Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN

FISIOTERAPI PADA POST Clinical Instructure:


• dr. Darwati M, Sp.PK(K)

OP FRAKTUR OBLIQUE • dr. Anwar Sadaq


• H. Muhammad Ismail, S.Ft., Physio

1/3 PROXIMAL FEMUR Clinical Educator:


• Dr. H. Djohan Aras, S.Ft., Physio.,
DEXTRA M.Pd., M.Kes.

ZOFIR ANSORI, S.FT R 0241 81 005


FADILLAH NURSYAMSIA A, S.FT R 0241 81 030
DWI PUTRI KHAYYIRAH, S.FT R 0241 81 002
DEWI YULYANTI RASYID, S.FT R 0241 81 041
ANATOMI
FRAKTUR FEMUR
Faktur femur adalah
diskontiunitas dari os femur yang
terjadi akibat trauma dan non
trauma.
ETIOLOGI FRAKTUR FEMUR

Cedera traumatik Patologik


KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR
Menurut Orthopedic Trauma Berdasarkan tempat terjadinya:
Association: 1. Fraktur Collum Femur
1. Simple Fracture 2. Fraktur Subtrochanter Femur
2. Wedge Fracture 3. Fraktur Corpus Femur
3. Complex Fracture 4. Fraktur Supracondyler Femur
MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR FEMUR:
a. Deformitas
b. Edema
c. Echymosis dari perdarahan subcutaneous
d. Spasme Otot
e. Nyeri
f. Kehilangan Sensasi
PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
a. Destruksi jaringan dan pembentukan hematom
b. Inflamasi dan proliferasi selular (1-7 hari pasca terjadi fraktur)
c. Pembentukan kalus / Soft Callus Formation (2-3 minggu pasca fraktur)
d. Konsolidasi
e. Remodeling
Komplikasi Fraktur Femur: Prognosis Fraktur Femur:

1. Masalah proses penyembuhan 1. Quo ad vitam


tulang seperti delayed union, 2. Quo ad sanam
non-union, dan malunion. 3. Quo ad fungsionam
2. Osteomyelitis 4. Quo ad cosmeticam
PROSES FISIOTERAPI
1. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

Pemeriksaan fisioterapi dilakukan dengan menggunakan model CHARTS yang akurat


mengungkap masalah fisioterapi serta efisien dan efektif dalam pelaksanannya

2. DIAGNOSA FISIOTERAPI

Diagnosa fisioterapi adalah penentuan jenis kelainan atau gangguan gerak dan fungsi gerak tubuh
yang disusun berdasarkan pengkajian berupa pemeriksaan fisioterapi yang ilmiah dan berbasis bukti
3. PROGRAM FISIOTERAPI

Suatu rencana tindakan fisioterapi yang tersusun secara sistematis yang diambil dari masalah
fisioterapi yang terkait dengan gangguan gerak dan fungsi gerak suatu fisiologi tertentu

4. INTERVENSI FISIOTERAPI

Penerapan atau implementasi program fisioterapi yang telah disusun dan direncanakan
5. EVALUASI FISIOTERAPI

Suatu kegiatan yang dilakukan dengan membandingkan kondisi patofisiologis antara sebelum dan
setelah intervensi fisioterapi

6. MODIFIKASI FISIOTERAPI

Suatu upaya pelaksanaan tindakan fisioterapi selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi dalam rangka
menyusun tindakan fisioterapi yang efektif dan efisien berdasarkan perubahan patofisiologi
tertentu
7. DOKUMENTASI FISIOTERAPI

Sekumpulan data yang tersusun secara sistemis yang dijadikan bukti terhadap adanya suatu kegiatan
yang telah dilaksanakan sesuatu peruntukannya

8. PENGEMBANGAN
KEMITERAAN FISIOTERAPI

Suatu upaya kerjasama dan kolaborasi antar profesi yang terkait


LAPORAN KASUS
Data Umum Pasien

Nama : Tn HW Diagnosa Medis : Periprostetic Fracture


No. Rekam Medik : 858160 Right Femur
TTL : 01 Januari 1963 Tanggal Masuk RS : 05 Oktober 2018
Umur : 55 Tahun Vital Sign : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pekerjaan : Wiraswasta Denyut Nadi : 80x/menit
Hobi : Berkebun Suhu Tubuh : 36.5 oC
Jenis Kelamin : Laki-laki Pernafasan : 18x/menit
Agama : Islam
Pemeriksaan Fisioterapi Model
CHARTS (17 Oktober 2018)
Chief of Complain (Keluhan Utama)
Keterbatasan gerak tungkai bawah kanan setelah operasi

History Taking (Anamnesis)


o Pasien terjatuh saat terjadi bencana alam gempa bumi di Palu
o Nyeri tertusuk dan local pada bagian paha kanan dan nyerinya akan bertambah saat digerakkan
o Memiliki riwayat operasi total hip arthroplasty pada tahun 2016 akibat closed fraktur right neck femur dextra
o Memiliki riwayat DM
o 1 minggu yang lalu telah dilakukan tindakan operasi dengan pemasangan plate and screw pada 1/3 proximal os femur dextra
Asymmetric
a. Inspeksi Statis : Pasien tampak cemas, dan tampak terpasang gips dan perban di sepanjang tungkai
kanan
b. Inspeksi Dinamis : pasien tidak dapat merubah posisinya secara mandiri
c. Palpasi
Suhu : Normal
Spasme :-
Tenderness :-
Edema :+
d. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Hip : Tidak mampu melakukan semua gerakan aktif, pasif, dan TIMT dextra
Knee : Terbatas pada gerakan Fleksi aktif, pasif, dan TIMT dextra
Ankle : Tidak ada keterbatasan di semua gerakan
Restrictive
a. Limitasi Range of Motion (ROM) : Limitasi pada ekstremitas inferior dextra
b. Limitasi Activity Daily Living : Limitasi walking, toileting, dressing
c. Limitasi Pekerjaan : Belum dapat kembali bekerja
d. Limitasi Rekreasi : Hobi berkebun terganggu

Tissue Impairment
a. Muskulotendinogen : Weakness mm. Quadreiceps, Mm. Hamstring, Mm. Gastrocnemius
b. Osteoarthrogen : Fraktur oblique 1/3 proximal femur dextra
Spesific Test

b. VAS (Visual analog c. ROM Test (Range of


Scale) Motion)
Dextra Hip Joint Dextra
Nyeri Diam :2 S 100 - 00 - 200
a. Hamilton Rating Scale F 50 - 00 - 100
Nyeri Tekan :3
Hasil :9 R 00 - 00 - 00
Nyeri Gerak :6
Interpretasi : depresi ringan Hip Joint Sinistra
Sinistra
Nyeri Diam :0 S 150 - 00 - 1200
Nyeri Tekan :0 F 450 - 00 - 300
Nyeri Gerak :0 R 350 - 00 - 450
d. Tes Sensasi
Panas-Dingin : normal
Tajam-Tumpul : normal
Kasar-Halus : normal

e. Tes Kekuatan Otot


Hasil pemeriksaan
Manual Muscle Test
- Ekstremitas Superior
Dekstra : 4
Sinistra : 4
- Ekstremitas Inferior
Dekstra : 2-
Sinistra : 4

f. Indeks Barthel (ADL)


Skor : 65
Interpretasi : Ketergantungan Moderat
f. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada tanggal 05 oktober 2018 Pemeriksaan radiologi pada tanggal 10 Oktober 2018,
Kesan foto femur AP / lateral: Kesan Foto Femur Dextra AP/ Lateral :
• Absent caput dan collum os femur dextra dengan terpasang total • Abscent caput et neck os femoris dextra dengan terpasang protesa
hip arthroplasty pada os femur dextra dengan kedudukan baik pada acetabulum
• Fraktur oblique 1/3 proximal os femur dextra dextra
• Osteoarthritis genus dextra • Osteoporosis senillis
• Terpasang plate and screws pada 1/3 proximal os femur dextra
• Terpasang drain

Pemeriksaan radiologi pada tanggal 10 Oktober 2018,


Kesan Foto Pelvis AP:
• Abscent caput et neck os femoris dextra dengan terpasang
protesa pada os femur dextra dengan kedudukan baik pada
acetabulum dextra
• Osteoporosis senillis
• Terpasang plate and screws pada 1/3 proximal os femur dextra
• Terpasang drain
g. Pemeriksaan Radiologi

1) Pemeriksaan Laboratorium pada Tanggal 5 Oktober 2018


Nilai WBC 14.12 + 4.00 – 10.0 ribu/µl
Pemeriksaan Hasil Satuan RBC 3.05 - 4.00 – 6.00 ribu/µl
Rujukan
Kimia Darah HGB 8.7 - 12.0 – 16.0 g/dL
HCT 27.1 - 37.0 – 48.0 %
Glukosa
MCV 88.9 80.0 – 97.0 fL
• GDS 212 140 mg/dl MCH 28.5 26.5 – 33.5 Pg
Fungsi Ginjal Kesan
MCHC 32.1 31.5 – 35.0 g/dl
• Ureum 33 10-50 PLT 62 - 150 - 400 ribu/µl
Hematologi :
mg/dl
• Kreatinin 0.63 L (<1.3), RDW-SD 40.4 37.0 – 54.0 fL
P(<1.1) RDW-CV 12.6 10.0 – 15.0 % Leukositosis
Fungsi Hati PDW 13.0 10.0 – 18.0 fL
• SGOT 26 <38 U/L MPV 11.5 + 6.50 -11.0 fL Kesan
• SGPT 16 <41
P-LCR 35.9 13.0 – 43.0 % Kimia Darah :
Eletrolit
PCT 0.07 - 0.15 – 0.50 %
• Natrium 144 136-145
Mmol/l NRBC 0.00 0.00 – 99.9 %
• Kalium 3.7 3.5-5.1 Hiperglikemia
NEUT 73.8 52.0 – 75.0 %
• Klorida 107 97-111
LYMPH 17.6 - 20.0 – 40.0 %
Hematologi
MONO 6.6 2.00 – 8.00 %
Koagulasi
 Waktu bekuan 8.30 4 – 10 Menit EO 1.8 1.00 – 3.00 %

 Waktu pendarahan BASO 0.2 0.00 – 0.10 %


3.00 1–7 Menit IG 1.1 0.0 – 72.0 %
2) Pemeriksaan Laboratorium pada Tanggal 11 Oktober 2018

WBC 13.27 + 4.00 – 10.0 ribu/µl MPV 10.8 6.50 -11.0 fL


RBC 2.84 - 4.00 – 6.00 ribu/µl P-LCR 29.4 13.0 – 43.0 %
HGB 8.8 - 12.0 – 16.0 g/dL PCT 0.53 + 0.15 – 0.50 %
HCT 24.2 - 37.0 – 48.0 % NRBC 0.00 0.00 – 99.9 %
MCV 85.2 80.0 – 97.0 fL
NEUT 77.7 + 52.0 – 75.0 %
MCH 31.0 26.5 – 33.5 Pg
LYMPH 12.5 - 20.0 – 40.0 %
MCHC 36.4 31.5 – 35.0 g/dl
MONO 8.0 2.00 – 8.00 %
PLT 492 + 150 - 400 ribu/µl
RDW-SD 43.1 37.0 – 54.0 fL EO 1.6 1.00 – 3.00 %
RDW-CV 14.2 10.0 – 15.0 % BASO 0.2 0.00 – 0.10 %
PDW 11.3 10.0 – 18.0 fL IG 1.3 0.0 – 72.0 %

Kesan :

Leukositosis
Diagnosis Fisioterapi

Gangguan aktivitas fungsional hip berupa walking, toileting dan dressing et causa fraktur
oblique 1/3 proximal femur dextra

Problem Fisioterapi

1. Problem Primer : Limitasi Range of Motion (ROM) ekstremitas inferior dextra


2. Problem Sekunder : Weakness Mm. Quadriceps Femoris dan Mm. Gastrocnemius
3. Problem Kompleks : Gangguan Activity Daily Living (ADL) walking, toileting, dan
dressing serta gangguan pekerjaan (wiraswasta)
Program Fisioterapi

1. Tujuan jangka pendek


- Meningkatkan Range of Motion (ROM)
- Meningkatkan kekuatan otot
- Mencegah terjadinya stiffness joint
2. Tujuan jangka panjang
Mengembalikan kemampuan aktivitas fungsional toiletting, walking, dan dressing
PEMBAHASAN
Pertimbangan Hematologi
dalam Pemberian Exercise
1. LEUKOSIT
(WBC)

Prinsip fisioterapi pada pasien berdasarkan nilai WBC


adalah :
< 5000 dan disertai demam : tidak boleh diberikan exercise
(ditunda)
> 5000 : exercise ringan atau resisted, sesuai kemampuan
pasien
> 11000 : exercise diberikan dengan memperhatikan vital sign
2. Hemoglobin
(HGB)

Prinsip latihan pada pasien berdasarkan kadar Hb nya:

< 8 g/dL : tidak boleh diberikan latihan (tunda)


8-10 g/dL : latihan ringan, dengan memperhatikan vital sign
>10 g/dL : latihan resistive
3. Hematocrit
(HCT)

Prinsip latihan berdasarkan nilai HCT:

< 20% : dapat menyebabkan gagal jantung bahkan kematian


< 25% : tidak boleh dilakukan latihan (tunda)
25-30 % : ADL dan latihan ringan, sesuai kemampuan pasien
30% : dapat ditambahkan dengan latihan resistive
> 60% : rawan terjadi pembekuan darah spontan
4. Trombosit
(PTL)

Prinsip fisioterapi pada pasien berdasarkan nilai trombosit (PLT)


sebagai berikut :

< 20.000 /µL : Hindari pemberian latihan


20.000–50.000 /µL : Active range of motion (AROM) ringan dan
ambulasi ( tidak boleh diberikan resistive)
50.000 – 80.000/µL : Latihan resistive , ambulai dan ADL
5. Neurofil

Hasil pemeriksaan neutrofil pasien pada tanggal 5


oktober yaitu 73,8 % dan pada tanggal 10 oktober
meningkat menjadi 77,7 % .

6. Limfosit

Hasil pemeriksaan limfosit pasien pada tanggal 5


oktober sebesar 17,6% sedangkan pada tanggal 10
oktober yaitu 12,5% .
Pertimbangan Kimia Klinik
dalam Pemberian Exercise

Pemberian exercise pada pasien dengan kadar gula darah >300 mg/dl
harus dihindari. Namum karena pasien HW memiliki nilai GDS <300 mg/dl
dapat dilakukan pemberian exercise pada pasien.
INTERVENSI FISIOTERAPI

No. Problem Fisioterapi Modalitas FT Dosis

F : 1x sehari
I : selama pasien fokus
Trauma Healing
1 Komunikasi Teraupetik T : Interpersonal Approach (Memberi
(Kecemasan)
Motivasi)
T : 10 Menit

F : 1x sehari
I : 8 hitungan/3x repetisi
2 Mempertahankan pola pernafasan Breathing Exercise T : Deep breathing
T : 10 Menit
F : 1x sehari
I : 8 hitungan/3x repetisi
3 Limitasi ROM Exercise Therapy
T : PROMEX
T : 10 Menit
F : 1x sehari
I : 8 hitungan/3x repetisi
4 Muscle weakness Exercise Therapy
T : static kontraksi
T : 5 menit
F : 1x sehari
I : 8 x hitungan/ 2x repitisi
T : non weight bearing, partial weight
5. Memelihara ADL dan Keseimbangan Exercise Therapy
beraing, full weight bearing
T : 5 menit
EVALUASI DAN MODIFIKASI FISIOTERAPI

Evaluasi Setelah 2x Terapi


Problem Post Parameter Interpretasi Modifikasi
Pre (16/10/2018)
(19/10/2018)
Pemberian exercise
berupa PROMEX
S 100 - 00 - 200 tetap diberikan dan
Limitasi ROM S 150 - 00 - 500 Ada modifikasi berupa
F 50 - 00 - 100
F 50 - 00 - 200 Goniometer peningkatan peningkatan
R 00 - 00 - 00 ROM intensitas serta
R 00 - 0 0 - 0 0
memberikan pola
gerakan yang lebih
meningkat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai