naik atau tinggal kelas.
1. Kurikulum 1952 telah mengarah pada system pendidikan
nasional, walaupun belum merata pada seluruh wilayah di
Indonesia, namun dapat mencerminkan suatu pemahaman dan
cita-cita para praktisi pendidikan akan pentingnya pemerataan
pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia.
2. Pada Kurikulum 1952, materi pelajaran sudah berorientasi
pada kebutuhan hidup para siswa, sehingga hasil pembelajaran
dapat berguna ketika ditengah masyarakat.
3. Karena setiap guru mengajar satu mata pelajaran, maka
memiliki keuntungan untuk lebih menguasai
bidang pengajarannya dengan lebih baik, daripada mengajar
berbagai mata pelajaran.
1. Karena kurikulum 1952 baru mengarah pada system pendidikan
nasional, maka belum mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
2. Materi pelajaran belum orientasi masa depan, karena yang diajarkan
berorientasi kebutuhan untuk hidup dimasyarakat saat itu, dengan
demikian belum memiliki visi kebutuhan dimasa mendatang.
3. Kurang membangkitkan kreatifitas dan inovasi guru, karena setiap
mata pelajaran sudah terinci dalam rencana pelajaran terurai, hal ini
memper sempit kreatifitas dan inovasi guru baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, maupun menentukan sumber materi pelajaran
4. Kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai objek karena guru
menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru yang
menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula
yang menentukan standar-standar keberhasilan siswa dalam proses
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai