Anda di halaman 1dari 22

FAJAR KURNIANSYAH

20146310200

PENGUJI 1
Dr Kelana Kusuma Dharma , S.Kp. M. Kes

Proposal PENGUJI 2

skripsi Leonatus Limson, S.Kep. M.Kes

PENGUJI 3
Egidius Umbu Ndeta, S.Kep M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI D-IV KEPERAWATAN
TAHUN 2018
SIDANG PROPOSAL SKRIPSI JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
 Menurut Wijaya & Putri (2013) fraktur adalah suatu patahan pada
kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak lebih dari
suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks; biasanya
patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser

 Fraktur ektremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan


tulang atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang
menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya
sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah yang
menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula dan juga dapat berupa
trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2010).

1
 Pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah
sangat penting untuk melakukan mobilisasi dini
banyak masalah yang akan timbul jika pasien
pasca operasi fraktur tidak melakukan mobilisasi
sedini mungkin, seperti pasien tidak dapat BAK
(retensi urin) perut menjadi kaku (distensi
abdomen) terjadi kekakuan otot dan sirkulasi
darah menjadi tidak lancar (Smeltzer, 2011).
Keuntungan yang diperoleh dari mobilisasi pasca
operasi diantaranya menurunnya stasis vena,
menstimulasi sirkulasi darah, mencegah
trombosis vena dalam/emboli pulmonal,
meningkatkan kekuatan otot, koordinasi dan
kemandirian serta meningkatkan fungsi
gastrointestinal, genitourinaria dan pulmonari
(Black, 2011).

2
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun
2013 kecelakaan lalu lintas mencapai 120.2226 kali
Di Dunia atau 72% dalam setahun. Salah satu insiden
kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi
yaitu insiden fraktur ekstremitas bawah

fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat


kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara
Di fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang
Indonesia dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan,
19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur

Di Kalimantan Barat, angka fraktur mencapai 6,0% yang menempatkan


Kalimantan Barat sebagai provinsi dengan angka fraktur terbesar ke 12
Di Kalbar dari 34 provinsi dan dari beberapa jenis cedera, patah tulang atau
fraktur berada di posisi ke 4 setelah terkilir, luka robek dan luka
memar (RISKESDAS, 2013)

RSUD Dr Kasus fraktur ekstremitas bawah pada tahun


2017 berjumlah 117 kasus yaitu kasus fraktur
Abdul Aziz femur sebanyak 57 kasus dan tibia fibula
Singkawang berjumlah 60 kasus
3
 Dari studi pendahuluan pada tanggal 26 september 2017 di Ruang Bedah
Rumah Sakit Abdul Azis Singkawang bahwa setelah operasi pasien masih
enggan melakukan latihan aktivitas fisik yang harus dilakukan. Salah satu
pasien pasca operasi fraktur femur yang dilakukan wawancara
mengatakan tidak berani untuk bergerak atau melakukan mobilisasi
dikarenakan nyeri, takut jahitan sobek ataupun drain yang terpasang akan
terlepas dan tidak tahu mengenai pentingnya mobilisasi dini. Akan tetapi
pada pasien yang tidak mau melakukan mobilisasi dini tersebut dapat
berdampak dalam perpanjangan waktu masa rawat klien di rumah sakit
menjadi lebih dari 5 hari yang seharusnya rata – rata hari rawat inap 4
hari dan beresiko mengalami luka akibat tirah baring kondisi ini akan
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi pasien maupun keluarga.

4
 Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas,
maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang menggambarkan lebih rinci
tentang “pengaruh latihan aktivitas fisik
terhadap tingkat mobilisasi dini pada pasien post
operasi fraktur ekstremitas bawah di ruang
bedah RSUD Dr Abdul Aziz Singkawang.
 Hal ini didasarkan pada fakta, bahwa masih
tingginya tingkat ketergantungan pasien pasca
operasi fraktur, ketidaksiapan pasien untuk
segera melakukan mobilisasi dini, karena
kelemahan pada otot akibat immobilisasi yang
lama, atau ketakutan pasien untuk melakukan
pergerakkan setelah operasi, dan karena kurang
pengetahuan tentang cara melakukan latihan
aktivitas fisik pasca operasi fraktur ekstremitas
bawah.
5
SIDANG PROPOSAL SKRIPSI JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
Berdasarkan permasalahan yang terdapat
dalam latar belakang, maka penulis merasa
perlu untuk mempelajari “Apakah ada
pengaruh latihan aktivitas fisik terhadap
tingkat mobilisasi dini pada pasien post
operasi fraktur ekstremitas bawah di ruang
bedah RSUD Dr Abdul Aziz Singkawang ?

6
SIDANG PROPOSAL SKRIPSI JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
Untuk mengetahui pengaruh
latihan aktivitas fisik terhadap
tingkat mobilisasi dini pada
pasien post operasi fraktur
1. Tujuan Umum ekstremitas bawah diruang
bedah RSUD Dr Abdul Aziz
Singkawang tahun 2018
2. Tujuan
Khusus

Mengetahui gambaran latihan aktivitas fisik


pada pasien post operasi fraktur ekstremitas
bawah di ruang bedah RSUD Dr Abdul Aziz
Singkawang tahun 2018

Mengetahui gambaran kemampuan mobilisasi dini pada


pasien sebelum dan sesudah latihan aktivitas fisik post
operasi fraktur ekstremitas bawah di ruang bedah RSUD
Dr Abdul Aziz Singkawang tahun 2018

Menganalisa pengaruh latihan aktivitas fisik


terhadap tingkat mobilisasi dini pada pasien
post operasi fraktur ektremitas bawah di ruang
bedah RSUD Dr Abdul Aziz Singkawang.
7
SIDANG PROPOSAL SKRIPSI JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
TEORITIS PRAKTIS

BAGI PASIEN

BAGI PENELITI

BAGI PENELITI SELANJUTNYA

BAGI INSTITUSI

BAGI RUMAH SAKIT


8
FRAKTUR

POST OPERASI

LATIHAN AKTIVITAS FISIK

MOBILISASI DINI

9
Gangguan Mobilisasi
Fraktur Ekstremitas
Post Operasi 1. Tirah Baring
bawah
2. Immobilisasi

Latihan Aktivitas Fisik


Tingkat Mobilisasi 1. Mengganti posisi
0 : Independen / Mandiri 2. Latihan kaki dengan
1 : Diawasi memutar pergelangan
kaki
2 : Dibantu Minimal
3. Meluruskan punggung
3 : Dibantu Sedang
kaki ke arah depan
4 : Dibantu Maksimal
4. Meluruskan punggung
5 : Tidak Berdaya kaki ke arah dalam
6 : Tidak dapat dinilai 5. Latihan duduk
6. Latihan berdiri
7. Latihan berjalan secara
Faktor – Faktor yang bertahap
mempengaruhi :
1. Tingkat usia dan
Status Perkembangan
2. Kesehatan Fisik
3. Gaya Hidup
4. Emosi
5. Tingkat Energi
6. Kebudayaan
7. Pekerjaan
8. Keadaan Nutrisi
10
SIDANG PROPOSAL SKRIPSI JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
 A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Mobilisasi
Latihan Aktivitas Dini Pasien Post
Fisik Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

: Area yang diteliti

: Garis Pengaruh
11
 Hipotesa alternatif (Ha) : Ada pengaruh
latihan aktivitas fisik terhadap tingkat
mobilisasi dini pada pasien post operasi
fraktur ekstremitas bawah di ruang bedah
RSUD Dr Abdul Aziz Singkawang.

 Hipotesa nihil (Ho) : Tidak ada pengaruh


latihan aktivitas fisik terhadap tingkat
mobilisasi dini pada pasien post operasi
fraktur ekstremitas bawah di ruang bedah
RSUD Dr Abdul Aziz Singkawang.
N Variabel Definisi Operasional Alat Kategori Hasil Skala
O Ukur Ukur
1 Latihan Kegiatan keperawatan SOP (Standar 0 = tidak - Nominal
aktivitas dengan menjelaskan Operasional diberikan
fisik mendemonstrasikan dan Prosedur) 1= diberikan
mendampingi pasien latihan
mengenai gerakan
latihan aktivitas fisik
pada pasien post
operasi fraktur
ekstremitas bawah

2 Tingkat Tingkat kemandirian Lembar 1 = Mandiri 1 = < 10 Ordinal


mobilisasi pasien dalam bergerak observasi 2 = Dibantu 2 = 10-20
dini pasien dengan 3= Tergantung 3 = > 20
post operasi menggunakan
fraktur skala ILOA (Diambil
ekstremitas dari
bawah penelitian
Utin,2011 )
SIDANG PROPOSAL SKRIPSI JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
Sampel
Pendekatan
Quasi Eksperimen
Populasi yang menggunakan
digunakan 117 Non
pre test and post
populasi di RSUD Dr
test non
Abdul Aziz Probability
equivalent control
group
Singkawang Sampling

Metode Dengan
Prosedur Pengumpulan metode
Penelitian Data Consecutive
Observasi skala sampling
ILOA

Jenis instrumen: Analisa Data:


1. SOP Univariat dan Jumlah
2. Lembar Bivariat sampel 20
Observasi ( wilcoxon responden
test)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI D-IV KEPERAWATAN
TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai