Anda di halaman 1dari 17

OBSERVASI K3 PADA

PENGRAJIN TENUN

KELOMPOK 3

Inas Dyah Mufidha (04021181621008)


Nelia Sari (04021181621014)
Vianti Nandeswari (04021281621020)
Citra Shauma Ramadhan (04021281621027)
Rosalia Kusuma Sari (04021381621031)
Ojika Olanda (04021381621037)
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti,
pembuatan tenun songket tradisional di daerah Muara
Penimbung dilakukan dengan peralatan tradisional yang
tidak mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi serta
proses kerja yang melibatkan posisi janggal dan tidak
nyaman. Selain itu, masalah tata letak barang yang
kurang diperhatikan serta fasilitas lainnya yang belum
mendukung.
PERTANYAAN PENELITI :

1.Kapan berdirinya Galeri Tenun Kampoeng BNI di Desa Muara


Penimbung?
2.Siapa yang meresmikan Galeri Tenun Kampoeng BNI di Desa Muara
Penimbung?
3.Bagaimana kondisi bangunan dari Galeri Tenun Kampoeng BNI di
Desa Muara Penimbung?
4.Siapa Pengelolatkan oleh pengrajin tenun?
7.Kapan waktu bekerja dimulai ?
8.Adakah jam istirahat bagi pekerja dan berapa lama? Galeri Tenun
Sumatera Selatan di Desa Muara Penimbung?
5.Siapa saja yang bekerja sebagai pengarajin tenun songket di Galeri
Tenun Kampoeng BNI di Desa Muara Penimbung?
6.Darimana keahlian yang didapa
9.Berapa lama waktu untuk menyelesaikan satu potong kain ?
10.Siapa pemilik peralatan yang digunakan untuk menenun di Galeri tenun tersebut?
11.Berapa upah yang didapatkan pengrajin?
12.Bagaimana kondisi tempat bekerja, menurut para pengrajin?
13.Dimana tempat tinggal pengrajin tenun di Galeri Tenun Kampoeng BNI di Desa
Muara Penimbung?
14.Darimana makanan yang didapatkan pengrajin?
15.Apa kesulitan yang dialami selama menjadi pengrajin tenun ?
16.Adakah kecelakaan kerja yang dialami selama bekerja sebagai penenun kain dan
seberapa sering hal tersebut tejadi ?
17.Bagaimana cara menangani kecelakaan yang terjadi ?
18.Apa Masalah kesehatan yang sering dirasakan oleh pekerja selama menenun ?
19.Bagaimana cara mengatasi masalah kesehatan tersebut ?
20.Adakah jaminan kesehatan bagi pekerja di Galeri Tenun tersebut ?
• Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat risiko
ergonomi serta mengetahui tingkat keselamatan
dan kesehatan kerja pada pengrajin tunun di
Desa Muara Penimbung Kecamatan Indralaya
Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selamatan.
• Tujuan Khusus
1.Menjelaskan masalah kesehatan yang terjadi
berkaitan dengan aktivitas kerja pembuatan tenun
songket tradisional di daerah Muara Penimbung,
Sumatra Selatan.
2.Menjelaskan gambaran postur tubuh pengrajin
ketika bertenun terkait dengan durasi dan
frekuensi kerja yang berpengaruh terhadap faktor
risiko ergonomi.
3.Menjelaskan tingkat keselamatan dan kesehatan
kerja pada pengrajin tenun di Desa Muara
Penimbung
• Galeri ini memiliki luas bangunan 8 x 15 m2 dengan dua lantai.
Lantai pertama digunakan sebagai tempat para pengrajin untuk
mengerjakan k erajinan kain tenun, sedangkanlantai kedua
digunakan untuk tempat pameran hasil kain tenun yang sudah jadi.
• DiGaleri ini terdapat 6 orang pekerja tetap, dan sebagiannya lagi
bekerja paruh waktu/sampingan di rumah masing-masing.
• Para pengrajin bekerja selama ± 8 Jam setiap harinya. Mereka
bekerja setiap hari tanpa ada hari libur.
• Untuk menghasilkan satu potong kain tenun dibutuhkan waktu
selama ± satu bulan.
• Menurut Ibu Anita (35 tahun) tempat bekerja sudah cukup nyaman
dengan fasilitas yang diberikan berupa kipas angin, alas duduk,
dan tikar.
• setelah dilakukan pengkajian didapatkan bahwa tata letak barang
ditempat menenun kurang diperhatikan. Hal ini dapat
menyebabkan resiko jatuh bagi para pekerja.
• menurut pengakuan dari Ibu Anita ( salah satu pengrajin tenun
disana ) kecelakaan yang biasa terjadi adalah luka kecil akibat
tergores benang tenun yang tajam. Biasanya para pengrajin hanya
mengobati luka tersebut dengan betadine.
• Selain itu juga, pengrajin tenun sering merasakan nyeri pinggang,
punggung dan pundak setelah melakukan aktivitas menenun. Rasa
sakit itu akan hilang setelah diberikan minyak urut dan istirahat
sebentar.
• Semua pekerja tidak memiliki jaminan kesehatan karena Galeri
Tenun tersebut merupakan lembaga informal yang pada umumnya
tidak memiliki jaminan atau asuransi jika terjadi kecelakaan
ataupun penyakit akibat kerja.
Pengesahan Galeri Tenun Kampoeng BNI, Kondisi bangunan Galeri Tenun
MuaraPenimbung.

Kondisi tempat Pengrajin menenun Fasilitas yang didapatkan pekerja


Tata letak barang yang kurang diperhatiakan Tata letak barang yang tidak diperhatikan

Posisi pengrajin ketika bekerja Posisi pengrajin ketika bekerja


Analisis Masalah
1.Posisi duduk statis tanpa sandaran punggung dan footrest
Posisi duduk tanpa sandaran punggung dapat menimbulkan posisi
duduk yang janggal. Postur janggal berhubungan dengan deviasi tulang sendi
dari posisi netralnya yang menyebabkan posisi tubuh menjadi tidak asimetris
sehingga membebani sistem otot rangka sebagai penyangga tubuh. Pada
bagian tulang belakang, posisi duduk janggal menyebabkan momen fleksi
pada spinal lumbar meningkat, ligamen spinal pada bagian posterior
mengalami tekanan sehingga intervertebral discs bagian anterior akan terjepit.
Hal inilah yang selanjutnya mengakibatkan rasa nyeri terutama pada bagian
pundak, punggung dan pinggang.

2.Gerakan tangan mendorong dan menarik yang berlebihan


Gerakan ini berisiko menyebabkan munculnya masalah atau
gangguan muskuloskeletal/upper limb disorders (ULDs). Dalam jangka waktu
yang lama dapat mengakibatkan gangguan pada persendian yang
menghubungkan lengan dengan bahu seperti tendinitis atau frozen shoulder.
Selain itu juga pengrajin mengeluh mengalami luka gores akibat benang yang
tajam.
3.Durasi yang lama dengan penggunaan otot yang sama
Para pengrajin tenun umumnya menggunakan otot dibagian tangan
untuk memintal benang menjadi kain dan menggunakan otot di bagian
pinggang untuk menahan beban dari alat tenun. Pekerjaan yang memerlukan
penggunaan otot ya
ng sama atau gerakan yang sama dalam waktu yang cukup lama dapat
meningkatkan kemungkinan kelelahan. Secara umum, semakin lama waktu
bekerja yang terus menerus maka akan memerlukan waktu pemulihan atau
waktu istirahat yang semakin lama.

4.Tata letak barang yang kurang diperhatikan


Tata letak barang di Galeri Tenun tersebut kurang baik karena tidak
terlalu diperhatikan. Hal ini dapat meningkatkan resiko cidera akibat tertimpa
barang- barang yang ditumpuk disekitar area kerja dan juga dapat
meningkatkan resiko jatuh akibat tersandung barang- barang yang diletakkan
disekitar pekerja sehingga pekerja kesulitan untuk mobilisasi.
Analisis Pemecahan Masalah

1. Menurut analisis kelompok, hal yang perlu dilakukan pekerja adalah


menggunakan sandaran punggung (backrest) dan alas duduk yang empuk
berbahan busa atau kapuk sehingga tulang punggung dapat disangga dengan
baik. Selain itu juga melengkapi alat tenun dengan footrest yang sesuai standar
sehingga kedua kaki dapat menapak dengan baik untuk mengurangi risiko dan
keluhan pada bagian kaki.

2. Hal yang perlu dilakukan mengenai masalah Gerakan tangan mendorong dan
menarik yang berlebihan adalah Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
mendesain dan merancang bentuk alat tenun yang sesuai dengan prinsip-
prinsip ergonomi sehingga dapat meminimisasi adanya postur janggal dan
memberikan kenyamanan dalam bekerja. Sedangkan untuk mengatasi luka
gores yang terjadi di tangan sebaiknya pada pekerja di lengkapi dengan APD
yaitu berupa bantalan jari.
3. Hal yang perlu dilakukan untuk meminimalisir dampak dari masalah mengenai
durasi yang lama dengan penggunaan otot yang sama yaitu Memberikan
pendidikan peregangan atau relaksasi pada setiap pekerja minimal 5 menit pada
setiap 2 jam kerja atau pada saat mulai dirasakannya kram atau pegal pada
bagian-bagian tubuh.

4. Solusi mengenai masalah tata letak barang adalah dengan meletakkan barang
yang tidak digunakan didalam tempat penyimpanan atau gudang yang terpisah
dari tempat pengrajin bekerja. Selain itu, disediakan rak untuk menaruh barang-
barang milik pekerja sehingga tidak mengganggu ruang gerak pekerja. Selain
itu juga perlu disediakan tempat sampah.
Kesimpulan
Dari observasi yang dilakukan di Galeri Tenun Desa
Muara Penimbung Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir,
Sumatra Selatan dapat disimpulkan bahwa masalah yang dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja (K3) para
pengrajin tenun adalah masalah ergonomic fisik yang meliputi
postur kerja (work posture), gerakan berulang (repetitive
movement) yang berhubungan dengan risiko muskuloskeletal,
durasi kerja serta tata letak ruangan kerja yang kurng
diperhatika dan dapat mengancam keselamatan dan kesehatan
kerja para pengrajin tenun.

Saran
Berdasarkan hasil observasi, dirasa perlu adanya
tindak lanjut yang diharakan dapat membantu dalam
memperbaiki status kesehatan dan produktivitas pengrajin
tenun Muara Penimbung.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai